NovelToon NovelToon
Andai

Andai

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mamah Mput

Andai .... kata yang sering kali diucapkan di saat semua sudah berlalu. Di saat hal yang kita ingin gapai tersandung kenyataan dan takdir yang tidak bisa terelakan. Kadang aku berpikir andai saja waktu itu ibuku tidak meninggal, apakah aku masih bisa bersamanya? ataukah justru jika ibuku hidup kala itu aku bahkan tidak akan pernah dekat dengannya.

Ahhh ... mau bagaimana lagi, aku hanyalah sebuah wayang dari sang dalang maha kuasa. Mengikuti alur cerita tanpa tau akhirnya akan seperti apa.

Kini, aku hanya harus menikmati apa yang tertinggal dari masa-masa yang indah itu. Bukan berarti hari ini tidak indah, hanya saja hari akan terasa lebih cerah jika awan mendung itu sedikit saja pergi dari langitku yang tidak luas ini. Tapi setidaknya awan itu kadang melindungiku dari teriknya matahari yang mungkin saja membuatku terbakar. Hahaha lucu sekali. Aku bahkan kadang mencaci tapi selalu bersyukur atas apa yang aku caci dan aku sesali.

Hai, aku Ara. Mau tau kisahku seperti apa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah Mput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan malam

Hari-hariku terasa gamang. Berjalan tapi seakan tidak menapaki bumi. Aku bingung tidak tahu harus bagaimana, tidak tahu pada siapa harus mengadu.

Kenyataan bahwa diriku adalah 'anak haram' membuat aku merasa rendah diri meski di luar aku bersikap bangga bahwa aku adalah anak perempuan dari keluarga Adnan. Hatiku tetap merasa sedih dan takut. Takut suatu saat akan ada orang yang tahu.

"Ada apa, Non? Kenapa beberapa hari ini bapak lihat non sering melamun?" tanya Pak Rudi supirku.

"Gak apa-apa, Pak. Lagi banyak pikiran aja."

"Masih cilik kok banyak pikiran. Non tuh enak apa-apa tinggal minta sama bapak, anak kesayangan ibu sama bapak kok banyak pikiran."

"Iya, Pak. Kadang kita gak bisa lihat orang hanya dari luar nya saja. Kalau kata orang sih wang apa tuh, Pak?"

"Sawang sinawang, Non."

"Iya itu."

"Apa toh, Non? Tugas non itu kan cuma belajar tok. Sisanya urusan ibu sama bapak."

"Bapak tahu sendiri kan kalau saya ini bukan anak Mama dan Papa."

"Wah, itu sih non kurang bersukur aja. Non mau ikut bapak ke suatu tempat ndak?"

"Saya bahkan tidak punya waktu sendiri, Pak. Mau ke sana sini tuh gak bebas. Mana bisa dapat ijin dari mama dan papa. apalagi Abang sama kakak."

"Biar nanti bapak yang bilang. Pasti dikasih ijin, oke."

"Terserah bapak aja deh."

Mobil melaju entah ke mana. Dan akupun dengan pasrahnya ikut ke mana pak Rudi membawaku.

Kami berhenti di warung angkringan. Kata pak Rudi aku harus makan dulu karena ini udah sore menjelang malam.

Awalnya aku merasa ragu makan di tempat pinggir jalan seperti ini. Dengan makanan yang terbuka tanpa penutup sama sekali.

Demi menghargai pak Rudi, aku mengambil satu bungkus nasi berukuran sangat kecil, sate telor puyuh dan juga tempe goreng.

Kami duduk di pelataran toko yang sudah tutup hanya beralaskan tikar. Saat sedang menikmati hidangan, ada pengamen datang. Aku memberi uang sepuluh ribu. Tidak disangka pengamen tersebut berterimakasih sampai membungkuk beberapa kali.

Tidak berselang lama, datang pengemis. Seorang anak kecil yang menggendong adiknya. Anak kecil yang membawa anak kecil. Karena aku merasa kasihan, aku memberi mereka dua kali lipat dari pengamen yang tadi.

"Alhamdulillah, makasih ya kak. Semoga kakak panjang umur dan sehat selalu."

"Terimakasih," ujarku sambil tersenyum ramah. Fokusku teralihkan pada anak kecil yang ada di gendongan. Dia sedari tadi menatap makanan yang ada di piring, bukan makanan tapi sisa makanan. Sate telor puyuh yang tersisa 2 dari 4 biji.

"Kak, telornya boleh buat kita nggak?"

"Hah? Apa?"

"Itu, sisa makanannya boleh buat kita gak?"

"Ka-kamu lapar?"

Dia mengangguk.

"Tunggu sebentar ya."

Aku segera berlari menuju gerobak angkringan. Aku ambil beberapa lauk entah berapa tusuk.

"Tolong bungkus, Mas."

"Banyak amat, Neng."

"Iya, Mas."

Setelah dibungkus rapi dalam kantong kresek hitam, aku memberikannya pada adik tadi.

"Jangan dimakan!" tidak ada niat untuk aku membentak saat melihat mereka sedang memakan sisa telor puyuh dari piringku. Aku hanya terkejut dan takut mereka sakit.

Mereka terlihat ketakutan.

"Maaf, ya. Kakak gak bermaksud bikin kamu takut. Ini, kakak kasih makanan yang layak buat kamu. Bawa ke rumah dan makan sama adik kamu, ya."

"Makasih, Kak." ucap mereka yang masih nampak takut, mungkin terkejut. Entahlah.

Dari kejadian awal sampai anak itu pulang, Pak Rudi terlihat tidak peduli, dia bahkan membiarkan anak itu makan sisa makananku.

"Bapak kenapa biarin mereka ambil makanan saya sih?"

"Mereka lapar, mau gimana?"

"Iya tapi kan saya lagi beli, Pak."

"Ya mana mereka ngerti, pokoknya mereka lapar, ada makanan Yo wes dimakan."

"Ih, bapak sih gimana."

Pak Rudi seolah tidak peduli dan dia tetap saja asik makan sendiri sampai ludes.

"Non, mau jalan-jalan sebentar gak?"

"Ke mana?"

"Kita keliling aja."

"Ya udah ayo, lagian saya gak pengen pulang ke rumah dulu."

"Kenapa toh?"

"Ada kak Alan."

"Hahaha. Jangan begitu, Non. Meski terlihat cuek dan galak, Den Alan itu baik buangettt. Diantara keluarga pak Adnan, den Alan itu yang paling perhatian. Cuma emang gak banyak omong aja orangnya."

Saya juga tau, Pak. Saya hanya sedang ingin menghindar saja karena saya diancam Angela untuk tidak terlalu dekat sama kak Alan.

Kami berjalan menyusuri trotoar jalan. Pak Rudi cerita jika anaknya yang paling besar sudah bekerja di kantor Papa. Anak yang kedua nya sedang kuliah, sementara yang kecil sedang sekolah di pelayaran. Pak Rudi bilang itu semua berkat papa yang peduli pada keluarganya. peduli pada pendidikan anak-anaknya.

"Dibandingkan ibu, jujur ya non, bapak itu jauh lebih baik. Kalau ibu masih suka jutek dan ya, mungkin karena beliau anak orang kaya. Beda sama bapak."

"Iya, Pak. Papa lebih bisa memanusiakan manusia ketimbang mama. Saya juga pernah melihatnya kok."

"Jangan cerita ibu ya, Non, kalau bapak cerita gini. Soalnya semua pekerja di rumah memang sependapat kok."

"Tenang aja, Pak. Saya bisa jaga rahasia kok. Saya juga punya banyak rahasia yang tidak ingin orang lain ketahui."

Sepanjang perjalanan, banyak sekali orang-orang yang sedang melakukan aktivitas masing-masing. Ada pedangan kopi keliling yang mengayuh sepedanya. Ada ojek online yang sedari tadi menatap layar ponselnya, berharap ada notifikasi dari pelanggan. Ada juga warung kecil dengan beberapa orang yang sedang minum kopi sambil asik ngobrol.

"Itu orang gila, Pak?" tanyaku sambil menunjuk bapak-bapak yang sedang tergeletak di emperan toko hanya dengan beralaskan kardus bekas.

"Hahaha, bukan, Non. Dia memang tidur di sana karena itulah rumah baginya."

"Rumah?"

Pak Rudi tersenyum melihat aku yang tidak percaya pada apa yang dia ucapkan.

"Tidur hanya beralaskan kardus bekas, tanpa bantal, tanpa selimut?"

Saat aku masih membahas orang yang tertidur tadi, aku kembali dibuat terkejut oleh suara seseorang. Nampaknya dia sedang memarahi anaknya.

"Goblok, Lo ya! dari siang gue suruh lo ngemis, cuma ini doang yang Lo dapat?"

"Iya, Mak."

"Bohong Lo ya! Ngaku Lo, pasti Lo pake buat makan kan?" bentaknya sambil memukuli anak tersebut pakai ranting. Aku reflek bersembunyi di balik punggung pak Rudi.

Anak itu sangat ketakutan dan kesakitan, dia merintih menangis namun wanita itu tidak mau memberi ampun. Aku ingin menolong, tapi pak Rudi melarang. Katanya bukan urusan kita.

"Tapi, Pak?"

"Jangan, Non. Sebaiknya kita pergi saja ya. Sudah cukup jalan-jalannya. Non mau tunggu di sini, apa mau ikut saya ambil mobil?"

"Nunggu aja, Pak. Tapi jangan lama-lama ya."

"Iya, Non."

Pak Rudi berlari menuju parkiran mobil kami tadi di depan angkringan. Mungkin dia tidak ingin aku menunggu terlalu lama.

Dari tempat yang cukup jauh, aku masih bisa melihat wanita itu masih memarahi anaknya. Hati nuraniku tidak bisa tinggal diam saat wanita itu menendang perut anak itu hingga tersungkur.

"Berhenti!!!!"

1
Musdalifa Ifa
yah end kan masih penasaran sama pernikahannya Ara sama Candra tapi walau begitu saya tetap senang karna happy ending 👏👏👏
kartini aritonang
akhirnyaaa....end. walau banyak rasa penasaran yang beljm terjawab, gimana acara pernikahsnnya? gimana rumab tangganya alan dan wngela? gimana ayah biokogisnya ? dan gimana gimana ysng lain...

terimakasih othor, tulisanmu sudah menghibur dikala senggang. walau pembacamu. masih sikit, tetap semangat 🦾💪
Mamah Mput(Bilanoure): iya kak, terimakasih ya. Sebenernya masih banyak yang belum terungkap karena nenek nya pun belum kembali. 🤭

Tadinya mau ada S2 nya tapi masih mikir dulu karena ya begitulah readers nya masih sedikit. jadi butuh effort besar untuk melanjutkan nya.

sehat selalu ya kak 💜
total 1 replies
Musdalifa Ifa
kok ara plin plan yah kadang sudah ada rasa sama Candra tapi juga masih mau di cumbu sama Alan, Thor tolong dong jangan buat karakter Ara kayak cewek murahan sana sini mau kan jadi kesel bacanya🙏
Mamah Mput(Bilanoure): iya Ara nya serakah mau Alan sama Chandra juga kayaknya dia. 🤭🤭🤭 tunggu up nya nanti sore ya kak 💜
total 1 replies
Ecka Fanda
yuk Thor jangan gantung aku terus di tungguin nih😭😭
Mamah Mput(Bilanoure): siap kakak sore ini ya kita up 💜💜
total 1 replies
kartini aritonang
Aku gak nyangka selemah itu dirimu Ara , menyerahkan kehormatanmu sama candra. Apa itu yang namanya cinta?
seharusnya cinta itu saling menjaga , menahan diri untuk tidak berbuat diluar batas. tapi semua sudah terjadi..aku jadi nggak respek sama ara.

Jadi, siapakah pemenangnya? Candra atau Alan?
kutumggu apdet nya othor 😍😍
Mamah Mput(Bilanoure): Iya bingung nih ara. cinta nya sama Alan tapi nyerahin kehormatan sama Chandra. 😢

nantikan up hari ini ya kak. seperti biasa 4 bab setiap harinya.🙏💜
total 1 replies
Ecka Fanda
kenapa menggantungku lagi Thor lagi seru nih ehhh malah cukup sekian ceritanya😭😭 auto gak bisa tidur nih Thor mikirin Ara dan Alan❤️❤️
Ecka Fanda
ayo Thor semangat aku selalu stay nungguin up'nya nih😭😭
Mamah Mput(Bilanoure): hahaha siap, Kak. Langsung tiga part ya nanti sore. 💜💜💜🫰
total 1 replies
kartini aritonang
ha ha ha ...wanita seperti itu memang perlu dibasmi sampai akar akarnya. Ara gitu dilawan
Semangat thor updetnya.
aku semangat ngintip udah updet belum ya 🥰🥰
Mamah Mput(Bilanoure): hahaha siap kak. Hari ini up 4 bab ya. masih edit dulu. makasih udah setia sama Ara 🙏💜
total 1 replies
kartini aritonang
Kamu memang harus bahagia Ra, untung ada trio kwek kwek yang nenghibur Ara...Tapi awassss...kayaknya ada yang cemburu....
Apa Candra suka sama Ara ya ?
Mamah Mput(Bilanoure): jadi pilih Alan apa Chandra kak? othor juga bingung mau pilih yang mana hahahaha keren semua. tapi mereka gak ada yang mau sama othor 😭😭😭
total 1 replies
kartini aritonang
Dua hati yang sama sama terluka. Harusnya kalian saling terbuka supaya tidak saling menyakiti. Aduh Ara...semoga kamu kuat yah

Semangat Thor. ditunggu updetnya
Mamah Mput(Bilanoure): terimakasih kak dukungannya 💜🙏
total 1 replies
Yati Susilawati
kak alan?
Mamah Mput(Bilanoure): semoga iya ya dia yang bantuin 🤭🤭💜
total 1 replies
Sahriani Nasution
wuih cool
Mamah Mput(Bilanoure): iya dia cool banget, suami aku sebenarnya dia tuh 🤧😂😂
total 1 replies
mly
plot twist nya alan Sma ara suami istri wokwok
Mamah Mput(Bilanoure): mau kondangan gak? hahaha
total 1 replies
nowitsrain
Ini visualnya Alan?
Mamah Mput(Bilanoure): iya kak itu Alan.
total 1 replies
nowitsrain
Ayuhhh, yang dikerjain guru baru 🤣
nowitsrain
Yah, usil banget bocah
Timio
belum apa apa udah nyakitin aja kalimatnya tor 😭
Mary_maki
Bagus banget ceritanya, aku udah nggak sabar nunggu bab selanjutnya!
Mamah Mput(Bilanoure): terimakasih kak. tiap hari aku up ya 💜💜
total 1 replies
y0urdr3amb0y
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
Mamah Mput(Bilanoure): terimakasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!