NovelToon NovelToon
Valdris Academy : Rise Of The Fallen

Valdris Academy : Rise Of The Fallen

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Teen School/College / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: Seojinni_

Akademi Valdris. Medan perang bagi calon jenderal, penasihat, dan penguasa.

Selene d’Aragon melangkah santai ke gerbang, hingga sekelompok murid menghadangnya.

"Kau pikir tempat ini untuk orang sepertimu?"

Selene tersenyum. Manis. Lalu tinjunya melayang. Satu tumbang, dua jatuh, jeritan kesakitan menggema.

Ia menepis debu, menatap gerbang Valdris dengan mata berkilat.

"Sudah lama... tempat ini belum berubah."

Lalu ia melangkah masuk. Jika Valdris masih sama, maka sekali lagi, ia akan menaklukkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN

Tiga hari berlalu. Fajar menyingsing dengan rona keemasan, membasuh aula besar tempat seluruh murid berkumpul. Udara di ruangan itu tegang, diwarnai bisik-bisik samar yang menyelimuti tiap sudut. Ujian besar akhirnya tiba, dan dengan itu, takdir mereka akan mulai bergerak menuju arah yang tak terduga.

Di atas panggung marmer, Profesor Alistair berdiri dengan postur tegap, jubah hitamnya berkibar lembut seiring angin pagi yang menyusup melalui jendela-jendela tinggi. Tatapan matanya menyapu murid-murid di hadapannya, dingin dan tajam, seperti mata seorang algojo yang akan menjatuhkan vonis.

“Setiap tim telah diberikan kota masing-masing,” suaranya menggema, berlapis ketegasan. “Kalian memiliki waktu yang telah ditentukan. Bangun, hancurkan, atau kendalikan. Dunia tidak memberi belas kasihan bagi mereka yang lemah.”

Keheningan jatuh sejenak, namun seperti biasa, ada satu suara yang berani memecahnya.

“Profesor,” suara Selene terdengar, jernih namun berlapis tantangan.

Semua kepala menoleh. Seorang gadis berdiri tegak di barisan depan, rambutnya jatuh dalam gelombang gelap yang hampir menyaingi malam itu sendiri. Matanya, tajam dan penuh perhitungan, bersinar dengan keberanian yang tak biasa.

“Setelah mempelajari latar belakang kota kami, aku menemukan ketidakadilan yang mencolok,” katanya, suaranya tetap tenang, meski setiap kata membawa sengatan.

Profesor Alistair mengangkat sebelah alis, tampak lebih tertarik daripada marah. “Ketidakadilan?” ulangnya, nada suaranya seperti mencemooh. “Dan apa yang kau harapkan dariku, nona muda? Bahwa aku akan mengubah aturan hanya karena kau merasa tidak puas?”

Selene mengangkat bahunya. “Tentu tidak. Aku tahu tak ada gunanya meminta belas kasihan.” Ia tersenyum tipis, seperti seseorang yang sedang bermain catur dan baru saja menjebak lawannya. “Tapi aku ingin mengajukan satu syarat tambahan. Jika timku menang, aku ingin hak istimewa untuk memilih distrik ujian berikutnya.”

Ruangan mendadak dipenuhi bisik-bisik. Sejumlah murid tertawa kecil, beberapa langsung mengejek tanpa menahan suara.

“Betapa naifnya.”

“Dia benar-benar tidak tahu diri.”

“Bermimpi terlalu tinggi akan menjatuhkanmu lebih keras.”

Namun, Selene tetap berdiri dengan ekspresi tak tergoyahkan.

Profesor Alistair menatapnya lama, lalu, dengan senyum tipis yang berbahaya, ia mengangguk. “Kau boleh mencoba.”

Murid-murid lain tersentak. Beberapa dari mereka tampak terpana, yang lain semakin yakin bahwa Selene hanyalah seorang gadis bodoh yang terlalu percaya diri. Tapi Selene? Ia hanya tersenyum, matanya bersinar dengan sesuatu yang membuat beberapa orang merinding.

Bagus. Ia sudah memiliki rencana.

***

KEHANCURAN RAVENHOLLOW

Perjalanan menuju Ravenhollow memakan waktu beberapa hari, melalui hutan-hutan kelam dan jalanan berbatu yang dipenuhi bayangan. Saat mereka tiba, angin dingin menyambut, membawa aroma tanah lembap dan abu.

Selene melangkah ke dalam kota, mata peraknya menyapu pemandangan yang terbentang di hadapannya. Ia pernah datang ke sini sebelumnya, namun kini, Ravenhollow adalah bayangan dari kejayaannya yang dahulu.

Bangunan-bangunan tua berdiri rapuh, jendelanya pecah, pintunya hanya tergantung di engsel. Jalanan berlumpur, dihiasi jejak-jejak kelelahan dari mereka yang masih bertahan hidup. Di kejauhan, anak-anak mengintip dari balik reruntuhan, mata mereka penuh kewaspadaan dan kelaparan.

Penerimaan terhadap mereka jauh dari hangat. Penduduk menatap dengan mata penuh curiga, beberapa bahkan meludah ke tanah seolah menolak kehadiran mereka. Namun, Selene tidak terkejut. Ia sudah menduga ini.

Saat mereka tiba di pusat pemerintahan, langkahnya terhenti di ambang pintu. Matanya membeku pada satu objek yang menggantung di dinding ruangan besar itu.

Sebuah lukisan.

Dirinya.

Selene berdiri dalam balutan jubah gelap, satu tangan terulur seperti sedang melindungi kota ini, dan di sekelilingnya, penduduk yang dahulu bergantung padanya.

“Sejak dia pergi,” suara serak terdengar. Seorang pria tua, pemimpin kota, berdiri dengan tatapan yang dipenuhi luka lama. “Tak ada lagi yang memperjuangkan kami.”

Selene menatapnya, diam.

“Kami tidak menyalahkan Kaisar,” lanjutnya. “Kami tahu… kekaisaran terlalu luas. Tapi ada terlalu banyak tangan kotor yang mencuri dari kami. Bantuan yang kau perjuangkan, tidak pernah sampai. Pejabat-pejabat mengisi pundi mereka sendiri, meninggalkan kami untuk mati.”

Selene mengepalkan tangan.

Jadi ini sebabnya. Ini mengapa mereka menatapnya dengan kebencian, mengapa mereka tidak percaya pada siapa pun dari kekaisaran.

Seketika itu juga, tekadnya mengeras. Ia tidak akan membiarkan ini berlanjut.

***

PERMAINAN SELESAI SEBELUM DIMULAI

Malam itu, Selene mengumpulkan timnya. Peta besar terbentang di meja kayu tua, diterangi oleh cahaya lilin yang berkelip.

“Ada tiga kota dalam ujian ini,” katanya, jarinya menunjuk pada titik-titik yang saling terhubung. “Ravenhollow adalah yang terakhir dan paling menderita. Tapi kenapa?”

Seseorang bergumam, lalu seorang anggota tim mengangkat kepala. “Karena bantuan untuk mereka dirampas sebelum sampai?”

“Benar.” Senyum Selene melengkung, dingin. “Dan siapa yang merampasnya?”

Sebuah keheningan jatuh, sebelum seseorang akhirnya menyebutkan dua nama.

Eriston dan Redmont.

Dua kota sebelum mereka. Dua kota yang masih berdiri dengan kokoh karena mereka menjarah yang lemah.

Selene menyandarkan diri ke kursinya, senyumannya bertambah lebar. “Bagus sekali,” bisiknya, suaranya terdengar seperti desisan ular berbisa. “Jadi, jika kita ingin menghancurkan dua tim lawan…”

Ia menatap mereka satu per satu.

“…kita hanya perlu menghancurkan dua kota itu terlebih dahulu.”

Kegelapan menggantung di udara saat pemahaman meresap ke dalam pikiran mereka. Di balik cahaya lilin yang temaram, mata Selene bersinar dengan kecerdikan seorang manipulator, seorang ratu tanpa mahkota, seorang gadis yang telah melihat kehancuran dan memutuskan bahwa ia akan menjadi badai yang mengubah segalanya.

Dan bagi mereka yang berdiri di jalannya, hanya ada satu nasib yang menunggu.

Kehancuran.

1
sasa adzka
Luar biasa
sasa adzka
Lumayan
Nurhasaah
bagus banget karya mu thor jalan cerita dan penataan kata per kata nya sangat rapih jdi para pembaca bs dapet feel nya .. semangat thor semoga cerita ini bs di lanjut lagi
Ita Xiaomi
Emak yg sangat menyayangi anaknya. Tetap ditimang meski dah tuir😁
Aulia
thor bagusss bangettt ceritanya, wow kagum sama alurnya beda dari yang lain.
Seojinni_: Wah makasih kak 😍
total 1 replies
Ita Xiaomi
Magnus itu adik yg baik menurutmu lg ngapain tuh?
Seojinni_: Magnus gak sadar adeknya begitu 😅
total 1 replies
Ita Xiaomi
Apakah Selena akan membantu Selina?
Seojinni_: Ya, nanti dia bantu Selina buat balas dendam 😎
total 1 replies
Ita Xiaomi
Nanamnya jgn ditepi jurang😁
Ita Xiaomi
Berasa nak nulis skripsi pula aku.
Ita Xiaomi
Aku suka penulisan kalimat-kalimatnya.
Seojinni_: terimakasih 😍
total 1 replies
Ita Xiaomi
Seram ndak tuh anggota kelompok sang pangeran 😁
Yunita Widiastuti
nexxxt
Yunita Widiastuti
keren
Yunita Widiastuti
🐀🐀🐀🐀🐀🐀🐀🐀🐀
Yunita Widiastuti
🎂🎂
Yunita Widiastuti
nyawa dibalas nyawa
Yunita Widiastuti
kutu busuk dilenyapkan ..
Yunita Widiastuti
sedulure yg ilang po
Yunita Widiastuti
selene 2 the power
Yunita Widiastuti
tarung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!