Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~10
Setelah memerintahkan Victor untuk memanggil Herman, tak berapa lama kemudian laki-laki tersebut nampak masuk ke dalam ruangannya.
"Maaf tuan, apa anda memanggil saya ?" ucap Herman ketika baru membuka pintu ruangan Demian.
Semenjak ia di pindahkan ke kantor pusat, baru kali ini Herman menginjakkan kakinya di ruangan pemilik perusahaan tersebut.
Demian yang sedang duduk menghadap ke arah jendela, langsung memutar kursinya untuk melihat seseorang yang sudah mengganggu pikirannya sejak kemarin.
"Duduklah !!" perintahnya tegas.
"Baik, tuan." Herman bergegas melangkahkan kakinya mendekat, lalu mendudukkan dirinya di hadapan Demian.
Sedangkan Demian langsung menegakkan posisi duduknya. Pandangannya yang menusuk ke arah Herman, membuat laki-laki itu mendadak ketar-ketir, apa ia melakukan sebuah kesalahan atau.....
"Kamu tahu kenapa saya memanggilmu ke sini ?" ucapan Demian langsung membuyarkan prasangka Herman.
"Saya kurang tahu tuan, apa ini masalah kinerja saya selama di pindah ke kantor ini ?" sahut Herman menebak.
Sebagai seorang manajer pemasaran ia merasa pekerjaannya baik-baik saja saat ini, bahkan lebih baik di banding waktu di kantor cabang sebelumnya.
"Bukan." tegas Demian.
Herman nampak bingung, apa ini masalah tentang kejadian di sekolahnya Ricko kemarin. Tapi, bukannya masalah tersebut sudah selesai.
"Sejak kapan kamu menikah ?" ucap Demian, lagi-lagi ucapannya membuyarkan lamunan Herman.
"Delapan tahun yang lalu, tuan." sahut Herman ragu.
Ia masih bingung kenapa atasannya itu ingin sekali mengetahui kehidupan pribadinya. Apa sebegitu tidak ada pekerjaannya atau itu memang prosedur bagi karyawan yang baru pindah ke kantornya, entahlah.
Demian nampak mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja kerjanya, kalau mereka sudah menikah selama 8 tahun, itu berarti waktu itu Ariana pergi menghilang bersama Herman.
Demian langsung mengepalkan tangannya, ingin rasanya ia menghajar laki-laki di hadapannya itu. Karena sudah mengambil Ariananya, bahkan mereka sudah mempunyai seorang anak.
"Apa bocah kecil itu...."
"Namanya Ricko, tuan. Sekali lagi saya minta maaf, karena kejadian di sekolah kemarin hingga membuat nona Olive jadi terluka." potong Herman, sekarang ia bisa memahami arah pembicaraan atasannya tersebut.
Sepertinya bossnya itu belum bisa menerima sepenuhnya tentang kejadian kemarin.
"Jadi putramu itu bernama Ricko ?" tanya Demian memastikan.
Sungguh ia masih berharap kalau Ricko bukan anak Herman maupun Ariana dan Ariana masih single seperti dulu.
"Benar tuan, Ricko juga sangat menyesal atas kejadian kemarin dan karena memikirkan hal itu dia sekarang sakit." sahut Herman sedih.
Mengingat bagaimana tadi pagi Ricko demam tinggi dan yang membuat ia sangat kasihan, setiap bocah kecil itu sakit selalu mengigau memanggil ayah kandungnya.
"Sa-sakit ?" Demian nampak mengernyit.
Mendengar bocah kecil itu sakit, kenapa tiba-tiba hatinya tidak tenang.
"Benar tuan, Ricko paling tidak bisa menyakiti hati ibunya dan ia merasa sangat bersalah hingga membuatnya langsung demam tinggi." sahut Herman.
"Karena sejak kecil hanya ibunya yang....." Herman belum menyelesaikan perkataannya tapi tiba-tiba pintu ruangan Demian di ketuk dan tak berapa lama nampak Victor masuk ke dalam.
"Maaf tuan, anda sudah di tunggu oleh dewan direksi di ruang meeting." ucap Victor.
"Astaga, saya lupa." Demian langsung bangkit dari duduknya.
"Baiklah, kamu bisa kembali ke ruanganmu. Untuk masalah kemarin, saya anggap sudah selesai." lanjutnya lagi seraya menatap Herman.
"Baik tuan, terima kasih." sahut Herman yang kini juga sudah bangkit dari kursinya, setelah itu ia bergegas meninggalkan ruangan atasannya tersebut.
"Apa perlu saya menyelidiki laki-laki itu, tuan ?" tawar Victor setelah kepergian Herman.
"Tidak perlu." sahut Demian, apa yang harus di selidiki lagi bukannya mereka memang benar-benar pasangan suami istri.
Tanpa menanggapi lebih jauh perkataan asistennya tersebut, Demian segera melangkahkan kakinya meninggalkan ruangannya tersebut.
"Kenapa anda sangat takut dengan kenyataan tuan ?"
Victor nampak menghela napasnya seraya berjalan mengikuti Demian di belakangnya.
Sepanjang meeting, entah kenapa Demian nampak gelisah. Pikirannya hanya tertuju pada seorang bocah kecil yang kata ayahnya tadi sedang sakit.
Apa kemarin ia sudah keterlaluan dengan Ricko, karena beberapa kali sudah membentaknya tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu.
"Tuan, apa ada masalah ?" bisik Victor yang nampak sedang berdiri di samping atasannya tersebut.
"Saya ada urusan penting, kamu saja yang meneruskan meetingnya." sahut Demian, kemudian ia langsung bangkit dari kursinya.
Setelah itu ia berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut tanpa sepatah katapun dan Victor hanya bisa menghela napasnya melihat kepergiannya, karena lagi-lagi bossnya itu menyerahkan pekerjaannya padanya.
Kini Demian hanya mengikuti kata hatinya dan di sinilah ia sekarang berada. Di sebuah gang kecil, di mana Ariana tinggal.
"Bagaimana mungkin aku bisa merelakanmu, sebelum memastikan kamu bahagia atau tidak."
Demian nampak meraup wajahnya dengan kasar, setelah itu ia memutuskan untuk keluar dari dalam mobilnya.
8 tahun ia mencari keberadaan wanita itu dan ia masih berharap penantiannya tidak akan sia-sia, meski kemungkinan bersama sangat kecil.
Dengan langkah pasti ia menyusuri gang kecil tersebut, sejenak ia termangu ketika melihat Ariana tengah sibuk melayani pembeli di warung kecilnya.
"Astaga, gaji yang ku berikan pada Herman tidaklah sedikit. Kenapa dia membiarkan anak dan istrinya tinggal di rumah sesempit ini dan apa yang dia lakukan? jualan kue? astaga benar-benar Herman, jangan salahkan aku jika akan merebutnya darimu."
Demian nampak sangat geram, ia pikir kehidupan Ariana baik-baik saja. Apalagi putranya sekolah di tempat yang lumayan elit dan ternyata wanita itu masih saja bekerja keras, meski suaminya adalah seorang manager.
Ehmmm...
Demian nampak berdehem ketika berada di depan warung Ariana, hingga membuat Ariana langsung mengangkat kepalanya menatapnya.
Deg!!
"Demian ?"
Ariana tersentak, bagaimana bisa laki-laki itu mengetahui tempat tinggalnya dan inilah yang paling ia khawatirkan. Kehidupannya saat ini yang baik-baik saja dengan putranya, akan terusik oleh kehadiran mantan kekasihnya itu.
Apalagi jika Demian mengetahui kalau Ricko adalah putranya, pasti laki-laki itu akan merebut putranya darinya.
Dengan cepat Ariana melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya, namun na'as Demian langsung mencekal lengannya.
"Lepaskan !!" teriak Ariana dengan tatapan penuh kebencian.
Bukannya melepaskannya, justru Demian menarik paksa lengan Ariana hingga ia terjatuh dalam pelukannya.
Nyaman itulah yang saat ini Ariana rasakan, sungguh ia mengharapkan pelukan seperti ini sejak 8 tahun yang lalu.
Pelukan dari lengan kokoh laki-laki yang masih sangat ia cintai hingga saat ini, pelukan yang tidak hanya memberi rasa nyaman tapi juga perlindungan dari segala kesulitan hidup yang ia jalani selama 8 tahun ini bersama sang putra.
"Aku sangat merindukanmu." bisik Demian dengan dada yang bergemuruh.
.
Siang man teman, maaf ya Othor baru nongol setelah hampir sebulan. Thanks atas byk doanya hingga Othor bisa sehat kembali, sungguh Othor sangat merindukan teman2 semua 😃😃😜😜