NovelToon NovelToon
The CEO’S Saturday Obsession

The CEO’S Saturday Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali / Kekasih misterius
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Diaz, CEO yang menjual bunga dan coklat setiap hari Sabtu. Dia mencari wanita yang cocok dengan sepatu kaca biru milik ibunya. Apa sebenarnya tujuan mencari wanita itu? Memangnya tidak ada wanita lain? Bukankah bagi seorang CEO sangat mudah mencari wanita mana pun yang diinginkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Leri, Eriva dan Lili

Bab 13

Diaz sedang menikmati percakapan santai dengan Monic di restoran ketika ponselnya berdering. Nama Papa -- Tuan Gunawan -- muncul di layar. Dia segera mengangkat telepon itu.

“Diaz, temui Eriva. Jemput dia dan temani makan siang. Selama dia di kota ini, pastikan kau melayaninya dengan baik. Ingat, ini soal bisnis dan keluarga,” suara ayahnya tegas seperti biasa.

Diaz menghela napas pelan. “Baik, Pa. Aku akan mengurusnya.”

Selesai menutup telepon, Monic yang sejak tadi memperhatikan Diaz bertanya, “Ada apa, Diaz? Kelihatannya penting.”

“Papaku meminta jemput Nona Eriva dan menemaninya makan siang,” jawab Diaz sambil bersandar di kursi.

Monic tersenyum, seolah mendapat ide. “Kenapa tidak panggil saja dia ke sini? Kita bisa makan bersama. Itu akan lebih efisien, kan?”

Diaz mengerutkan kening, sedikit ragu, tetapi saran Monic terdengar masuk akal. “Baiklah, aku akan coba hubungi dia.”

Diaz menelepon Eriva, tetapi gadis itu menolak datang sendiri. “Aku belum tahu tempat itu. Aku lebih baik dijemput saja. Bahkan kalau supir yang menjemput, aku tetap tidak mau,” ujar Eriva di telepon.

Monic dengan santai berkata, “Kalau begitu, kita jemput dia bareng saja. Biar lebih rileks suasananya.”

Diaz menatap Monic sejenak, lalu mengangguk. “Baik. Mari kita jemput dia.”

Namun, dalam hati Monic, ada rencana lain. Aku harus sabar mengikuti permainan ini. Yang penting, aku tetap berada di dekat Diaz. Lambat laun, aku pasti bisa memenangkan hatinya.

"Oh ya, kau saja duluan ke mobil. Aku akan pending pesanan dulu. Biar nanti kita makan bareng Eriva," papar Monica.

Diaz hanya mengangguk, kemudian pergi. Mereka meninggalkan meja ke arah yang berbeda.

Saat Diaz keluar dari restoran, dia merasa melihat Lili. Gadis itu berjalan ke arahannya dengan anggun, bersama seorang pria muda, rapi dan berwibawa. Aura keduanya seperti seseorang yang memiliki hubungan dekat.

Entah kenapa, meski dari kejauhan Diaz merasa ada sesuatu pada Lili yang membuatnya ingin terus menatap gadis itu.

“Nona Lili, Anda di sini?” sapa Diaz ramah. Sebagai rekan bisnis, dia tahu harus bersikap sopan.

Lili tersenyum kecil, menatap Diaz dengan santai. “Iya, Tuan Diaz. Saya dan Bang Dion sedang ada urusan di sekitar sini.”

"Dion?" tanya Diaz ragu.

"Oh, maaf. Perkenalkan, ini Bang Dion, orang kepercayaan Tuan ..., em m-maksud saya orang kepercayaan Papi di kantor."

"Oh ... salam kenal. Aku Diaz Gunawan Mahendra." Diaz mengulurkan tangannya pada Dion.

Namun, sebelum Diaz benar-benar pamit untuk menjemput Eriva, sebuah insiden kecil terjadi. Seorang anak kecil berlari-lari dengan riang, mengejar kakaknya di sekitar tempat itu. Mereka tampak jauh dari pengawasan orang tua.

Anak itu berlari terlalu dekat dengan Lili, hingga tanpa sengaja menabraknya. Lili pun jadi kebingungan, dia terjebak dengan keributan kecil di tengah anak-anak yang sedang bermain. Lili seperti tidak bisa keluar dari lingkaran itu, mereka bahkan terus berlarian di sekitar kaki Lili, membuat gadis itu kehilangan keseimbangan.

“Awas!” Teriak pria kecil itu sambil tertawa, tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan.

Tubuh Lili oleng, dan dalam hitungan detik dia hampir jatuh. Namun, dengan sigap, Diaz menangkapnya.

Diaz berhasil menahan tubuh Lili tepat waktu, tetapi dalam proses itu, tangan mereka bersentuhan. Sentuhan itu membuat keduanya saling menatap, hanya beberapa inci memisahkan wajah mereka.

Sangat erat Lili memegang telapak tangan Diaz yang sudah menahan tubuhnya.

Sejenak, waktu terasa berhenti. Diaz menatap mata Lili yang lebar karena terkejut, sementara Lili merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Maaf, aku tidak sengaja...” kata Diaz, suaranya rendah, mencoba mencairkan suasana.

Lili mengangguk perlahan, masih merasa canggung. “Tidak apa-apa. Terima kasih, Tuan Diaz.”

Dion yang juga melihat kejadian itu mendekat dengan khawatir. “Nona Lili, kau yakin tidak apa-apa?”

“Iya. Aku baik-baik saja,” jawab Lili sambil tersenyum menenangkan orang kepercayaan papinya.

Setelah memastikan Lili tidak apa-apa, Diaz segera berpamitan. “Aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa, Nona Lili, Dion."

Dia berjalan pergi, tetapi pikirannya masih tertinggal pada gadis bernama Lili itu.

Kenapa aku merasa begitu familiar dengannya? batinnya.

###

Mahendra Corp Cabang

Di ruang kantornya yang lapang dan penuh ornamen kayu jati, Tuan Gunawan duduk di belakang meja besar. Di hadapannya, duduk Pak Wahyu dan seorang pria tua berjanggut putih yang dipanggil Kakek Guru. Suasana ruangan terasa berat, meski mereka berbicara dengan nada sopan dan terkendali.

“Kita sudah mendapat izin dari pemerintah kota untuk membongkar TPU itu. Namun, saya ingin memastikan semua pihak yang terkait setuju, terutama Anda, Pak Wahyu, sebagai kuncen makam,” ujar Tuan Gunawan dengan nada tegas namun berusaha menghormati.

Pak Wahyu menghela napas panjang. “Saya memahami maksud Tuan Gunawan, tapi pembongkaran makam bukanlah hal yang sederhana. Selain harus mengutamakan ketenangan keluarga almarhum, di sana juga ada makam leluhur kami... dan ..."

"Dan apa?" tanya Tuan Gunawan, dengan nada sedikit kesal.

Sebenarnya Tuan Gunawan sangat tidak ingin bertemu Pak Wahyu, terlalu lelet pikirnya. Namun, demi tanah TPU jatuh ke tangannya, dia rela menurunkan ego.

"Tidak apa-apa Tuan, saya sudah bisa mendukung rencana bisnis Tuan dengan tanah TPU itu." Pak Wahyu hampir mengatakan yang sebenarnya, tentang makan Naura.

"Baiklah, terima atas sikap kooperatifnya Pak Wahyu," ucap Kakek Guru.

Kakek Surya mewakili Gunawan, yang tidak mungkin beramah-tamah dengan orang kecil apalagi mengucapkan terima kasih.

Bagi Pak Wahyu, makam Naura sangatlah bernilai. Karena begitu berarti dalam hidup Leri. Pak Wahyu tahu betul itu saat dia menemukan Leri yang terkulai lemah di depan rumah Tuan Gunawan.

Sejak saat itu, Pak Wahyu merawat Leri seperti anak sendiri. Saat semakin dewasa, Leri diajak untuk kembali berkumpul bersama ayahnya di rumah Tuan Gunawan, tapi Leri menolak. Katanya lebih suka bersama Pak Wahyu dan Bu Mirna, apalagi bisa dekat dengan Naura setiap hari.

Leri 'lah yang menabur makam Naura setiap hari Sabtu.

###

Di Dalam Mobil Diaz dan Monica

Sementara itu, di dalam mobil yang melaju di jalanan kota, Diaz tampak gelisah. Tangannya memegang setir dengan erat, namun pikirannya melayang-layang. Wajah Lili terus menghantui benaknya. Terutama sentuhan tangannya yang lembut ketika dia menahan tubuh gadis itu agar tidak terjatuh.

Diaz mengingat sesuatu yang pernah ia lupakan. Cara Lili memegang tangannya, bagaimana gadis itu menggenggam erat jari jempol tangan Diaz, begitu mirip dengan kebiasaan Leri saat dia merasa takut.

"Kenapa aku memikirkan ini?" gumam Diaz pelan.

Dari kursi sebelah Diaz, Monic yang memperhatikan kegelisahan crush nya mulai merasa terganggu. Ia menoleh dan bertanya, “Kau terlalu memikirkan Nona Eriva, ya? Tenang saja, sebentar lagi kita juga bertemu dengannya.”

Diaz tersadar dari lamunannya, tapi tidak menjawab. Dalam hatinya, dia merenung. Apa benar Eriva adalah Leri? Tapi kalau begitu, kenapa aku malah memikirkan Lili? Aku bahkan belum tahu apakah ciri-ciri Leri ada padanya.

Monic diam-diam memperhatikan ekspresi Diaz, mencoba membaca pikirannya. Namun, Diaz terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri, hingga dia bahkan tidak menyadari Monic menatapnya dengan tatapan penuh perasaan.

Bersambung...

1
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
aduh lili kasian Diaz tuh kamu harus segera menjadi Leri sebelum Diaz menikah
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
emang enak
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
sabar lili
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
Diaz mau pilih yg mana tuhbsepatu Uda cocok untuk lili
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya selalu 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
wah tambah seru nih kayaky
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
lili emang jodohmu Diaz
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
semoga sepatu nya cocok dengan lili
LISA
Aq mampir Kak
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
Monica sombong banget belum tahu aja lili anak siapa sekarangg
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
Diaz mending lili dulu yg disuruh pake sepatu kaca nya
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!