Skaya merupakan siswi kelas XII yang di kenal sebagai siswi berprestasi, cantik, dan ramah. Banyak lelaki yang menyukai Skaya, tetapi hatinya justru terpesona oleh seseorang yang tidak pernah meliriknya sama sekali, lelaki dingin yang terkenal sebagai anggota geng motor yang disengani di kota nya.
Darren bukan tipe yang mudah didekat. Ia selalu bersikap dingin, bicara seperlunya, dan tidak tertarik oleh gosip yang ada di sekitarnya. Namun Skaya tidak peduli dengan itu malah yang ada ia selalu terpesona melihat Darren.
Suatu hari tanpa sengaja Skaya mengetahui rahasia Darren, ternyata semuanya tentang masalalu yang terjadi di kehidupan Darren, masalalu yang begitu menyakitkan dan di penuhi oleh janji yang tidak akan ia ingkar sampai kapanpun. Skaya sadar waktu begitu singkat untuk mendekati Darren.
Ditengah fikiran itu, Skaya berusaha mendekati Darren dengan caranya sendiri. Apakah usahanya akan berhasil? Ataukah waktu yang terbatas di sekolah akan membuat cinta itu hanya menjadi kisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azra amalina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mata Darren yang Terus Mengintai
Skaya mulai merasa ada yang tidak beres. Belakangan ini, setiap kali ia berada di sekolah, di jalan, atau bahkan di sekitar tempat parkiran motor, ia selalu merasa ada seseorang yang mengawasinya.
Awalnya, ia mengira itu hanya perasaannya saja. Tapi semakin lama, ia yakin. Seseorang sedang mengawasinya. Dan ketika ia mulai memperhatikan lebih teliti… Hanya ada satu orang yang selalu ada di sekitar setiap kali ia merasa diawasi.
Darren.
----
Skaya Mulai Curiga
Saat di kelas, Skaya bisa merasakan tatapan Darren lebih sering tertuju padanya.Saat di kantin, Darren duduk tidak jauh darinya, seolah sengaja mengamati.
Bahkan ketika ia pergi ke tempat parkiran motor, sesaat setelah ia memeriksa sesuatu, ia menangkap sosok Darren yang berdiri di sudut, berpura-pura tidak melihatnya. Skaya tahu.
Darren sedang menyelidikinya. Dan itu berarti… dia mulai curiga.
----
Skaya Tidak Bisa Diam Saja. Malam harinya, Skaya duduk di kamarnya, menatap ponselnya dengan ekspresi serius. Jika Darren terus menggali… maka hanya masalah waktu sebelum ia menemukan semuanya.
Dan jika itu terjadi… Apakah dia siap menghadapi pertanyaan dari Darren?. Skaya menghela napas dalam. Tidak. Dia tidak bisa membiarkan Darren mengetahui semuanya begitu saja. Dia harus melakukan sesuatu.
Skaya tahu bahwa jika ia terus membiarkan Darren menggali, semuanya akan terbongkar lebih cepat dari yang ia inginkan. Jadi, ia harus membuat Darren berhenti.
Bukan dengan bersembunyi. Tapi dengan menjebaknya.
-----
Langkah Pertama: Mengalihkan Perhatian
Di sekolah, Skaya mulai bertindak seolah ia tidak tahu apa-apa. Ia pura-pura tidak sadar bahwa Darren mengamatinya.
Ia bertingkah seperti biasa—tertawa dengan teman-temannya, sibuk dengan tugas sekolah, dan berperilaku layaknya gadis biasa. Namun di saat yang sama… ia mulai merancang rencana.
-----
Langkah Kedua: Memancing Darren
Saat istirahat, Skaya sengaja membiarkan dirinya terdengar berbicara dengan seorang teman di dekat Darren. “Aku sebenarnya takut banget sama motor besar,” katanya dengan nada yang dibuat-buat. “Keliatan keren, sih, tapi kayaknya ngeri banget kalau jatuh.”
Darren, yang sedang duduk tidak jauh dari mereka, berhenti mengunyah makanannya. Matanya menatap Skaya, jelas terkejut. Karena kata-kata itu bertolak belakang dengan fakta bahwa ia pernah melihat Skaya sangat nyaman di sekitar motor.
Skaya bisa merasakan kebingungan Darren. Bagus. Itu berarti rencananya mulai berhasil.
-----
Langkah Ketiga: Mempermainkan Persepsi
Di hari yang sama, Skaya sengaja bersikap lebih ceroboh. Ketika seseorang mengoper bola di lapangan, ia berpura-pura hampir tersandung. Ketika ia berjalan di lorong, ia pura-pura sedikit kikuk saat mengangkat bukunya.
Dan yang paling penting… ia sengaja membuat dirinya terlihat “lemah” di hadapan Darren. Seolah-olah, gadis yang ia curigai tidak mungkin seorang pembalap jalanan. Dan itu berhasil. Darren mulai terlihat ragu.
Di wajahnya, Skaya bisa membaca pikiran cowok itu dengan jelas. “Apa gue salah orang?”. Skaya menahan senyum. Permainan baru saja dimulai.
Reksa duduk di atas motor, menatap kosong ke kejauhan. Ada sesuatu yang tidak masuk akal. Skaya mulai bersikap aneh.
Dulu, dia selalu terlihat waspada. Gerakannya lincah dan terkontrol, seolah sudah terbiasa menghadapi situasi berbahaya. Tapi sekarang?. Dia ceroboh. Takut motor. Bertingkah seperti gadis biasa yang tidak pernah menyentuh dunia jalanan.
Dan itu justru membuat Darren semakin curiga.
----
Mencari Celah
Darren tidak percaya pada kebetulan. Orang tidak berubah dalam semalam. Kalau Skaya memang benar-benar anak motor, berarti dia sengaja menyembunyikan sesuatu.
Dan jika dia menyembunyikan sesuatu.... Darren harus menemukan caranya untuk mengungkap kebenaran.
Malam itu, ia memutuskan untuk kembali ke forum underground. Mungkin ada lebih banyak jejak yang bisa ia temukan tentang ‘Raven’.
-----
Petunjuk Baru
Setelah beberapa jam mencari, akhirnya ia menemukan sesuatu. Sebuah unggahan lama dari seorang anggota geng motor yang pernah berbicara tentang Raven.
“Dia pembalap paling misterius yang pernah gue lihat. Selalu pakai helm full-face, jarang bicara, tapi kalau sudah turun ke lintasan, dia bukan tandingan siapa pun.”
“Lalu tiba-tiba, dia menghilang begitu saja. Enggak ada jejak, enggak ada kabar. Seolah-olah dia enggak pernah ada.”
Darren membaca ulang kalimat itu berulang kali. Menghilang begitu saja?. Seperti Skaya, yang tidak punya jejak dalam dunia motor, tapi terlalu fasih dengan semuanya.
Jantung Darren berdetak lebih cepat. Ia semakin yakin... Skaya adalah Raven. Sekarang, ia hanya butuh satu bukti terakhir.
-----
Darren tahu dia tidak bisa langsung menuduh Skaya. Jika gadis itu benar-benar menyembunyikan sesuatu, maka dia pasti akan berusaha mengelak.
Jadi, cara terbaik untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan memancingnya keluar. Dan dia sudah punya rencana.
---
Langkah Pertama: Membawa Skaya ke Tempat yang Tepat
Pada suatu sore, saat sekolah hampir selesai, Darren sengaja berdiri di depan pintu kelas Skaya. “Gue butuh lo ikut gue sebentar,” katanya datar.
Skaya menatapnya curiga. “Kenapa?”
“Lo bakal tahu kalau udah sampai.” Tatapan itu bertahan beberapa detik sebelum akhirnya Skaya menghela napas.
“Oke.” Dan tanpa mereka sadari, permainan baru saja dimulai.
------
Langkah Kedua: Memicu Insting Rania
Darren membawa Skaya ke tempat parkir motor belakang sekolah... Area yang lebih sepi dan jauh dari pengawasan. Di sana, motor-motor besar milik beberapa anggota geng motor sekolah terparkir rapi.
Skaya melirik sekeliling dengan ekspresi netral, tapi Darren menangkap sesuatu. Tatapannya berubah sesaat. Seperti seseorang yang terbiasa berada di tempat seperti ini.
Tapi Skaya cepat menyembunyikannya. “Jadi, lo mau ngomong apa?” tanyanya santai.
Darren menyeringai tipis. “Apa lo bisa naik motor?”
Skaya tertawa kecil. “Bukannya gue udah bilang? Gue takut motor besar.”
“Bohong.” Darren melangkah lebih dekat ke salah satu motor, lalu menyalakannya. Suara mesinnya menggelegar, memenuhi udara.
Dan saat itu terjadi… Darren melihatnya. Refleks Skaya.
Sedetik sebelum suara motor menyala, tubuhnya sedikit menegang. Tangannya hampir bergerak seolah akan menggenggam sesuatu—sebuah kebiasaan alami bagi orang yang terbiasa dengan motor.
Itu hanya sepersekian detik, tapi bagi Darren, itu sudah cukup. Dia tersenyum samar. Skaya baru saja melakukan kesalahan pertamanya.
-----
Skaya merasa ada yang tidak beres. Cara Darren menatapnya… terlalu tajam. Seolah-olah dia baru saja menemukan sesuatu yang besar. Dan itu membuat Skaya sadar, dia berada di dalam bahaya.
------
Rasa Gugup yang Mulai Muncul
Skaya mencoba tetap tenang. Ia memasang wajah datar, berusaha terlihat santai. “Ada apa? Kenapa lo tiba-tiba nanya soal motor?” tanyanya sambil menyilangkan tangan.
Darren masih bersandar di motornya, menyalakan rokok tanpa terburu-buru. “Enggak ada apa-apa,” jawabnya santai. “Gue cuma kepikiran aja. Lo bilang takut motor, tapi refleks lo bilang sebaliknya.”
Jantung Skaya berdebar. Dia menyadarinya. Tapi Skaya tetap bermain aman. “Maksud lo?” Darren menghembuskan asap pelan.
“Tadi, sebelum motor ini nyala, lo refleks seolah siap buat ngebut.”
Sekarang Skaya tahu. Darren enggak cuma curiga—dia hampir yakin.
---
Skaya Harus Keluar dari Situasi Ini. Otaknya berpikir cepat. Jika ia menyangkal, Darren akan terus menggali.
Tapi jika ia mengaku, semuanya akan berantakan. Jadi, Skaya memilih jalan tengah. Ia tertawa kecil, mengangkat bahu. “Mungkin lo salah lihat. Gue emang sering lihat motor balap di internet, jadi mungkin itu cuma kebiasaan tanpa sadar.”
Jawaban yang terdengar masuk akal. Tapi Darren tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap Skaya lebih lama, seolah mencoba membaca pikirannya.
Dan saat itu, Skaya merasakan sesuatu yang lebih berbahaya. Darren tidak akan berhenti di sini.
Skaya merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Darren masih menatapnya, dan untuk pertama kalinya, Skaya merasa dia tidak punya jalan keluar.
Biasanya, dia bisa mengendalikan situasi. Tapi kali ini… Darren menguasai permainan.
-----
Langkah Darren Semakin Dekat. Tanpa mengalihkan pandangan, Darren menghisap rokoknya sekali lagi sebelum membuangnya ke tanah dan menginjaknya.
"Lihat motor ini," katanya sambil menunjuk salah satu motor gede yang terparkir di sampingnya. Skaya tetap diam.
"Kalau gue minta lo nyalain ini sekarang, lo bakal bisa atau enggak?", Skaya terkesiap dalam hati. Sial. Ini jebakan.
Jika dia bilang bisa, maka semua kebohongannya akan terbongkar. Tapi jika dia bilang tidak bisa… Darren pasti akan terus menggali.
-----
Diam Bukan Pilihan
Skaya berusaha menjaga ekspresinya tetap netral. "Kenapa lo tiba-tiba nanya hal aneh kayak gitu?" tanyanya, mencoba mengalihkan.
Darren menyeringai. "Gue cuma penasaran," katanya pelan, suaranya penuh tantangan. "Atau lo takut ketahuan kalau lo bohong?"
Skaya mulai kehilangan kendali. Untuk pertama kalinya, dia merasa terpojok tanpa bisa menghindar. Darren tidak lagi sekadar curiga. Dia tahu sesuatu. Dan Skaya sadar, dia tidak bisa lari lebih lama lagi.
Skaya menarik napas dalam. Dia tahu, jika terus menghindar, Darren akan semakin mencurigainya. Tapi jika dia mengatakan semuanya sekarang… itu bukan pilihan. Jadi, dia memutuskan untuk memberikan sepotong kecil kebenaran.
------
Pengakuan yang Terbatas
"Aku enggak takut motor," kata Skaya akhirnya.
Darren menaikkan alis. "Oh?"
"Aku cuma… enggak suka ngomongin soal itu." Tatapan Darren semakin tajam. "Kenapa?"
Skaya menggigit bibirnya. Bagian ini harus meyakinkan. "Karena gue pernah kehilangan seseorang gara-gara motor."
Itu bukan kebohongan. Tapi itu juga bukan seluruh kebenaran. Skaya memang pernah kehilangan seseorang di dunia balap, tapi bukan seperti yang mungkin dipikirkan Darren.
Dan itu cukup untuk membuat ekspresi Darren berubah sedikit. Ada keraguan di matanya.
-----
Apakah Ini Cukup?
Skaya diam-diam berharap jawabannya cukup untuk menghentikan penyelidikan Darren. Tapi dia tahu, cowok itu bukan tipe yang gampang percaya begitu saja.
Dan benar saja... Daren masih menatapnya seolah berusaha membaca pikirannya. Skaya tidak bisa lengah.
Karena meskipun dia baru saja mengungkap sedikit kebenaran, Darren masih bisa mengejarnya kapan saja. Dan dia tidak akan berhenti sampai menemukan seluruh jawaban.
Darren mendengar kata-kata Skaya, tapi dia tidak langsung percaya. Kehilangan seseorang gara-gara motor?
Itu masuk akal. Tapi juga terlalu… mudah ditebak. Skaya tipe orang yang penuh perhitungan. Kalau dia mengaku sesuatu, berarti dia ingin Darren berhenti menggali. Dan itu berarti ada lebih banyak yang dia sembunyikan.
-----
Mencari Jejak Masa Lalu
Malam itu, Darren duduk di depan laptopnya, membuka forum balap liar dan berita lama tentang kecelakaan motor.
Dia mencari sesuatu, apa pun yang bisa menghubungkan Skaya dengan dunia yang selama ini dia sembunyikan.
Lalu, setelah berjam-jam menggali… Dia menemukannya. Sebuah artikel lama tentang seorang pembalap misterius bernama ‘Raven’.
Dan di kolom komentar, ada seseorang yang pernah menyebutkan sesuatu:
"Setelah kecelakaan malam itu, Raven menghilang. Gak ada yang tahu dia ke mana. Mungkin dia capek sama dunia ini, atau mungkin… dia menyamar jadi orang biasa."
Denyut nadi Darren meningkat. Skaya?. Dia tidak punya bukti konkret... belum. Tapi potongan-potongan itu mulai menyatu. Skaya bukan sekadar seseorang yang ‘pernah kehilangan seseorang gara-gara motor’.
Dia bagian dari dunia itu. Dan sekarang, Darren hanya butuh satu kepastian lagi. Dia harus membuat Skaya benar-benar mengaku.
Darren tahu kalau terus menekan Skaya, dia hanya akan semakin berusaha mengelak. Jadi kali ini, dia akan menggunakan cara yang berbeda. Bukan dengan pertanyaan atau jebakan.
Tapi dengan sesuatu yang lebih halus, sesuatu yang akan membuat Skaya mengungkapkan dirinya sendiri.
-----
Menyusun Permainan
Darren mulai mendekati beberapa orang di dunia balap liar, mencari tahu apakah ada yang pernah melihat Raven lagi. Lalu dia menyebarkan satu rumor.
"Raven kembali." Itu hanya rumor kecil. Sebuah bisikan yang perlahan menyebar. Tapi kalau Skaya benar-benar Raven… Dia pasti akan bereaksi.
-----
Menunggu Reaksi Skaya
Di sekolah, Darren tetap bersikap biasa. Tidak ada interogasi, tidak ada tatapan mencurigakan. Tapi diam-diam, dia mengamati setiap gerak-gerik Skaya.
Dan saat bisikan tentang kembalinya Darren mulai terdengar… Skaya mulai gelisah. Dia berpura-pura tidak peduli, tapi Darren melihatnya.
Tatapan cemas. Nafas yang lebih berat. Sesuatu dalam dirinya berubah. Darren menahan senyum kecil. Permainan sudah dimulai. Sekarang tinggal menunggu… kapan Skaya akan jatuh ke dalam perangkapnya.