Dimalam pengantin yang seharusnya sakral ternyata menjadi mimpi buruk bagi Luna dimana ia melakukan ritual olahraga pertamanya dengan adik iparnya yang bernama Damian.
Suami Luna yang bernama Sebastian langsung menjatuhkan talak kepada Luna.
Orang tua Luna sangat murka dan ia meminta Damian untuk menikah dengan Luna.
Luna berjanji akan membalas dendam kepada Damian yang sudah menghancurkan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Tiga bulan kemudian.
Sudah tiga bulan ini Luna masih mengurung diri di dalam kamarnya.
Ia keluar dari kamar kalau saat makan ataupun mandi, setelah itu ia kembali masuk ke kamar.
Pagi ini Luna baru saja bangun dari tidurnya dan ia merasakan tubuhnya yang sangat lemas dengan kepala yang juga pusing.
Ia pun segera bangkit dari tempat tidur dan tiba-tiba pandangannya langsung gelap.
Brugh
Luna langsung jatuh pingsan di samping tempat tidurnya.
Papa yang mendengar suara langsung berlari menuju ke kamar Luna.
"Luna!" Papa menghampiri Luna yang tergeletak pingsan.
Papa langsung membopong tubuh Luna dan membawanya ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit dokter meminta Papa dan Mama agar menunggu di luar ruang UGD.
"Apa yang terjadi dengan Luna, Pa. Mama Takut kalau Luna kenapa-napa"
Papa meminta Mama untuk tenang dulu karena dokter masih memeriksa keadaan Luna.
Tak berselang lama dokter keluar dari ruang UGD dan memanggil Papa.
"Apa yang terjadi pada anak saya dok?" tanya Papa.
"Putri anda sedang mengandung dan usia kandungannya mau masuk tiga bulan " jawab dokter.
Mendengar jawaban dari dokter, tubuh Papa langsung lemas.
"L-luna hamil? Ini tidak bisa dibiarkan. Damian harus bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya" ucap Papa yang langsung mengambil ponselnya.
Damian yang akan berangkat ke hotel langsung menghentikan langkahnya saat mendengar ponselnya yang berdering. Ia melihat layar ponselnya kalau Papa Luna sedang menghubunginya.
"Lekas kamu ke rumah sakit" pinta Papa yang mengatakan kalau Luna sakit.
Damian langsung menutup ponselnya dan ia memanggil taksi untuk segera mengantarkannya ke rumah sakit.
Tiga puluh menit kemudian Damian telah sampai di rumah sakit dan ia langsung menuju ke ruang UGD.
Damian melihat Luna yang menangis sesenggukan di pelukan Mamanya.
Papa meminta Damian untuk duduk terlebih dahulu, setelah itu Papa berbicara tentang Luna yang sekarang sedang hamil anak Damian.
"L-luna hamil?" Damian tidak menyangka jika Luna akan hamil anaknya.
Papa meminta Damian untuk menikahi Luna yang sekarang sedang hamil.
"Luna tidak mau menikah dengan lelaki brengsek ini Pa! Tolong jangan paksa Luna" Luna langsung melepas selang infusnya dan berlari keluar.
Damian meminta Papa dan Mama untuk tenang dan ia langsung mengejar Luna yang berlari keluar rumah sakit.
"Luna!" teriak Damian agar Luma berhenti berlari.
Luna tidak menghiraukan Damian yang sedang memanggilnya.
Damian bergegas berlari dan ia langsung mencekal lengan Luna.
PLAAAKKK
Suara tamparan keras yang dilayangkan oleh Luna ke pipi Damian.
"Lepaskan tanganmu dan jangan ganggu aku lagi!" ucap Luna dengan wajah yang penuh dengan emosi.
Damian melepaskan tangannya dan ia meminta Luna untuk masuk kedalam rumah sakit.
"Aku akan bertanggung jawab dan menikahi kamu, Luna" ucap Damian.
Luna langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Damian.
"Kamu tidak perlu tanggung jawab karena aku akan meng***n anak ini! Aku tidak mau hamil anak kamu!!' ucap Luna.
Damian meminta agar Luna tidak meng****n kandungannya.
"Biar aku yang merawat anakku nanti, tolong jangan kamu lakukan itu" pinta Damian.
Luna menggelengkan kepalanya dan ia memukul-mukul perutnya.
"Keluar dari perutku! Aku benci kamu!! Keluar!!" Luna tak henti-hentinya memukul-mukul perutnya.
"HENTIKAN!!" Bentak Damian.
Luna sangat puas karena telah membuat Damian marah.
Damian melihat darah yang keluar dari kedua paha Luna.
"Luna ayo kita masuk ke dalam biar dokter memeriksa kamu"
Luna kembali berjalan tanpa menghiraukan keadaannya.
"Aku membencimu Damian, aku harap anak ini juga ikut ma**!!" ucap Luna.
Luna menghentikan langkahnya ketika perutnya mengalami kram.
Brugh
Ia pun kembali jatuh pingsan di depan rumah sakit, Damian yang melihatnya langsung membopongnya masuk ke dalam rumah sakit.
Papa langsung memanggil dokter ketika melihat Damian yang sedang membopong tubuh Luna.
Dokter langsung memeriksa keadaan Luna yang sekarang sedang tidak sadarkan diri.
"Jangan sampai dia melakukan hal itu lagi karena bisa membahayakan nyawanya dan juga janinnya" ucap dokter yang kembali memasang selang infus ke pergelangan tangan Luna.
Damian menggenggam tangan Luna yang masih belum sadarkan diri.
"Damian menikahlah dengan Luna sekarang juga" pinta Papa.
Papa sangat takut jika Luna akan melakukan hal yang lebih nekat lagi
Damian pun setuju dengan permintaan Papa dan Papa langsung menghubungi Pak penghulu agar segera menuju ke rumah sakit.
Pak penghulu yang sedang berada di tempat yang tak jauh dari rumah sakit langsung menuju kesana.
Tidak butuh waktu lama untuk Pak penghulu sampai di rumah sakit.
Sesampainya di ruang UGD, Papa menceritakan semuanya kepada Pak penghulu.
Kemudian Pak penghulu meminta Damian untuk menjabat tangannya.
Saya terima nikah dan kawinnya Luna Kaila Maharani binti Baskoro dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.
"Bagaimana saksi?" tanya Pak penghulu
SAH
Kemudian Pak penghulu mendoakan semoga pernikahan Damian akan samawa.
Setelah itu Pak penghulu berpamitan kepada Papa, Mama dan Damian.
Damian kembali duduk disamping tempat tidur istrinya.
Tak lama kemudian Luna membuka matanya perlahan lahan dan ia kembali melihat Damian yang sedang duduk di samping tempat tidurnya.
"Pa tolong usir lelaki itu, Luna nggak mau melihat wajahnya!" ucap Luna.
"Sayang nggak boleh ngomong seperti itu, dia sekarang sudah menjadi suami kamu" ucap Papa.
Deg
Detak jantung Luna seakan berhenti berdetak saat mendengar perkataan Papa.
"M-maksud Papa apa?" tanya Luna.
"Papa sudah menikahkan kamu dengan Damian" jawab Papa
Luna menggeleng-gelengkan kepalanya dan ia kembali menangis histeris.
"Luna benci Papa! KELUAR DARI KAMARKU!!" bentak Luna.
Papa dan Mama langsung keluar dari kamar dan meminta Damian untuk menjaga Luna.
"Kalau ada apa-apa lekas hubungi Papa" ucap Papa sambil menghapus air matanya.
Sebenarnya Papa tidak tega melihat Putrinya yang seperti itu.
Kemudian Papa mengajak Mama untuk pulang ke rumah.
Damian menghela nafasnya dan ia kembali masuk ke dalam kamar.
"Luna tenangkan dirimu dan sekarang kamu minum ini dulu ya" pinta Damian sambil menyodorkan gelas ke arah Luna.
Luna mengambil gelas itu dan langsung melemparkannya ke arah kepala Damian.
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai suamiku" ucap Luna yang kembali memejamkan matanya.
Ia tidak perduli jika kepala Damian saat ini sedang mengeluarkan darah.
Perawat yang mendengar suara pecahan gelas langsung masuk dan ia melihat kepala Damian yang berdarah.
"Ayo ikut saya Pak, saya obati dulu" ajak perawat.
"Dasar lebay, kena gelas saja langsung minta tolong perawat" ucap Luna dengan nada tidak suka dengan Damian
Perawat mengajak Damian untuk keluar sebentar dan ia memintanya untuk duduk.
Tak berselang lama perawat datang dan langsung memberikan obat merah untuk mengobati kepala Damian yang terluka.