Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Keheningan menyelimuti ruangan, udara terasa mencekam, siluet hitam bersatu dengan cahaya redup ruangan hanya api bisu lilin yang meliuk-liuk menerangi kamar.
Keringat terjatuh dari wajah tampan Calix. “Ah.. baju ku basah oleh air hujan, dari mana hujan itu turun saat sudah dekat kemari” suara Jamie.
Mengejutkan semua yang ada di kamar, Jamie memasuki kamar dengan kesal sambil menyeka air hujan dirambutnya menggunakan kain.
“Ada apa? Di luar hujan” Jamie yang terheran saat memasuki kamar, Davian mengayunkan kepalanya terhadap Jamie serta Ael tersenyum ringan melirik Jamie.
“Akan ku buatkan teh hangat untuk mu, Jamie” Penelope.
“Wah… Pen kau sungguh perhatian, pasti khawatir saat aku kehujanan ya…” Jamie menggoda Penelope.
Penelope bangkit dari kursinya, tersenyum tipis saat melewati Jamie dan pergi menuju dapur.
“Kemana saja kau pergi Cal, hingga Cath tenggelam ?” Adrian bertanya pada Calix dengan sedikit kesal. Calix yang masih memegang keranjang buah terkejut dengan pertanyaan Adrian.
Calix merasa terkenan dengan pertanyan ini, melirik dengan cemas pada Odelia. Calix tercengang pada tatap wajanya tampak tenang menunggu jawaban Calix, menelan ludahnya “Berpindah kapal untuk memeriksa hal
yang mencurigakan dikapal asing”.
Medengar jawab Calix, Odelia menatap Calix dengan rendah sambil tersenyum sinis tipis.
“Memeriksa Kapal? untuk apa seorang pengawal istana bangsawan memeriksa kapal!” Adrian tidak puas dengan jawaban Calix.
“Bukan urusan mu” Calix menjawab dengan kesal karena Adrian menyudutkannya
“Lalu apa yang kau dapat dari kapal asing itu?” Adrian kembali bertanya dengan mengejeknya
“Ku bilang bukan urusan mu, Ian”
“Kenapa kau sangat ingin tahu urusan ku” Calix dengan jengkel menatap Adrian
“Memangnya ada yang salah dengan itu” Adrian
“HAH!” Calix dan Adrian saling berhadapan suasana tegang terjadi di antara keduanya, menatap tajam satu sama lain.
“Ian, tenangkan dirimu” Davian segera menepuk pundak Adrian.
“Cal kau juga untuk apa tersinggung dengan pertanyaan Ian” Davian menatap ke arah Calix.
Menghela nafas dengan berat “Kalian berdua cepat minta maaaf pada Cathrine, untuk apa kalian berkelahi saat ini” Tuan Laurent mengingatkan mereka.
“Maafkan ku Cath membuatmu merasa tidak nyaman” Adrian segera melepaskan tatapan tajam dari Calix dengan tulus meminta maaf pada Odelia.
“Maaf” tanpa menatap Odelia.
“Tidak apa” Cath menjawab dengan tenang.
“Teh hangat untuk semua orang” Suara ceria Penelope memecahkan udara yang mencekam di dalam ruangan sambil membawa teh hangat.
Davian segera mengambil alih baki, membawanya untuk semua orang, Adrian mengambil dua gelas menyerahkan salah satunya pada Odelia “Terimakasih” Odelia menerima gelas sambil tersenyum hangat pada Adrian.
Penelope kembali duduk dikursi sambil meminum tehnya,
“Benar juga! hampir saja aku melupakanya” Penelope mengingat sesuatu
“Cath, apa yang terjadi dengan liburan mu hingga berakhir tenggelam?”
Semua orang terkecuali Calix menatap pada Odelia. “Ahhhhhh! Sialan Penelope kenapa kau bertanya saat ini” kekesalan Calix dalam hatinya.
Dengan khawatir melirik Odelia berharap ia tidak mengungapkan apa yang terjadi dikapal bersama Annalise.
Sambil meminum tehnya dengan perlahan, Odelia memandang sekilas pada Calix dengan lirikan bangga sambil tersenyum tipis dibibirnya, Calix yang melihat lirikan itu merasakan ketegangan kembali keringat menetes dari wajahnya.
Waktu terasa sangat lambat bagi Calix menelan ludahnya menunggu jawaban Odelia. Menatap teh hangat ditanganya, Odelia menghela nafas dengan berat.
“Karena merasa mabuk laut aku mencoba untuk memasuki kabin kapal untuk beristirahat, sayangnya saat berjalan kakiku tersandung sesuatu hingga terjatuh ke laut. Mencoba untuk muncul ke permukaan laut ombak laut menerjang dan berakhir seperti ini”
Calix merasa lega dengan apa yang Odelia ceritakan. Tiba-tiba Adrian bertanya dengan menyilangkan tanganya “Lalu kemana pergi kau Cal saat Cath terjatuh ke laut?” melirik Calix dengan tidak puas.
“Sudah ku bilang tadi, apa kau masih tidak percaya” Calix mencoba untuk tetap tenang.
“Berapa lama yang dibutuhkan untuk memeriksa kapal asing, hingga tidak menyadari Cath terjatuh” Adrian memojokkan Calix dengan pertanyaan.
“Aku sendrian saat itu, tentu saja menghabiskan waktu yang cukup panjang”
“Mengapa kau tidak kembali ke dermaga terlebih dahulu untuk melaporkan kapal itu”
“Menyebalkan! Ian apa kau tidak percaya dengan ku!” Calix merasa tertekan dengan segala pertanyaan Adrian.
“Tidak” Adrian dengan tenang.
“HAH!!???”
Adrian dan Calix kembali bersitegang. Melihat perkelahian mereka, Ael menghela nafas.
“Hentikan Kalian berdua, untuk apa berkelahi disini. Catherine membutuhkan banyak waktu untuk istirahat, kenapa kalian membuat keributan kembali” mengingatkan mereka.
Calix memalingkan wajahnya, Adrian segera meminta maaf pada Odelia “Maafkan kami cath” dengan menyesal. Odelia tersenyum pada Adrian dan melirik pada Calix yang menghindarinya.
“Lebih baik kita pergi saat ini biarkan Cath untuk istirahat”
“Maafkan mereka Cath” Laurent dengan lembut berbicara pada Odelia.
“Baiklah, istirahatlah Cath” Davian berpamitan.
“Semoga lekas membaik Cath” Jamie sambil mengedipkan salah satu matanya.
Ael menatap singkat sambi menganggukan singkat sebelum mengikuti Davian dan Jamie keluar kamar.
“Istirahatlah yang baik Cath”.
“Berikan keranjang itu pada Penelope, Cal”.
Cal sendari awal terus memegang keranjang buah dengan cepat menyerahkan keranjang pada Penelope dan mengikuti Laurent keluar kamar, tersisa Adrian dan Penelope.
Odelia melirik Adrian yang menatapnya, Adrian dan Odelia melihat satu sama lain dengan pemahaman masing-masing.
“Tidak ada yang kamu tutupi, Cath?”.
“Hmmm… Tidak ada” Odelia merasa aneh dengan tatapan dan pertanyaan Adrian.
“Istirahatlah, Cath”.
“Baiklah, setelah melapor ke istana aku akan kembali kemari”.
“Heum..” Odelia menganggukan ringan.
“Pen, setelah melapor aku akan berkujung ke klinik untuk mengambil obat”
“Baiklah, hati-hati dalam perjalan, Ian” Penelope melambaikan tanganya sebelum Adrian keluar ruangan.
Menaruh keranjang buah di meja, Penelope kembali duduk dikursi “Apa kamu membutuhkan sesuatu, Cath”
“Tidak, aku hanya merasa lelah saja”.
KRUKKKKKKKK
Suara perut Odelia dengan kencang, Odelia dan Penelope terkejut dengan suara itu kemudian tertawa ringan.
“Hahaha… Benar juga kamu belum makan apapun” Penelope sambil mengusap air matanya .
“Akan ku buatkan bubur untuk mu ya”.
“Jika membutuhkan sesuatu panggil aku Cath”.
“Baiklah”.
Penelope keluar kamar, menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur Odelia menghela nafas dengan berat sambil terpejam “Sungguh melelahkan”.
Menatap langit-langit kamar ini, Odelia hanya mengenali empat orang. Adrian pria yang pertama kali ia kenali kemudian Davian pria bertubuh tinggi tegap dengan rambut biru gelap terdapat luka dibagian alisnya lalu Ael pria yang nampak tenang dengan rambut abu-abu terang dan bola mata berwarna ungu seperti karang laut terdapat bintik hitam kecil di bawah mata kirinya dan yang terakhir pria yang membuat Catherine kehilangan hidupnya Calix tingginya mirip dengan Ael bahwa bola matanya memiliki warna yang serupa dengan Adrian berambut kuning cerah.
Penelope gadis yang menangis dan terlihat sangat khawatir pada Cathrine. Ia sangat cantik dengan rambut orangenya serta tubuh yang ramping.
Selanjutnya pria yang menggoda Penelope, kulit kecoklatan bersatu dengan rambut biru muda dengan warna mata yang seada. Apa mereka semua berteman satu sama lain dengan Catherine?. Odelia memikirkan hubungan Catherine dengan mereka.
Yang terakhir pria paruh baya Tuan Laurent ia juga memiliki bola mata yang serupa dengan Adrian & Calix. Adrian memanggilnya "Kakek" mungkin mereka memiliki hubungan keluarga.
Odelia menghela napas, bagaimanapun saat ini akan hidup dalam tubuh Catherine ia harus menjalani kehidupan seperti Catherine sebelum tenggelam sambil mencari cara untuk kembali mendapatkan tubuh duyungnya dan membalas dendam pada mereka yang telah menjebaknya.
Kerena sihir memindahkan jiwa merupakan sihir terlarang tubuh duyungnya menghilang berubah menjadi mutiara serta ingatan tubuh yang ditempati menghilang namun tidak dengan kemampuan alami tubuh ini.
Odelia menatap tangan di hadapnya penuh goresan merah, ia harus bertahan.
......................