NovelToon NovelToon
Menjemput Cahaya

Menjemput Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

SPESIAL RAMADHAN

Sekuel dari cerita Jual Diri Demi Keluarga.

Setelah melewati masa kelam yang penuh luka, Santi memutuskan untuk meninggalkan hidup lamanya dan mencari jalan menuju ketenangan. Pesantren menjadi tempat persinggahannya, tempat di mana ia berharap bisa kembali kepada Tuhannya.

Diperjalanan hijrahnya, ia menemukan pasangan hidupnya. Seorang pria yang ia harapkan mampu membimbingnya, ternyata Allah hadirkan sebagai penghapus dosanya di masa lalu.



**"Menjemput Cahaya"** adalah kisah tentang perjalanan batin, pengampunan, dan pencarian cahaya hidup. Mampukah Santi menemukan kedamaian yang selama ini ia cari? Dan siapa pria yang menjadi jodohnya? Dan mengapa pria itu sebagai penghapus dosanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20_Salah Tingkah

Setelah berkeliling pesantren, Ros mulai memahami suasana lingkungan yang akan menjadi tempat pelaksanaan program kursus jahit. Ia merasa nyaman berada di sini, melihat bagaimana santri-santri belajar dengan penuh semangat, lingkungan yang asri, serta suasana religius yang terasa begitu menenangkan.

Keinginan Ros sejak dulu yang ingin menjadi santri namun tidak kesampaian, kini terobati rasanya dengan bekerja sama dengan pesantren ini.

Di sisi lain, Fahri merasa pikirannya semakin kacau. Kehadiran Ros begitu mengusik hatinya, meskipun ia tetap berusaha untuk tidak menunjukkan perasaannya. Ia mencoba bersikap sewajarnya, tetap tenang, tetap ramah, meskipun dalam hatinya ada sesuatu yang bergejolak.

Fahri yang semula punya banyak ide, kini redup seketika, ia menjadi banyak diam dan mendengarkan Ros, Adam, dan Ustadzah Aisyah yang berbicara bergantian. Sesekali Fahri curi-curi pandangan menatap wajah Ros. Namun, Ros tampak tidak menghiraukannya. Ia hanya fokus membahas tentang program jahit yang aka mereka rintis bersama di pesantren ini.

Setelah selesai berkeliling, mereka pun kembali ke rumah.

Saat mereka berjalan kembali ke rumah kiyai Nasir, Ustadzah Aisyah tersenyum dan berkata, "Mbak Ros pasti lelah setelah perjalanan dan diskusi panjang tadi. Bagaimana kalau kita makan siang dulu di rumah Kiyai?"

Ros mengangguk sopan, "boleh sekali, Ustadzah. Dengan senang hati," jawabnya dengan senyum lembut.

Muncul perasaan senang di hati Fahri, sebab itu artinya ia memiliki tambahan waktu untuk bersama dengan Ros.

Adam menimpali dengan semangat, "nah, pas banget! Makanan di rumah Paman jtu luar biasa enaknya. Saya jamin, Mbak Ros pasti suka!"

Fahri hanya tersenyum tipis, tidak banyak bicara. Ia berjalan di belakang mereka, mendengarkan obrolan ringan antara Adam dan Ros.

Setibanya di rumah Kiyai Nasir, suasana terasa hangat dan penuh keakraban. Meja makan sudah disiapkan oleh santri-santri perempuan yang bertugas membantu di rumah Kiyai.

Lauk-pauk tersaji dengan aroma menggugah selera—ada ayam bakar, sayur asam, tahu tempe goreng, dan sambal yang menggoda.

Fahri membantu menuangkan air ke dalam gelas sebelum duduk. Ia memastikan semua orang mendapat bagian lebih dulu sebelum akhirnya mengambil tempat duduk di sisi meja.

Mereka pun duduk mengelilingi meja makan. Ros duduk di antara Ustadzah Aisyah dan Bu Nyai Halimah. Adam duduk diantara Kiyai Nasir dan Fahri. Bu nyai Halimah berhadapan dengan Kiyai Nasir, Adam berhadapan dengan Ros, dan Fahri berhadapan dengan Ustadzah Aisyah.

Saat makan, Fahri makan dengan tenang dan tidak banyak bicara, tapi perhatiannya sebagian besar tertuju kepada Ros.

Saat suasana makan semakin santai, Kiyai Nasir melirik sekilas ke arah Adam dan Ros, lalu tersenyum. Dengan nada bercanda, beliau berkata, "saya perhatikan, Ros dan Adam ini tampaknya seumuran, ya? Sama-sama cerdas, sama-sama ambisius. Kalau ngobrol juga nyambung sekali."

Ucapan itu langsung disambut dengan tawa kecil dari Ustadzah Aisyah dan Bu Nyai Halimah.

Adam terkekeh, lalu menatap Ros dan Fahri dengan senyum menggoda, "lebih cocokan mbak Ros sama Fahri saja, sama-sama pebisnis," goda Adam.

Mendengar ucapan itu, Fahri langsung menatap wajah Ros, dan tersenyum kecil, menunggu reaksi dari Ros.

Ros tertawa kecil, "ah, Ustadz Adam bisa saja. Saya ini sibuk dengan bisnis, belum terpikir ke arah sana," ujarnya sambil tersenyum santai.

Fahri sedikit kecewa, tapi ia kembali bahagia, dari ucapan Ros, itu artinya masih sendiri dan belum punya calon, sebab ia sendiri belum kepikiran ke arah sana.

Ustadzah Aisyah ikut menimpali, "tapi memang betul sih, kalau diperhatikan, Ros dan Fahri punya banyak kesamaan. Bahkan wajahnyamu memiliki kemiripan."

Fahri kembali tersenyum, hatinya berbunga bunga sekali saat ini. Terlebih dikatakan memiliki wajah yang mirip dengan Ros. Tapi, ia langsung beristighfar di dalam hatinya.

"Wah benar, bagaimana ini Fahri?" goda Adam sambil tertawa kecil.

"Ah, sudah sudah, mari lanjut makan," ucap Kiyai Nasir sambil tertawa.

Fahri mengangkat gelasnya, meneguk air dengan perlahan, mencoba mengabaikan percakapan itu. Ia tidak ingin reaksinya terlihat jelas.

Namun, sesekali, saat tak ada yang memperhatikannya, ia menatap Ros dengan diam-diam.

Mengagumi perempuan itu dalam senyap.

Mengulang kembali dalam pikirannya, betapa takdir mempertemukan mereka kembali di tempat ini.

Selepas makan, mereka mengobrol sebentar di ruang tamu. Kemudian Ros pamitan pulang.

Fahri merasa seperti pria pengecut yang membiarkan Ros pergi begitu saja, tanpa memberitahunya bahwa mereka dulu satu sekolah.

"Keren ya mbak Ros ini," puji Ustadzah Aisyah saat mobil Ros meninggalkan pesantren.

"Sudah cantik, cerdas, berpendidikan, dan juga pebisnis," lanjutnya.

"Bener, makanya saya bilang cocok untuk Fahri, Fahri pun kan demikian," ujar Adam, "Bagaimana Fahri, cocok?" goda Adam.

"Ah, kamu ini Dam, perempuan seperti mbak Ros ini pasti punya seleranya sendiri. Tidak sembarang orang bisa dekat dengannya," sahut Fahri menepis godaan itu.

"Tapi kamu juga kan bukan pria sembarangan Fahri, kamu punya usaha, sarjana dari Cairo, apa lagi kurangmu?" tanya Adam.

"Saya bukan pejabat negara Dam, kan bisa saja mbak Ros ini minatnya sama pejabat negara, bukan pebisnis kuliner seperti saya. Atau dia minatnya sama pebisnis garmen atau konveksi," jelas Fahri. Padahal ia sebenarnya sedang mengutarakan kekhawatirannya.

"Betul juga ya Fah, lihat dari gayanya yang elegan, bisa jadi sih dia carinya yang pejabat negara gitu," ucap Adam.

Fahri semakin rendah diri mendengar ucapan Adam, padahal sebelumnya ia sendiri yang mengatakan hal demikian.

*****

Setelah sholat Ashar Fahri pamitan pulang, dan kembali ke kota. Ia benar-benar bahagia hari ini, sebab ia bisa bertemu kembali dengan cinta masa kecilnya, meski gadis itu tampak tak mengenali dirinya.

Di perjalanan pulang dia menyetel sholawat dengan volume pelan, ia menikmati perjalanan ini dengan santai.

Meski ia tidak tahu, apakah nantinya dia punya kesempatan untuk mengobrol dengan Ros atau tidak. Tapi seminimalnya dia sudah tahu, kalau Ros masih sendiri, dan masih hidup di dunia ini.

Setelah dua jam perjalanan, dia memutuskan untuk berhenti, untuk sekedar menikmati teh di sebuah restoran.

Dan tanpa di sangka, takdir kembali mempertemukan mereka. Fahri kembali menatap Ros, tengah sibuk dengan Laptopnya sambil menikmati segelas teh coklat panas.

Tentu saja, Fahri memberanikan diri untuk menghampiri Ros.

"Assalamu'alaikum," sapa Fahri.

Ros mendongak ke arah sumber suara. Tatapannya kini berbeda, tidak lagi seperti saat di pesantren tadi.

Perlahan Ros tersenyum, "wa'alaikumusslam, Ustadz Fahri?"

"Bisa saya duduk?" tanya Fahri sopan.

"Ya, silakan Ustadz," ujar Ros mempersilahkan.

"Jangan panggil Ustadz, panggil Fahri saja," ucapnya.

"Baiklah, Fahri, mau kemana dari mana?" tanya Ros dengan santai.

"Mau ke kota, kembali ke rumah, dari pesantren. Mbak sendiri kok bisa masih ad di sini, saya kirain sudah pulang," ucap Fahri.

"Ohh iya, tadi sempat mampir ke tempat lain, ada urusan kerjaan," sahutnya, "dan ini saya di sini juga lagi nunggu klien," sambungnya.

Fahri mengangguk, dan hendak berkata kata lagi, tapi...

"Nah itu dia sudah datang," ucap Ros sambil menunjuk seorang wanita yang sudah berusia 40 an datang mendekat ke arah mereka.

"Kalau begitu, saya pindah ke meja yang lain saja Mbak," ucap Fahri.

"Loh, kenapa di sini saja, tidak apa apa," ucap Ros.

"Ah, tidak enak, saya pindah saja," ujar Fahri beranjak pergi.

"Eh tunggu!" ujar Ros menghentikan langkah Fahri.

Fahri menoleh ke arah Ros, dengan alis terangkat.

"Jangan panggil saya mbak, kita seumuran loh," ujar Ros sambil tersenyum.

Fahri menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "ya, assalamualaikum."

"Wa'alaikumusslam," jawab Ros lembut.

Di hadapan Ros, Fahri begitu salah tingkah. Ia tidak pernah sesalah tingkah ini sebelumnya.

1
Susi Akbarini
kalao suka halalin aja..
jgn asal nyosor..
bahaya donk..
kan udah jadi ustad..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
sayang di pesantren gak ada cctv..

myngkin saja ada yg lihat mereka lagi ambil vairan pel atau saat nuang di lantai..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalo suka ama santi..
halalin aja.

😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
adam terciduk..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
bakal ketahuan ga ya.....
Lianali
cerita yang penuh makna.
Susi Akbarini
Adam ..
dingin..
menghanyutkan..

❤❤❤❤❤❤😉
Susi Akbarini
sebagai mantan penikmat wanita.

pasti Adam.paham Santi punya daya tarik pemikat..

mudah2an..
Adam.mau halalin Santi lebih dulu...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
oalah..
mudah2an karena sama2 pendosa..
jadi sama2 mau neryonat dan menyayangi..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
tatapan Adam seperti menginginkan Santi..
Santi jadi gak kuat..
😀😀😀❤😉❤
Susi Akbarini
mungkin Adam ada rasa ama Santi.

atau jgn2 Dam pernah tau Santi sblm mereka ktmu di bus.

mungkinkah hanya Adam yg tulus mau nikahi Santi..
mengingat ibu Adam kan udah meninggal.. .
jadi gak ada yg ngelarang seperti ibu Fahri..
❤❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
ada yang panas nih.....
Diana Dwiari
ah.....jangan2 Ros adalah gadis yg diinginkan fahri
0v¥
kenapa klo fahri ama santi, kenapa umi nya fahri tidak setuju, jgn karena masa lalunya santi kelam, semua dimata Allah sama klo benar 2 mau tobat di jalan Allah,
Susi Akbarini
duuhhhhh....
jadi penasarannn...
siapa akhirnya jodoh Santi..
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
waduuuhhhh..
saingan terberat Santi datang..
😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
berasa nonton film ayat2 cinta..
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
Adam
Susi Akbarini
mungkinkah mereka berjodoh???
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
bukan orang baik yg bagaimna?
jadi penasarannn..
❤❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!