Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.
Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.
Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?
Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 5
Tatapan Akita berpindah pada sajian di hadapannya. Dia menarik piring berisi ravioli yang berbentuk bundar. Menusuk salah satunya dengan garpu, kemudian memutar sambil mengamati untuk melihat tiap sisinya.
Dia tersenyum, membuat Ryuu dan pelayan kedai bingung. Apa yang lucu dari sebuah ravioli?
"Kukira sajian pangsit kedai kita tertukar. Ravioli ini bentuknya bulat penuh, seperti matahari. Sedangkan gyoza di kedai kami bentuknya seperti bulan sabit", ucap Akita, kemudian memasukkan ravioli itu ke mulutnya.
Dia memiringkan kepalanya sebentar dan mengerutkan bibirnya, seolah berkata, tak terlalu buruk. Tapi itu pun sebab gengsi, karena nyatanya ravioli itu sungguh memanjakan lidahnya.
"Apa Nona Genovese sendiri yang menyiapkan menu di sini?", tanya Akita penasaran.
"Oh, tidak. Dia bukan seorang yang ahli dalam memasak. Dia punya keahlian yang lain. Tapi tentu saja dia seorang pengelola kedai yang baik, anda bisa lihat sendiri hasil kerjanya", pelayan itu sedang membanggakan majikannya.
"Yah.. kalau aku jadi kau, aku takkan berkata seperti itu. Kedai ini baru dibuka dan belum beroperasi. Sedangkan keberhasilan suatu usaha baru bisa dievaluasi setelah beberapa bulan, bahkan tahun. Jadi, simpan dulu kesimpulanmu", sahut Akita.
Tapi sedetik kemudian ia tersentak, karena merasa lututnya beradu dengan lutut Ryuu. Rupanya Ryuu merasa kalau ucapan Akita berlebihan dan tengah menegurnya. Hanya saja wajahnya seolah-olah tak peduli dan dengan santainya tetap menggigit sepotong pizza yang kejunya masih meleleh. Dia sangat menikmatinya, dan itu membuat Akita semakin kesal.
Beberapa saat kemudian, pintu masuk kedai itu menjadi pusat perhatian. Beberapa pria berpakaian rapi masuk dan seorang dari mereka langsung duduk di salah satu set meja makan.
"Saya.. permisi sebentar Tuan", si pelayan segera menuju ke dalam, dan Akita sempat melihat kalau senyumnya sudah lenyap dan berganti kepanikan.
"Ryuu?", panggil Akita.
Ryuu hanya mengangguk samar, membuat Akita menghela nafas kasar.
Inilah yang terjadi setiap ada tempat usaha baru di lingkungan ini. Akan ada kelompok-kelompok yang mendatangi mereka, seolah para pengusaha itu berhutang sesuatu pada mereka. Hutang tak kasat mata, namun bunganya entah bagaimana tiba-tiba bisa berwujud nyata untuk mereka ambil dalam jangka waktu tertentu.
Beberapa saat kemudian, Sofia keluar dari ruang belakang kedai dengan gestur yang terlihat tak nyaman. Mata tegangnya menatap lurus ke arah orang yang baru datang itu. Namun saat melintas di samping meja Akita, matanya berubah sedikit ramah seolah tak ingin Akita mengetahui kegugupannya.
"Selamat menikmati sajian kami Tuan Nakamura, saya permisi sebentar", ucapnya, kemudian segera mendatangi tamu yang ditujunya tadi.
Sofia terlihat duduk di samping pria yang bisa dipastikan merupakan pemimpin dari kelompok itu.
Akita tak bisa memalingkan pandangannya dari itu.
"Sebaiknya kau palingkan wajahmu dan nikmati saja apa yang ada di meja ini", tegur Ryuu yang memang sedari tadi berlagak tak peduli dengan apapun selain makanan.
"Bukankah itu salah seorang Gambino?", tanya Akita yang akhirnya menuruti perkataan Ryuu dan melanjutkan menyuap ravioli.
"Mengapa sampai dia sendiri yang turun tangan mendatangi tempat kecil seperti ini? Ini hanya sebuah kedai, bukan restoran", pandangannya bisa berpaling, tapi mulutnya tetap membahas itu.
"Ayolah Akita.. kau sudah tahu kalau setiap pemilik usaha di sini harus melewatinya. Aku hanya berharap Nona Genovese bertindak benar, demi keselamatannya", ucap Ryuu, masih dengan ekspresi yang sama.
"Ya, tentu saja. Eh, aku tak pernah melihat mereka ke tempat kita lagi", Akita baru menyadarinya.
"Tentu saja kau tidak pernah melihatnya lagi. Aku meminta mereka untuk datang di luar jam kerja kita, supaya tidak mengganggu", Ryuu berkata sambil menelisik menu apa lagi yang akan dia makan. Makaroni keju sepertinya enak.
"Dan mereka mau begitu saja? Sepertinya tak mungkin".
"Tentu saja tidak, aku berikan mereka sedikit bonus. Siapa yang tak suka bonus, ya kan?", ucap Ryuu sambil memasukkan sesendok makaroni keju ke mulutnya.
Akita menatap sinis pada Ryuu. Bukan karena perkara bonus, tapi karena kelakuan makannya. Entah kapan ia akan merasa kenyang, Akita merasa malu dibuatnya. Belum lagi kalau Sofia mengetahui kalau sajian di meja mereka habis tak tersisa. Bukankah itu sama saja dengan memberi pengakuan kalau menu di kedai ini semuanya enak?
Akita kemudian kaget dan mengutuk dirinya sendiri setelah mendapati piringnya juga sudah kosong. Kemana perginya semua ravioli tadi? Ia melengos dalam hati, mulutnya sendiri sudah tak setia pada dirinya.
Matanya kemudian beralih pada dessert ikonik Italia, Tiramisu. Nama yang membuat selain orang Italia dan Jepang bisa salah sangka. Hal itu membuatnya kembali berpikir, ada apa dengan Italia dan Jepang? Mengapa orang Italia menamakan dessert legend mereka dengan nama yang mirip kosakata Jepang?
Dan.. ah, oregano. Bukankah juga terdengar seperti sebuah kata dalam bahasa Jepang?
Diraihnya piring dessert itu, kemudian menyuap sebagian isinya. Wow! Jeritnya. Tentu saja dalam hati. Ini bukan pertama kalinya ia memakan tiramisu, tapi jelas ini yang terenak. Kini tangannya tak bisa ia cegah untuk mengambil sendokan berikutnya, kemudian kembali menoleh ke meja tamu istimewa Sofia.
Akita kembali terkejut, karena ternyata tamunya bertambah satu kelompok lagi. Itu adalah, Genovese!
Akita duh nasibmu terancam
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
👍👍👍
😄😄😄
😅😅😅
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Jadi kena juga !!!!