Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Ya hanya 35 orang, padahal penjara itu sangat besar dengan 200 kamar tahanan. Akibatnya banyak kamar-kamar tahanan yang kosong tidak berpenghuni.
Kondisi mereka sungguh mengenaskan, mereka semua nampak seperti orang berpenyakitan, sekitar mata mereka terlihat gelap, cekung ke dalam seperti tengkorak hidup, badan mereka sangat kurus dan sorot mata mereka menunjukkan ketakutan yang teramat dalam.
Mereka satu sama lain tidak ada yang berbicara, masing-masing hanya menyendiri di beberapa sudut dan sisi lapangan. Mereka nampak seperti kumpulan orang-orang depresi.
Ketika Prapto masuk ke lapangan itu, mata mereka menatap ragu dengan kepala setengah tertunduk, terlihat sorot mata mereka penuh penderitaan dan kesedihan.
"Apa yang terjadi dengan mereka?" gumam nya dalam hati sambil melangkah pelan dan menatap mereka satu persatu.
Ia pun mencoba menghampiri salah satu dari mereka untuk di ajak bicara. Tapi mereka ketakutan, melangkah cepat untuk menjauh dari Prapto. Kemudian ia mencoba ke yang lainnya, respon nya pun sama.
"Aneh,,ada apa dengan mereka?" gumam nya penasaran dengan menatap mereka sambil berdiri mematung dan kedua tangan nya bertolak pinggang.
Sepertinya ia tidak menyerah. Dia dengan langkah cepat mendekati salah satu napi yang sendirian berdiri menunduk, di salah satu sudut lapangan penjara.
"Hey, ada apa dengan kalian ?!!" Tanya nya sambil kedua tangan nya memegang erat lengan atas napi itu dan matanya mencoba menatap napi tersebut yang dari tadi tertunduk seperti tengkorak hidup.
"Prapto !!!!"
Duooooooorrrr !!!!
Teriak sipir penjara berkacamata hitam yang dari tadi mengawasi nya dari atas menara dan menembakkan senapan M16 A2.
Spontan Prapto melepaskan cengkraman nya, dan beralih menutup kedua telinga nya sambil jongkok, dan sepasang matanya melihat sipir itu di atas menara yang sedang berdiri tegap mengawasi nya dari atas.
"Jauhi mereka !!! Ikuti aturan !!! Teriak nya marah sambil menenteng senapan nya menghadap ke atas.
Mau tidak mau dia harus menuruti perintah sipir itu.
"Sial !" Gumam nya mengumpat kesal sambil melangkah cepat ke arah tempat duduk dengan kedua telapak tangan nya mengepal marah.
"Penjara apa ini? mereka seperti mayat hidup, dan para sipir di sini sangat menyebalkan" gumam nya dalam hati sambil duduk sendirian termenung penuh rasa penasaran.
Teng teng teng teng teng teng teng teng !!!
Lonceng ukuran sedang berbahan kuningan di bunyikan oleh sipir penjara. Itu artinya waktu di luar sudah habis dan mereka harus kembali ke kamar nya masing-masing yang kondisi nya mengerikan.
"Ada yang gak beres dengan penjara ini" gumam nya sendirian di dalam kamar tahanan nya.
"Aku harus kabur dari penjara ini, kalau tidak, aku pasti bernasib sama seperti mereka" gumam nya sambil duduk merenung di tepi ranjang
Kedua telapak tangan nya bertumpu di dagu nya. Mulai itu juga ia memikirkan cara untuk bisa keluar dari penjara misterius itu.
Pranggg !!!
Piring seng bundar yang sudah reot di lemparkan dari luar ke dalam. Menu nya pun masih tetap sama, yaitu nasi dan sayur kangkung yang sudah berulang-ulang di rebus. Ia hanya melirik makanan itu dan masih tetap tiduran di atas ranjang besi. Seperti nya ia sudah tidak terlalu nafsu untuk memakan makanan yang sangat jelas terlihat tidak higienis itu.
Dunggg...dunggg....dunggg.....dunggg....dunggg....dunggg....dunggg....!!!
Lonceng Jam menara di luar penjara yang berdiri di depan lapangan berdengung tujuh kali, menunjukkan sudah pukul tujuh malam.