Season kedua dari Batas Kesabaran Seorang Istri.
Galen Haidar Bramantyo, anak pertama dari pasangan Elgar dan Aluna. Sudah tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Ia mewarisi semua ketampanan dari ayahnya.
Namun ketampanan juga kekayaan dari keluarganya tidak sanggup menaklukkan hati seorang gadis. Teman masa kecilnya, Safira. Cintanya bertepuk sebelah tangan, karena Safira hanya menganggap dirinya hanya sebatas adik. Padahal umur mereka hanya terpaut beberapa bulan saja. Hal itu berhasil membuat Galen patah hati, hingga membuatnya tidak mau lagi mengenal kata cinta.
Adakan seorang gadis yang mampu menata hati si pangeran es itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan Tanpa Status
Safira memang cinta pertamanya, tetapi hanya cinta yang bertepuk sebelah tangan. Susah payah Galen mencoba untuk melupakan gadis itu. Tidak akan ia berikan jalan bagi gadis itu untuk kembali ke kehidupannya. Karena ada gadis lain yang sedang ia kejar.
Untuk Lucyana, tidak dipungkiri gadis itu memang unik. Kepolosannya membuat Galen tertarik, belum lagi ketegaran gadis itu ketika menghadapi masalahnya. Galen merasa tidak ada salahnya jika dirinya mendekati Lucyana.
"Wey, gue menang, Zayn!" Sam memiting leher Zayn sembari menunjuk ke arah parkiran mobil.
Kepala Zayn yang berada di bawah ketiak Sam mendongak, melihat Galen dan Lucyana keluar dari mobil yang sama. "Itu beneran? Mata gue gak salah lihat, 'kan?" Zayn berdiri tegak, sembari menyingkirkan tangan sam dari lehernya. Pandangannya mengarah pada Galen dan Lucyana yang baru saja tiba di tempat mereka.
"Udah move on nih." Zayn menaik turunkan kedua alisnya untuk menggoda Galen, tetapi dibalas dengkusan oleh Galen.
"Cil, hebat lo bisa buat gunung es meleleh," ucap Sam.
"Eee, itu …?" Lucyana menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal, bingung harus menanggapi perkataan Sam dengan apa. Ia lantas melihat ke arah Galen sesaat sebelum menjauh dari ke empat pemuda itu. "Aku masuk kelas dulu. Dah, semua." Sambil berlari Lucyana melambaikan tangan ke arah ke empat pemuda itu.
"Dah, bocil." Hanya Sam yang antusias membalas lambaian Lucyana. "Len, tuh bocil lebih cantik kalau gak pakai kacamata."
"Udah, Sam. Noh gak liat si Bos udah kaya mau nerkam lo!" Alden menurunkan tangan Sam lantas menunjuk ke arah Galen dengan dagunya.
"Eh, sorry, Bos." Sam mengangkat kedua tangannya, menunjukkan jarinya yang membentuk huruf V.
Galen memutar bola matanya malas, lantas pergi lebih dulu, mengayunkan langkah dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana, satu tangannya memegang tas punggung yang tersampir di satu pundaknya. Berjalan dengan menunjukkan tatapan penuh permusuhan. Tetapi justru membuat para gadis yang melihatnya memekik kegirangan, berharap sekali saja bisa hanya sekedar dilirik.
Berbeda sekali dengan Lucyana, gadis itu justru seolah dimusuhi oleh seluruh gadis di sekolah itu. Lucyana mencoba untuk tidak peduli dan terus mengayunkan langkah menuju ke kelas.
Sampai di kelas, Lucyana mendudukan dirinya, seraya mengela napas ketika melihat tatapan sinis teman sekelasnya.
BRAK
"Ana."
Lucyana menoleh begitu juga dengan yang lainnya. Mata mereka menangkap keberadaan Arabella.
"Kalian semua keluar!" Arabella berjalan santai sambil menghempaskan rambutnya.
Tidak ada yang membantah, semua orang berdiri meninggalkan kelas kecuali Lucyana yang masih duduk di tempatnya. Pandangannya terus menatap Arabella sampai gadis itu duduk di depannya.
"Lo ada hubungan apa sama kak Galen?" tanya Arabella tanpa basa-basi.
Lucyana langsung menggeleng, "Eh, gak ada hubungan apa?"
Kening Arabella mengerut mendengar jawaban Lucyana.
Kini Lucyana yang merasa bingung. Gadis itu lantas membungkuk, menopang dagu dengan tangannya. "Jujur aku bingung sama sikap kak Galen."
"Kenapa memangnya?" Arabella melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Lucyana.
"Sebenarnya kak Galen anggap aku ini apa?" jelas Lucyana. "Dia baik karena suka sama aku atau hanya menganggap aku temannya?"
"Kenapa gak tanyakan langsung saja sama kak Galen?" usul Arabella.
"Sudah," balas Lucyana.
"Lalu?"
Lucyana menenggakkan tubuhnya sembari mengela napas berat, "dia justru bertanya balik aku maunya apa? ngeselin, 'kan?" ucap Lucyana membuat Arabella tertawa. "Kenapa tertawa? Ada yang lucu?" tanya Lucyana.
Arabella mengangguk, "kakak gue itu memang lucu."
Lucyana mengerucutkan bibirnya, "Ra, kamu keberatan gak kalau semisal aku pacaran sama kak Galen?"
Arabella memandang Lucyana penuh arti. Kali ini wajahnya terlihat serius, "gue gak ikut campur urusan pribadi kak Galen. Dia juga tidak suka ada yang ikut campur dengan urusan pribadinya," jawab Arabella dan Lucyana manggut-manggut mengerti.
Obrolan kedua gadis itu harus terhenti karena jam pelajaran akan segera dimulai. Arabella segera kembali ke kelasnya.
-
-
-
Jam istirahat tiba Lucyana keluar kelas, ia sudah janji dengan Arabella akan ke kantin bersama. Lucyana sengaja menunggu Arabella di depan kelasnya, berdiri di samping pintu agar tidak menghalangi jalan yang lain. Namun, seseorang justru dengan sengaja mendorongnya hingga tersungkur di lantai lantas gadis yang lain dengan sengaja menginjak telapak tangannya.
"Aaa!" pekik Lucyana.
"Oops sorry, sengaja," ucap gadis itu pada Lucyana. "Makanya jangan genit sama kak Galen."
"Hei!"
Dua gadis itu segera pergi meninggalkan Lucyana yang masih terduduk di lantai memegangi telapak tangannya.
Rupanya gadis yang berteriak itu adalah Arabella. Pantas saja mereka langsung kabur.
"Ana, you oke?" Arabella bertanya seraya membantu Lucyana berdiri.
"Aku gak apa-apa," jawab Lucyana.
"Kita harus balas mereka," geram Arabella.
"Gak usah, Ra. Lupin saja. Ayo kita ke kantin. Katanya mau sushi," ajak Lucyana disambut anggukkan oleh Arabella.
Kedua gadis itu berjalan bergandengan tangan menuju kantin, mengabaikan pandangan orang-orang yang menatap sinis pada Lucyana. Namun langkah mereka terhenti saat Kania menghadang langkah mereka.
"Ini dia gadis sok suci dan sok polos. Gak tahunya penggoda juga," ejek Kania seraya mendorong Lucyana.
"Maksud lo apa?" tanya Arabella.
"Arabella, apa untungnya berteman dengan anak seorang pembunuh ini," tanya Kania setengah mengejek Arabella.
"Shut up!" seru Arabella.
"Ara, sudah." Lucyana menahan Arabella untuk tidak terpancing oleh Kania.
Arabella menyingkirkan tangan Lucyana yang sedang menahannya, lantas berjalan mendekat ke arah Kania.
"Setidaknya Ana gak seperti diri lo," ucap pelan Arabella. "Oh iya, lo mengatakan ayahnya Ana pembunuh, bukan?" Arabella menggantungkan ucapannya lantas mendekat ke Kania, mensejajarkan bibirnya dengan telinga Kania. "Bagaimana jika semua orang tahu, jika sebenarnya orang tua lo sendiri yang sudah jeblosin lo sama tuh sugar daddy."
Kania terbelalak mendengar perkataan Arabella. Hatinya bertanya-tanya dari mana Arabella tahu tentang semua itu?
"Jadi … paham, 'kan kenapa kakak tercinta gue gak mau sama lo." Arabella menunjukkan senyum terbaiknya pada Kania.
Tangan Kania mengepal menahan amarah dalam dirinya. Lagi-lagi dirinya kalah telak dengan Arabella.
"Sebaiknya lo tetap diam jika memang mau tetap sekolah di sini. Jika lo mencari gara-gara lagi, gue gak akan segan-segan buat … fiuuuh … keluar dari sekolah ini bahkan uang orang tua lo pun tidak akan bisa menyelamatkan lo. Mungkin lebih buruknya lo gaj akan diterima di sekolah manapun." Suara Arabella memang memang pelan, tetapi penuh dengan ancaman.
"Lo—"
"Yuk, An kita pergi." Arabella menukas ujaran Kania lantas menarik Lucyana pergi dari tempat itu, meninggalkan Kania yang terlihat misah-misuh tidak jelas.
Keduanya sampai di kantin mengantri untuk memesan sushi yang mereka inginkan. Setelah mendapatkannya kedua gadis itu duduk pada satu tempat yang sama, duduk dengan posisi bersebelahan.
Kantin yang tadinya ramai seketika menjadi hening, membuat Lucyana dan Arabella bertanya-tanya. Pertanyaan mereka terjawab ketika melihat Galen juga antek-anteknya masuk ke area kantin. Ke empat pemuda itu duduk berseberangan dengan mereka.
Beberapa siswi yang melihat Galen duduk di bersebrangan langsung dengan Lucyana. Tatapan Galen yang tak biasa pada Lucyana membuat semua orang bertanya-tanya mengenai hubungan mereka berdua.
"Pepet terus, Len," ledek Sam dibalas tatapan penuh permusuhan oleh Galen.
"Kakak mau?" Lucyana menyodorkan satu buah sushi ke dekat mulut Galen.
Apa yang dilakukan oleh Lucyana seketika menjadi pusat perhatian. Semua orang di tempat itu bergumam sendiri bahkan ada yang terang-terangan bertaruh.
Pasti ditolak
Fix, seratus persen Galen lempar tuh sushi ke muka tuh anak.
Gak, tapi dimakan terus dilepeh dan dilempar ke muka tuh anak.
"Kakak gak suka ya?" tanya Lucyana kecewa kemudian menarik tangannya, tetapi Galen mencekal pergelangan tangan gadis itu lebih dulu membuat mata Lucyana terbelalak, kemudian Galen memajukan tubuhnya, memakan sushi yang Lucyana sodorkan.
Sam heboh sendiri melihat pemadangan itu, sedangkan para gadis yang ada di kantin otomatis patah hati berjamaah.
Galen mengunyah makanan itu, tetapi gerakannya terhenti saat melihat beberapa jari Lucyana lecet. "Tangannya kenapa?"
abis kamu fir ga ada kata ampun lagi dari keluarga galen
pengin baca safiraaa di hujat emak dan netizen yg dsanaaa
pengin liat safira dimaki2 emak nya
km kok hmmm nyebelin bgt
yok thor bisa yok double up lagi
jangan2 dia ngomong macem2 lagi sama ana