NovelToon NovelToon
VERSUS

VERSUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi / Gangster / Enemy to Lovers
Popularitas:853
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.

Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.

Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?

Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 5

Tatapan Akita berpindah pada sajian di hadapannya. Dia menarik piring berisi ravioli yang berbentuk bundar. Menusuk salah satunya dengan garpu, kemudian memutar sambil mengamati untuk melihat tiap sisinya.

Dia tersenyum, membuat Ryuu dan pelayan kedai bingung. Apa yang lucu dari sebuah ravioli?

"Kukira sajian pangsit kedai kita tertukar. Ravioli ini bentuknya bulat penuh, seperti matahari. Sedangkan gyoza di kedai kami bentuknya seperti bulan sabit", ucap Akita, kemudian memasukkan ravioli itu ke mulutnya.

Dia memiringkan kepalanya sebentar dan mengerutkan bibirnya, seolah berkata, tak terlalu buruk. Tapi itu pun sebab gengsi, karena nyatanya ravioli itu sungguh memanjakan lidahnya.

"Apa Nona Genovese sendiri yang menyiapkan menu di sini?", tanya Akita penasaran.

"Oh, tidak. Dia bukan seorang yang ahli dalam memasak. Dia punya keahlian yang lain. Tapi tentu saja dia seorang pengelola kedai yang baik, anda bisa lihat sendiri hasil kerjanya", pelayan itu sedang membanggakan majikannya.

"Yah.. kalau aku jadi kau, aku takkan berkata seperti itu. Kedai ini baru dibuka dan belum beroperasi. Sedangkan keberhasilan suatu usaha baru bisa dievaluasi setelah beberapa bulan, bahkan tahun. Jadi, simpan dulu kesimpulanmu", sahut Akita.

Tapi sedetik kemudian ia tersentak, karena merasa lututnya beradu dengan lutut Ryuu. Rupanya Ryuu merasa kalau ucapan Akita berlebihan dan tengah menegurnya. Hanya saja wajahnya seolah-olah tak peduli dan dengan santainya tetap menggigit sepotong pizza yang kejunya masih meleleh. Dia sangat menikmatinya, dan itu membuat Akita semakin kesal.

Beberapa saat kemudian, pintu masuk kedai itu menjadi pusat perhatian. Beberapa pria berpakaian rapi masuk dan seorang dari mereka langsung duduk di salah satu set meja makan.

"Saya.. permisi sebentar Tuan", si pelayan segera menuju ke dalam, dan Akita sempat melihat kalau senyumnya sudah lenyap dan berganti kepanikan.

"Ryuu?", panggil Akita.

Ryuu hanya mengangguk samar, membuat Akita menghela nafas kasar.

Inilah yang terjadi setiap ada tempat usaha baru di lingkungan ini. Akan ada kelompok-kelompok yang mendatangi mereka, seolah para pengusaha itu berhutang sesuatu pada mereka. Hutang tak kasat mata, namun bunganya entah bagaimana tiba-tiba bisa berwujud nyata untuk mereka ambil dalam jangka waktu tertentu.

Beberapa saat kemudian, Sofia keluar dari ruang belakang kedai dengan gestur yang terlihat tak nyaman. Mata tegangnya menatap lurus ke arah orang yang baru datang itu. Namun saat melintas di samping meja Akita, matanya berubah sedikit ramah seolah tak ingin Akita mengetahui kegugupannya.

"Selamat menikmati sajian kami Tuan Nakamura, saya permisi sebentar", ucapnya, kemudian segera mendatangi tamu yang ditujunya tadi.

Sofia terlihat duduk di samping pria yang bisa dipastikan merupakan pemimpin dari kelompok itu.

Akita tak bisa memalingkan pandangannya dari itu.

"Sebaiknya kau palingkan wajahmu dan nikmati saja apa yang ada di meja ini", tegur Ryuu yang memang sedari tadi berlagak tak peduli dengan apapun selain makanan.

"Bukankah itu salah seorang Gambino?", tanya Akita yang akhirnya menuruti perkataan Ryuu dan melanjutkan menyuap ravioli.

"Mengapa sampai dia sendiri yang turun tangan mendatangi tempat kecil seperti ini? Ini hanya sebuah kedai, bukan restoran", pandangannya bisa berpaling, tapi mulutnya tetap membahas itu.

"Ayolah Akita.. kau sudah tahu kalau setiap pemilik usaha di sini harus melewatinya. Aku hanya berharap Nona Genovese bertindak benar, demi keselamatannya", ucap Ryuu, masih dengan ekspresi yang sama.

"Ya, tentu saja. Eh, aku tak pernah melihat mereka ke tempat kita lagi", Akita baru menyadarinya.

"Tentu saja kau tidak pernah melihatnya lagi. Aku meminta mereka untuk datang di luar jam kerja kita, supaya tidak mengganggu", Ryuu berkata sambil menelisik menu apa lagi yang akan dia makan. Makaroni keju sepertinya enak.

"Dan mereka mau begitu saja? Sepertinya tak mungkin".

"Tentu saja tidak, aku berikan mereka sedikit bonus. Siapa yang tak suka bonus, ya kan?", ucap Ryuu sambil memasukkan sesendok makaroni keju ke mulutnya.

Akita menatap sinis pada Ryuu. Bukan karena perkara bonus, tapi karena kelakuan makannya. Entah kapan ia akan merasa kenyang, Akita merasa malu dibuatnya. Belum lagi kalau Sofia mengetahui kalau sajian di meja mereka habis tak tersisa. Bukankah itu sama saja dengan memberi pengakuan kalau menu di kedai ini semuanya enak?

Akita kemudian kaget dan mengutuk dirinya sendiri setelah mendapati piringnya juga sudah kosong. Kemana perginya semua ravioli tadi? Ia melengos dalam hati, mulutnya sendiri sudah tak setia pada dirinya.

Matanya kemudian beralih pada dessert ikonik Italia, Tiramisu. Nama yang membuat selain orang Italia dan Jepang bisa salah sangka. Hal itu membuatnya kembali berpikir, ada apa dengan Italia dan Jepang? Mengapa orang Italia menamakan dessert legend mereka dengan nama yang mirip kosakata Jepang?

Dan.. ah, oregano. Bukankah juga terdengar seperti sebuah kata dalam bahasa Jepang?

Diraihnya piring dessert itu, kemudian menyuap sebagian isinya. Wow! Jeritnya. Tentu saja dalam hati. Ini bukan pertama kalinya ia memakan tiramisu, tapi jelas ini yang terenak. Kini tangannya tak bisa ia cegah untuk mengambil sendokan berikutnya, kemudian kembali menoleh ke meja tamu istimewa Sofia.

Akita kembali terkejut, karena ternyata tamunya bertambah satu kelompok lagi. Itu adalah, Genovese!

1
Puspa Indah
Makasih reviewnya. Moga sukses dan sehat selalu 🤓
Puspa Indah
Tahu aja kamu kalau ambil inspirasinya dari beliau. Tapi Antonio gak bisa nyanyi, kayaknya..
deka
keren ceritanya gk bertele-tele. good job.
deka
wow Nami kereenn
deka
jangan bilang Antonio Bocelli saudaraan ama Andrea Bocelli ya thor
deka
hmm ... Ryu tutup mulutmu, orang jatuh cinta emang sulit di nasehati🤭
deka
hati² Akita jangan nyosor aja sama makanan dari sebrang
deka
oohh .. ternyata Sophia tidak sepolos yg kukira.
Akita duh nasibmu terancam
Oe Din
seru "Akita" ( atau Ryuu )
Puspa Indah: Eh, iya. Salah lagi /Facepalm/
Makasih buat koreksinya..
total 1 replies
Oe Din
Penumpang lain panik...
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
Oe Din
Mateo dan Alex ini cocok jadi pujangga ...
👍👍👍
Oe Din
Ryuu sang gembong Yakuza, bisa salah tingkah juga ...
😄😄😄
Oe Din
Satu ruang, dengan berbagai macam rasa dan raut muka ...
😅😅😅
Oe Din
geger otak atau gegar otak...?
Puspa Indah: Yup tul, gegar otak. Kalau Geger, malah kaya tempatnya Aa Gym ya. Geger Kalong 🤭
It's done! Thanks...
total 1 replies
Oe Din
Ha ha ha...
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Puspa Indah
To Oe Din, author ijin pake istilah "rakus" sama "kiriman beracun" nya ya.. Makasih.. 🤓
Oe Din
المسلم أخ المسلم ...
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Oe Din
Kau rakus, merebut "kiriman beracun" buat Akita....
Jadi kena juga !!!!
Oe Din
Putri Gengster Italia versus Putra Gengster Jepang....
Oe Din
Mantaplah....!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!