NovelToon NovelToon
Kekasih Virtual

Kekasih Virtual

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:679
Nilai: 5
Nama Author: wanudya dahayu

~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡


"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masihkah mencintaiku

POV Kirana

"Aku bahkan tidak tahu lagi harus bagaimana, apa sebuah kesalahan kehadiranku di sini, Mas Rangga sudah melupakanku dia sudah punya kehidupan yang lain di mana tidak ada aku lagi di dalamnya, jadi untuk apa aku sebenarnya datang ke sini? aku tahu Tuhan, mungkin Engkau sengaja ingin menunjukkan ini padaku, tapi kenapa harus sekarang? di saat keadaanku seperti ini, haruskah aku menyerah dan melepaskan semuanya sampai di sini."

Kirana masih terisak dalam tangisnya ketika ada suara ketukan cukup keras dari luar pintu yang memanggil namanya.

"Kirana ... buka pintunya kita harus bicara," suara Rangga terdengar cukup keras dari balik pintu, sebenarnya dia sudah sejak tadi menunggu Kirana keluar dari kamar mandi, tapi Kirana tidak juga keluar membuat Rangga merasa sangat cemas.

"Aku mohon, segeralah keluar kita benar-benar perlu bicara," ucapnya lagi, tapi tidak ada sahutan sedikitpun dari Kirana.

"Aku dobrak pintunya kalau kamu tidak segera keluar juga!" ujarnya dengan nada yang tinggi dan dengan perasaan cemas yang tak lagi bisa dia sembunyikan.

Kirana sebenarnya mendengar suara Rangga dengan jelas sejak tadi, bahkan setiap kalimat pertengkarannya dengan Della di balik pintu itu, dia pun dengan jelas mendengar semuanya dan cukup memahami situasi yang tengah dia hadapi.

Tapi sekali lagi Kirana tidak tahu bagaimana harus bersikap untuk saat ini, dia sedang mati-matian berusaha menata hatinya kembali sebelum akhirnya dia mempunyai keberanian untuk berbicara dengan Rangga.

Setelah beberapa saat akhirnya Kirana memutuskan membuka pintu dan keluar dari kamar mandi, raut mukanya terlihat kacau sekali, matanya merah dan sembab, jelas sekali terlihat dia habis mengurai air mata, bahkan butiran-butiran bening itu masih menggenang di kedua matanya yang merah.

Melihat Kirana yang keluar dengan wajah kacaunya, seketika Rangga langsung menarik dan memeluk gadis itu, Kirana malah semakin terisak karenanya, dia tidak sanggup menahan air matanya untuk tidak keluar lagi.

"Jangan menangis," kata Rangga mencoba menenangkan. Dia bahkan semakin mengeratkan pelukannya.

Kirana masih terdiam, sungguh pelukan hangat dan menenangkan ini yang ia rindukan tapi ia sadar bahwa ia harus melepaskannya, sebab Kirana merasa ia tidak berhak lagi atas semua itu.

"Aku mau pulang," ucap kirana lirih.

Rangga melepaskan pelukannya dan ditatapnya gadis di hadapannya itu lekat-lekat, Rangga bisa menangkap jelas ada kesedihan yang sangat dalam di kedua mata gadis yang dicintainya ini, pasti Kirana kecewa karena mengetahui hubungan dirinya dengan Della, pikir Rangga saat itu, tapi bukankah Kirana yang memilih pergi darinya waktu itu jadi bukan salahnya bukan jika dia berusaha melanjutkan hidup, meskipun sebenarnya dia pun tidak menyukainya.

"Jangan becanda, ini sudah hampir malam, jangan pergi, kondisi kamu juga sedang tidak baik bukan?" ucap Rangga.

"Aku tahu, tapi aku tetap mau pulang sekarang," kata Kirana memaksa.

"Aku tidak ijinkan, sekalipun aku harus mengikatmu di sini akan aku lakukan yang penting kamu tidak pergi." ucapnya dengan serius.

"Aku tidak peduli, aku hanya mau pulang," jawab Kirana lagi.

"Hahh ... memang sejak kapan kamu peduli, selalu saja seperti ini bukan, kamu melakukan apa pun sesuai keinginanmu sendiri, kamu egois, Ki ... sangat egois, lalu untuk apa kamu datang lagi, untuk melihat aku terpuruk sekali lagi, bisa nggak sih kamu nggak mikirin diri kamu sendiri saja!" jelas Rangga dengan nada sedikit meninggi.

Mendengar perkataan Rangga demikian, rasanya hati Kirana seperti sengaja ditusuk-tusuk, sakit sekali, bukan ini yang ia harapkan tapi ia tidak bisa menyalahkan Rangga, kenyataannya Rangga memang benar, ia yang telah memutuskan pergi tanpa memberi Rangga kesempatan, dan kini setelah Rangga mulai menata hidupnya kembali Kirana malah hadir lagi dan mengacaukan semuanya, sungguh ia yang pantas disalahkan dalam hal ini.

Air matanya lagi-lagi menetes dengan mulusnya, luruh bersama segenap jiwa dan raganya.

"Maafin aku, Mas, aku tidak bermaksud seperti itu, Mas Rangga boleh marah, aku pantas mendapatkannya, aku akan pergi Mas sekarang, Mas Rangga bisa melanjutkan hidup lagi, maaf ... Aku telah mengacaukan semuanya, tidak seharusnya aku datang, maafkan aku," jelasnya dengan air mata yang masih menetes dari kedua matanya.

Untuk sesaat mereka sama-sama terdiam larut dalam pikirannya masing-masing.

"Baiklah, aku tidak akan memaksa, setidaknya jangan pergi sekarang, menginaplah di sini, besok aku antar kamu pulang, maaf juga aku tadi sedikit emosi aku tidak bermaksud memarahimu," kata Rangga sambil mengusap air mata yang masih menetes di kedua pipi Kirana.

"Iya, Mas, nggak apa-apa," lirih jawabnya.

"Bukan pertemuan seperti ini yang kuharapkan, Ki ... Aku benci keadaan kita yang seperti ini," ucapnya datar.

"Sudahlah, Mas, aku tidak ingin membahasnya lagi, Mas Rangga tetaplah pada keputusan Mas Rangga yang ingin menikah dengan Mbak Della, jangan bahas apa-apa lagi tentang kita, anggap saja kehadiranku tak berarti apa-apa," jelas Kirana, meskipun hatinya terluka sangat dalam ketika mengatakannya.

Seolah tidak peduli dengan permintaan Kirana, dengan sengaja Rangga merapatkan tubuhnya dan menyentuh gadis itu, dipeluknya tubuh yang bergetar itu dengan erat seolah tidak ingin dilepaskan lagi.

Sementara itu tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi Della menyaksikan semua di balik pintu yang sedikit terbuka. dia sangat terkejut melihat kenyataan di depannya,

kedua tangannya mengepal menahan amarah yang siap diledakkan saat itu juga.

"Ternyata benar memang ada sesuatu di antara mereka berdua," gumamnya, "aku tidak akan biarkan perempuan itu merebut Rangga dariku, sudah sejauh ini dan tinggal sedikit lagi, aku akan lakukan apa pun untuk memisahkan mereka berdua!".

Setelah itu Della memutuskan untuk pergi, baginya sudah cukup melihat semuanya, saat ini yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya dia memisahkan Rangga dari Kirana.

Baginya Rangga adalah segalanya, bertahun dia telah bersabar dan berusaha setiap saat untuk mendapatkan perhatian dari laki-laki tersebut, dia tidak akan membiarkan siapa pun merebut Rangga darinya, setelah sekian tahun akhirnya dia bisa membuat Rangga menyerah dan menerimanya, tentu kali ini dia tidak akan melepaskan Rangga dari genggamannya meskipun dia tahu hati Rangga tetap condong kepada Kirana.

Della tidak peduli akan hal itu, baginya memiliki Rangga sudah cukup.

Sementara itu masih di dalam kamar Rangga, mereka masih menghabiskan waktu berdua, hingga suara ketukan pintu dari luar mengakhiri percakapan mereka, Ibunya Rangga yang mengetuk pintu tersebut, Beliau ingin mengajak mereka berdua makan dulu.

"Rangga, kamu ajak gih Kirana makan dulu, kasian dari tadi belum makan apa-apa," ucapnya lembut.

"Iya, Bu, sebentar," jawab Rangga.

"Ndak usah lama-lama ayo cepat, kasihan temen kamu ini belum makan dari tadi," jelasnya.

Diam sesaat.

"Tuh ... denger sendiri, kan, Ibu bilang apa, kamu makan dulu ya," pinta Rangga pada kirana.

"Iya, Mas," jawabnya singkat.

"Eh ... tunggu, itu mukanya dibenerin dulu, kacau banget,"

"Biarin," jawab kirana sembari mengusap kedua pipinya sendiri.

Rangga tersenyum menatap gadis yang dicintainya ini, sungguh baginya kehadiran Kirana saat ini sangat dia syukuri, terlepas dari semua masalah yang tengah terjadi, kehadiran Kirana mampu menghidupkan kembali perasaan yang ingin dia lupakan. Perasaan rindu dan cinta yang nyatanya tidak pernah sedikit pun hilang dari hatinya.

Akhirnya mereka makan bersama, sebenarnya Kirana merasa tidak enak karena sudah merepotkan keluarga ini sejak dari pagi tadi, tapi dia tidak bisa berbuat apa pun, ini sungguh di luar rencananya, tapi dia berjanji besok pagi dia akan pergi dan tidak akan kembali lagi, biarlah ia tetap menyimpan rapat sendiri soal kehamilannya, ia tidak ingin egois, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mengacaukan hidup Rangga lagi setelah ini.

"Ini lho Ibu tadi masak soto, coba deh," kata Ibunya Rangga membuyarkan lamunan Kirana.

"Iya, Bu, pasti ini enak, terlihat sangat lezat sekali," jawabnya seraya tersenyum dan kemudian memulai aktifitas makannya, tapi ketika ia hendak menyuapkan makanan ke mulutnya tiba-tiba perutnya merasa mual aroma makanan yang tengah masuk di mulutnya membuat ia serasa ingin muntah.

Memang sejak kehamilannya ada beberapa makanan yang selalu membuatnya merasa mual, terlebih makanan dengan aroma yang cukup kuat.

Kirana seketika menutup mulutnya, tidak mungkin kan ia mengatakan yang sebenarnya pada keluarga ini tentang kondisinya, jadi sebisanya Kirana menahan rasa mual yang dirasakannya, sementara Rangga hanya memperhatikan dengan penuh tanya tanya.

"Kamu kenapa, Ki?" kenapa makanannya nggak disentuh, kamu nggak suka?" tanya Rangga penasaran.

"Tidak, bukan begitu, aku kan ada asam lambung jadi kalau telat makan sering begini, rasanya sedikit mual," jawabnya pelan mencoba menjelaskan.

"Tapi kamu tetap harus makan, atau kamu mau makan yang lain bilang saja," tanya Rangga dengan raut muka cemas.

"Ini aja nggak apa-apa, aku makannya pelan-pelan, nanti juga enakan kok," jawabnya lagi.

"Bener?" tanya Rangga lagi memastikan,

dan Kirana pun hanya menjawabnya dengan anggukan dan seulas senyuman.

Kirana akhirnya menyelesaikan makannya, meskipun ia harus menahan diri dari rasa yang tidak enak tapi ia tetap menghabiskan makannya, karena ia merasa tidak sopan jika ia menolak makanan tersebut. meskipun perutnya terasa diaduk-aduk namun ia berhasil menyelesaikan makannya meski dengan durasi waktu yang cukup lama. Setelahnya ia meminta ijin untuk kembali beristirahat, sungguh saat ini ia hanya ingin mengistirahatkan raga dan hatinya barang sebentar.

Sementara Rangga tadi siang sudah berjanji akan menemui Della dan dia pun berpamitan keluar rumah untuk menepati janjinya pada Della.

"Aku sadar posisiku, aku tidak sepenting itu lagi di hidupmu." gumam Kirana, ia memejamkan matanya berusaha menghalau air mata yang ingin keluar dari kedua matanya.

Malam sudah larut, Tapi Kirana belum bisa memejamkan matanya sama sekali, ia juga bertanya-tanya, kenapa selarut ini Rangga belum pulang juga, apakah dia sedang menghabiskan malam bersama Della, membayangkannya saja membuat Kirana merasa ada sesak di dadanya, tidak bisa dipungkiri sebenarnya ia sangat cemburu pada Della, tapi kali ini ia harus menahan diri dan tahu posisi sebab diantara ia dan Rangga tidak terikat hubungan apa pun lagi.

Karena merasa suntuk dan fikiran yang kalut membuat Kirana benar-benar susah untuk memejamkan mata, lalu ia memutuskan keluar, ia pun meminta ijin pada sang empunya rumah untuk untuk duduk-duduk di depan teras rumah, atau mungkin sebenarnya ia memang sengaja ingin menunggu Rangga di sana.

Kirana duduk di teras sendiri sambil memainkan ponselnya, banyak sekali pesan-pesan dari Satya yang sangat mencemaskannya, juga dari orang tuanya, Kirana membalas pesan tersebut satu persatu, ia merasa bersalah karena banyak sekali alasan dan kebohongan yang ia sampaikan pada Satya dan kedua orangtuanya.

Hingga ia tidak menyadari jika Rangga telah ada di sana dan memperhatikannya sejak tadi.

"Kenapa di luar? sudah malam dingin," ucap Rangga tiba-tiba membuat Kirana yang tidak menyadari kehadiran Rangga menjadi terkejut.

"Mas Rangga, sudah pulang, ya?" tanya Kirana sedikit terbata-bata.

"Kamu serius sekali sampai tidak tahu aku pulang dari tadi,"

"Maaf, Mas," jawabnya lirih.

"Kirana, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Rangga.

"Iya, Mas," jawabnya singkat.

"Maksudku hubunganmu dengan Satya?" tanyanya lagi penasaran.

Kirana hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Rangga, ya..untuk sementara ini hubungannya dengan Satya memang baik-baik saja tapi entah nanti seandainya Satya tahu tentang kehamilannya ini, Kirana tidak yakin hubungannya dengan satya akan tetap baik-baik saja setelah ini.

"Kenapa diam?" tanya Rangga lagi.

"Aku mau tidur dulu Mas, sudah malam," kata Kirana sambil melangkah menjauhi Rangga, ia sengaja menghindar dari percakapannya dengan Rangga. Tapi sebelum sempat melangkahkan kakinya, Rangga keburu menarik tangannya dan menarik Kirana ke dalam pelukannya.

"Biarkan seperti ini, jangan menolakku aku sangat merindukanmu," ungkapnya dengan tetap memeluk Kirana dengan erat.

Rangga

Kupandangi wajahmu lekat

Kurekam dalam ingatan guratan-guratan halus di wajahmu

Senyummu yang memikat

Netra tajam namun meneduhkan

Ahh..., sedalam itu Aku telah tenggelam padamu

@kiranaputri

1
Alphonse Elric
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
Laura Rivera 🇨🇴❤️
Lucu banget! 😂
pelangisenja
sederhana dan ringan untuk dibaca, tapi serius ceritanya bikin salting sendiri 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!