Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 02
Kini keempat sahabat itu duduk makan di warung Pak Min. Warung langganan mereka. Menikmati seporsi bebek cabe ijo dengan segelas es jeruk. Bagi mereka ini merupakan kenikmatan luar biasa. Setelah selesai makan, mereka pun masih melanjutkan obrolan mereka.
" Dan, malam Minggu ini aku nginep di apartemen kamu ya. Reno keluar kota. Bosen banget kan sendirian."
Lena meminta izin pada Dania yang langsung di setujui oleh Dania.
" Boleh. Tapi awas aja, tiba harinya kamu bilang Reno gak jadi pergi."
Tari dan Selly pun mengangguk. Mengiyakan ucapan Dania.
" Bener, sering banget Lo gitu. Bilangnya bosen di rumah sendirian, minta temenin kita. Eh...gak taunya, Lo keluar sama si Reno. Mana lama banget lagi pulangnya."
Ucap Tari yang sering kesal karena ulah Lena. Lena hanya nyengir kuda. Menampakkan wajah tak berdosa. Dan kini keempat wanita itu kembali ke perusahaan tempat mereka bekerja. Di karenakan waktu istirahat yang sudah hampir habis.
Dania masih berkutat di depan komputernya. Pekerjaannya benar-benar padat. Dania harus menyelesaikan pekerjaannya, karena besok Dania harus ke rumah Pak Sofyan sebelum ke kantor.
" Lembur, Mbak Dani?"
Sapa seorang OB saat melintasi meja Dania. Dania pun melihat sesaat sebelum mengangguk.
" Iya mbak Dewi, banyak kerjaan. Harus selesai."
" Mau di buatin teh apa kopi nggak Mbak?"
" Teh aja deh, Mbak. Makasih banget ya mbak Dewi."
OB yang bernama Dewi itu pun pergi ke pantry, untuk membuatkan Dania secangkir teh hangat. Dan tak lama kembali ke meja Dania untuk menyerahkan secangkir teh hangat.
" Kabar anak Mbak Dewi gimana? Udah sehat?"
Dania menanyakan kabar anak Dewi yang kemarin terserang tyfus. Dewi menjawab dengan anggukan dan ucapan Hamdallah. Dania pun ikut mengucapkan kata yang sama. Setelah itu Dania kembali mengerjakan tugas yang masih bertumpuk di mejanya.
Pukul sembilan malam, akhirnya Dania selesai. Dania membereskan meja dan membereskan tas untuk segera pulang. Tak lupa beberapa berkas di bawanya. Agar besok pagi Dania bisa langsung ke rumah Pak Sofyan tanpa harus datang ke kantor lebih dulu.
Dania memasuki lift yang membawanya turun ke lantai bawah. Badannya sudah sangat lelah, dan Dania ingin segera beristirahat. Setibanya di lobby, ada security yang berjaga, dan kaget melihat Dania yang baru saja keluar dari lift.
" Loh, Mbak Dania lembur?"
" Iya pak. Saya pulang ya pak."
Security itu pun mengangguk, Dania berjalan ke arah mobil dan membawanya keluar dari parkiran. Dania berkendara dengan kecepatan sedang, tak membutuhkan waktu lama, Dania tiba di sebuah apartemen. Dania memang tinggal disana. Apartemen itu merupakan pemberian dari pimpinan perusahaannya karena kinerja Dania yang sangat bagus selama bekerja di perusahaan. Dania merasa sangat lelah, setelah membersihkan tubuhnya Dania pun memilih untuk segera tidur.
Alarm ponsel membangunkan Dania. Di liriknya sekilas dan mematikannya. Dania bangkir dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Membasuh wajahnya dan mengerjakan kewajibannya sebagai umat beragama. Selesai mengerjakan kegiatan pagi itu, Dania masuk ke dapur. Dania lebih suka memasak sendiri sarapannya dari pada harus beli di luar. Dania hanya memasak nasi goreng bawang, dengan potongan sosis juga telur ceplok di atasnya. Gadis berusia 26 tahun itu tak pernah macam-macam dalam urusan perut.
Selesai memasak nasi goreng tanpa sedikit pun cabai itu, Dania langsung ke kamarnya dan membersihkan diri. Memakai pakaian kerja, dan memoles sedikit make up agar wajah nya tampak segar.
Ponsel di nakas berbunyi. Panggilan masuk dari pimpinannya membuat Dania segera menjawab. Ternyata Dania di minta untuk ke kantor terlebih dahulu, karena ada dokumen yang harus diambil di bagian keuangan. Sebagai bawahan Dania hanya bisa menurut. Dania segera menyelesaikan riasannya menyambar tas dan beberapa dokumen tang sudah di bawanya pulang.
Dania melirik nasi goreng yang sudah tertata di piring. Dengan cepat, Dania memindahkan nya ke dalam tempat bekal.
" Bisa aku makan di kantor nanti." Pikirnya.
Dania pun meletakan tempat bekal itu di paper bag. Agar memudahkannya saat membawa. Dania memasuki mobil dan mengendarainya memecah jalanan ibu kota. Walau Dania sudah pergi lebih awal, namun tetap saja, Dania terjebak macet.
Setibanya di kantor, Dania langsung berjalan menemui kepala bagian keuangan untuk meminta dokumen yang di minta oleh pemimpin perusahaan itu.
" Mbak Dani, ini dokumen yang di minta Tuan Sofyan. Makasih ya mbak."
Dania menjawab dengan senyum dan mengangguk. Lalu bergegas ingin keruangan nya. Namun lagi-lagi ponsel di tas nya berdering. Nama Tuan Sofyan menyala di sana. Dania menjawab dan segera kembali ke mobilnya.
" Hhuuff...laper banget gue." Gumamnya di dalam mobil. Dania menatap paper bag yang ada di jok belakang. Rasanya ingin sekali Dania menyantap nasi goreng itu, namun Dania tak ingin membuat atasan nya itu menunggu terlalu lama. Jalanan macet pun kembali menjadi kendala saat Dania akan menuju ke perumahan elit tempat pimpinan perusahaan nya itu berada.
Dira membunyikan klakson mobil, dan keluarlah security rumah itu. Dania yang sudah sangat kenal dengan para penghuni rumah pun menyapa.
" Selamat pagi Pak Trimo."
" Selamat pagi Mbak Dania. Ada perlu sama Bapak ya, Mbak."
" Iya ni, Pak. Kemarin bapak kurang sehat. Jadi hari ini bapak mau mengecek pekerjaan dari rumah aja. Dani masuk dulu ya, Pak."
Dania pun berpamitan. Lalu melangkahkan kakinya memasuki rumah pemimpin perusahaan itu. Setelah mengucapkan salam, Dania pun masuk. Tak lama tampak seorang pembantu rumah tangga menghampiri Dania.
" Selamat pagi, Mbak Dania. Bapak meminta Mbak untuk langsung ke ruang kerja."
Dania pun mengucapkan terima kasih pada wanita tua yang biasa di panggil Mbok Sri itu. Dania melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lantai dua rumah ini. Saat akan memasuki ruang kerja Pemimpinnya. Dania mendengar suara tangisan dari kamar Cilla. Kamar yang berdekatan dengan ruang kerja Pak Sofyan. Cilla terdengar menangis meronta.
Di kamar itu juga terdengar suara Nyonya Fatma,nenek Cilla. Istri dari Tuan Sofyan. Mbok Sri yang akan menghantarkan minuman, tampak berhenti saat melihat Dania yang terdiam di depan pintu kamar Cilla.
" Non Cilla lagi ngamuk, Mbak. Tuan Pras, Nyonya Fatma sudah membujuknya, namun Non Cilla gak mau diam juga."
Ucap wanita tua itu. Wajahnya tampak sedih. Dania hanya mengangguk kecil, lalu masuk ke ruang kerja Tuan Sofyan. Disana sudah ada Tuan Sofyan yang duduk di meja kerjanya.
" Selamat pagi, Pak. Bagaimana kabar Anda?"
" Selamat pagi, Nia. Kabarku seperti ini lah."
Tuan Sofyan pun meminta Dania menyerahkan beberapa dokumen yang di mintanya. Setelah berdiskusi beberapa saat, akhirnya Dania harus mengubah sedikit.
" Kamu bisa kerjakan disini saja, Nia. Kadang aku juga membutuhkan bantuanmu."
semoga ceritanya tidak mengecewakan
Baru dapat novelnya..
Hhhmmm ada hati kah Dok sm Dania?