Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Bertemu Setelah 8 Tahun.
Kantor Management Aktris.
Mobil Alina berhenti di depan Perusahaan yang memiliki aktris yang besar-besar itu. Alina menoleh ke bangku sebelahnya dan melihat bunga.
"Aisss sungguh menyebalkan. Aku sekarang harus menemui laki-laki tengil itu dan meminta maaf. Dia pikir siapa dirinya aktris baru saja, sudah banyak tingkah dasar belagu. Aku bisa menjamin karirnya tidak akan panjang jika memiliki sifat sombong seperti itu," oceh Alina dengan emosi tingkat dewa.
"Huhhhhhh. Alina kamu harus benar-benar tenang dan mengumpulkan banyak kesabaran. Kamu adalah wanita yang profesional dalam hal apapun!" ucapnya dengan menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
Alina yang memang tidak punya pilihan lain selain menuruti apa yang diperintahkan oleh Monica untuk meminta maaf langsung kepada saat aktris yang merasa tersinggung atau akibat kata-katanya sebelumnya.
Walau mereka akan mengganti pemeran dalam film yang akan mereka produksi. Tetapi tetap harus ada itikad baik untuk meminta maaf dan semua itu pasti karena Monica tidak ingin nama perusahaannya tercoreng akibat permasalahan salah satu karyawannya dengan bintang yang naik daun.
Alina keluar dari mobil dan tidak lupa mengambil bucket bunga dan langsung memasuki Perusahaan itu yang sejak tadi wajahnya tampak jelas begitu terpaksa.
Alina menaiki anak tangga yang cukup lebar yang bisa terlihat 3 orang lebih berselisih di tangga itu.
"Semoga saja aku tidak sial hari ini dan terakhir aku berurusan dengan bocah itu," ucapnya dengan penuh harap yang buru-buru menaiki anak tangga.
Brukkkk.
Karena terlalu terburu-buru membuat Alina menabrak dada bidang seorang pria dan hampir saja membuat dia jatuh berbalik. Untung tangan pria itu menahan pinggang Alina yang membuat Alina tidak jadi jatuh dan hanya bunga yang dia pegang yang jatuh.
Dengan nafas naik turun dengan kondisi kayang perlahan Alina mengangkat kepala melihat pria yang yang menahan tubuhnya itu. Mata Alina mendelik kaget saat melihat melihat pria bertubuh tinggi 180 cm dengan kulit putih mulus dengan aura wajah dingin dan tegas, jangan ditanya lagi betapa tampannya pria itu yang memancarkan karismatik pemikat hati.
Dag-dig-dug!
Debaran jantung Alina yang tidak terkendali saat melihat pria di hadapannya itu. Alina juga kesulitan menelan saliva yang merasa tubuhnya tertempel magnet yang tidak bisa bergerak dan masih sangat schok.
"Tidak mungkin," batinnya.
"Ini tidak mungkin,"
"Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu dengan suara berat yang membuat Alina tidak merespon apapun karena masih sibuk melamun.
"Nona!" tegur pria itu.
"Oh... Ti--tidak!" Alina yang langsung sadar dan menegakkan posisi berdirinya, menjauhkan tubuhnya dari pria itu dan berusaha untuk tenang, walau dari wajahnya terlihat sangat panik.
Bagaimana tidak laki-laki yang dia tabrak itu yang tak lain adalah Fathan Adi Kusuma. Alina tidak mungkin tidak mengenali pria sering muncul di televisi itu, dalam film drama dan maupun talk show.
Alina juga tidak mungkin melupakan Fathan orang yang pernah berada di masa lalunya.
"Maaf!" Alina yang terlihat tampak gugup menundukkan kepala dan melanjutkan langkahnya dengan sangat buru-buru yang tidak ingin berhadapan dengan pria itu.
"Tunggu!"
Deg!
Jantung Alina semakin berdebar kencang dengan deru nafas naik turun dan wajah yang tampak gugup, entah apa yang terjadi, kepanikan tiba-tiba muncul di wajahnya.
"Ada apa?" tanya Alina tanpa membalikan tubuh.
Fathan mengambil bucket bunga yang terjatuh itu dan menghampiri Alina dan berdiri di depan Aruna.
"Bunga kamu ketinggalan!" ucapnya.
Alina dengan cepat mengambil bunga itu, "makasih!" ucapnya langsung pergi dengan buru-buru.
Fathan melihat kepergian Alina yang tampak tergesa-gesa.
"Apa aku pernah melihatnya?" gumam Fathan yang merasa tidak asing pada Alina dan ternyata benar dugaan Alina bahwa Fathan tidak mengenali siapa dirinya. Kembali lagi semua karena penampilan Alina yang benar-benar sangat berbeda.
"Tapi di mana aku melihatnya?" tanyanya semakin penasaran.
"Tuan Fathan!" tegur seorang pria dari lantai bawah membuat Fathan menoleh.
"Mobilnya sudah siap!" ucap Fathan menganggukan kepala dan mengabaikan siapa gadis yang baru saja berhadapan dengannya itu yang sama seperti Alina dengan tiba-tiba jantung Fathan juga berdebar begitu kencang.
***
Alina yang sudah berada di salah satu ruangan dengan Andreas dan seorang pria berkacamata yang ada di sana. Lihatlah bagaimana Andreas yang tampak angkuh dan sangat cuek. Yang duduk bersandar pada sofa dengan satu kaki di letakkan di pahanya.
"Ternyata dia tidak mengenalku. Iya! itu jauh lebih baik. Aku tidak percaya bisa bertemu secara langsung dengan cara seperti ini," batin Alina yang sejak tadi mengkhayal.
Sia bahkan sudah bertemu dengan orang yang dia cari dan terlihat mengabaikan dua orang tersebut.
"Nona. Apa kau datang kemari hanya diam saja?" tanya pria berkacamata yang sudah berusia 40 tahun.
"Oh, maaf," sahut Alina yang membuang nafas perlahan kedepan yang kembali fokus.
"Baiklah langsung saja kedatangan saya ke kemari tidak perlu basa-basi. Saya meminta maaf atas kejadian kemarin dan saya meminta untuk hal itu tidak diperpanjang lagi dan saya berharap masalah ini tidak dilanjutkan dan apa lagi sampai dalam tahap rana hukum," jelas Alina tanpa dengan tho the point.
"Baiklah! Kita tidak akan memperpanjang masalah ini dan ini juga merupakan peringatan untuk kamu, agar lain kali bisa hati-hati dalam berkata-kata, jaga lisan dengan baik!" tegas pria itu.
"Iya!" sahut Alina tersenyum terpaksa yang benar-benar sangat muak dengan pertemuan itu.
Moodnya sepertinya sedang tidak baik dan seperti ingin buru-buru pergi dari tempat itu. Jadi hanya mengiyakan saja agar cepat selesai.
"Kalau begitu saya permisi, sekali lagi saya minta maaf!" ucap Alian berdiri dari tempat duduknya.
"Hanya itu saja!" sahut Andreas.
"Lalu apa lagi?" tanya Alina menimpali.
"Anda sama sekali tidak punya niat untuk meminta maaf dengan tulus," Andreas ternyata kembali menimbulkan masalah yang suka bertele-tele.
Alina mengeluarkan senyum lebar pada pria tengil itu.
"Saya meminta maaf tuan Andreas!" ucap Alina sekali lagi. Walau raut wajah itu tampak terpaksa mengeluarkan senyum lebar.
"Hmmm, lalu bagaimana dengan peran dalam film yang akan kalian buat. Apa...."
"Kami akan mengganti pemain yang baru," sahut Alina yang memotong pembicara itu.
"Pe-pemain! Siapa?" tanya Andreas penasaran.
"Entahlah semoga saja dia sukses dalam film yang anda tolak," sahut Alian engan menyunggingkan senyumnya.
"Oh, baguslah. Jadi saya tidak perlu berhadapan dengan orang-orang seperti kalian dan saya tidak perlu mendengar bujukan dan tawaran kalian kepada saya," sahut Andreas yang terlihat santai. Namun juga sangat gelisah yang tidak rela jika perannya digantikan.
"Baiklah kalau begitu saya permisi!" ucap Alina yang langsung langsung pergi.
"Oh bagus. Jadi aku memang tidak perlu harus membintangi film yang hanya merugikan diriku. Bisa-bisa tubuhku akan lecet-lecet karena melakukan adegan-adegan yang sangat ekstrim," ucap Andreas yang berusaha baik-baik saja dengan suaranya yang sengaja dikeras-keraskan dan pasti masih terdengar oleh Alina dan Alina tidak peduli sama sekali.
Dia seperti mengharapkan Alina kembali membujuk dia. Pria berkacamata itu melihat kearah Andreas.
"Aku benar-benar bukan?" sahut Andres.
"Benar sekali!" pria itu mengangguk tersenyum yang setuju saja.
Bersambung....