NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Lily

Rumah Untuk Lily

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Egha sari

Rumah sudah kokoh berdiri, kendaraan terparkir rapi, tabungan yang cukup. Setelah kehidupan mereka menjadi mapan, Arya justru meminta izin untuk menikah lagi. Istri mana yang akan terima?
Raya memilih bercerai dan berjuang untuk kehidupan barunya bersama sang putri.
Mampukah, Raya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya? Apalagi, sang mantan suami hadir seperti teror untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Aku bisa.

Raya sudah berada dalam bus. Ia duduk membisu, namun air matanya terus jatuh membasahi kedua pipinya. Pagi ini, Lily harus menangis histeris, saat Raya berpamitan sembari memeluknya. Ia bahkan sempat berlari mengejarnya, namun Rafi dengan sigap menangkap tubuh mungil itu. Melihat pemandangan Lily, dada Raya sangat sesak.

"Mama," panggil Lily bercampur tangis. Raya yang tidak bisa membendung kesedihan, nyaris membatalkan niatnya.

"Tuhan, kuatkan aku. Tolong, kuatkan aku!" Raya memukul mukul dadanya. Menangis dalam diam sungguh menyiksa.

Raya berangkat, tanpa membalikkan tubuhnya. Ia menulikan pendengaran, saat Lily terus memanggil tanpa henti. Tangisan dan panggilan mama, hampir membuat pertahanan Raya runtuh. Namun, ia terus melangkah sembari meminta maaf bercampur doa, untuk putrinya.

30 menit perjalanan, Raya menelpon sang ibu. Ia ingin memastikan keadaan Lily, sebelum ia benar-benar pergi jauh.

"Halo, Nak. Kenapa? Lily baik-baik saja. Dia tertidur setelah menangis," jelas ibu dari balik telepon.

"Aku sakit bu, melihat Lily." Raya kembali terisak pilu.

"Nak, percaya sama ibu. Dia akan baik-baik saja. Ibu akan merawatnya, seperti ibu merawatmu, bahkan lebih. Pikirkan masa depan kalian."

"Iya, bu. Maaf, aku merepotkan kalian. Aku janji, setelah modal Raya cukup. Aku akan pulang dan merintis usaha dikampung dan hidup bersama kalian. Tolong do'akan Raya, bu."

"Iya, Nak. Ibu akan terus mendoakanmu."

Hp dimatikan. Namun, detik berikutnya notifikasi ponsel Raya berbunyi. Ternyata, sang ibu mengirim foto Lily yang sedang tidur dengan pulas.

Raya menutup mulutnya, ia menangis terisak-isak. Sungguh malang putriku, pikir Raya. Gadis sekecil itu, harus tumbuh tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Lily yang masih membutuhkannya harus terbiasa hidup bersama sang nenek, karena keadaan.

Melihat foto putrinya, tekad Raya semakin kuat. Ia harus bekerja dan mengumpulkan uang untuk modal usaha. Ia pasti bisa. Jika dulu ia bisa bekerja, kenapa sekarang tidak.

Akhirnya, Raya tiba diterminal bus. Matahari begitu terik, seolah membakar kulit. Raya berjalan dengan menarik koper, berusaha mencari tempat berteduh. Wajahnya sembab bercampur keringat, rambutnya kusut dan lepek.

Didalam gedung, Retno sudah menunggu. Gadis bertubuh mungil dan rambut panjang, itu melambai. Retno memiliki usia yang sama dengan Raya. Namun, gadis itu tidak pernah terpikir untuk menikah. Hidupnya sudah susah dan dia tidak mau bertambah susah dengan kehadiran laki-laki yang belum tentu akan sejalan dengannya. Dan sepertinya, keputusan Retno sangat bagus, pikir Raya.

"Sudah lama?" tanya Raya, menghapus wajahnya karena keringat.

"Lumayan." Retno memberikan sebotol air mineral dan Raya langsung meminumnya. Istirahat dulu atau mau langsung jalan?"

"Langsung jalan aja."

Retno mengemudikan motor maticnya dengan kecepatan normal. Raya duduk dengan memeluk tasnya. Sementara, koper miliknya berada didepan. Sepanjang jalan, keduanya membisu. Retno fokus mengemudi, sedangkan Raya pikirannya masih tertuju kepada Lily.

"Ra, Bagaimana kalau kita berdua tinggal bersama saja?" Retno menarik koper, masuk dalam kamar kos.

"Aku tidak mau merepotkanmu." Raya langsung membaringkan tubuhnya diatas karpet yang terbentang. "Aku saja, masih harus cari kerja."

"Repot, bagaimana?" Retno ikut baring disamping Raya. Ia menyalakan kipas angin, yang membuat mereka merasa lebih baik. "Kita berdua bisa patungan bayar kos, biar hemat. Kalau dipikir, aku kesepian kalau tinggal sendiri, kan bagus kita bisa ngobrol kalau malam."

Benar juga, pikir Raya. Dia bisa menghemat dan menabung lebih banyak. Lagipula, tinggal berdua lebih baik daripada sendirian. Mereka bisa saling menjaga, ditengah menakutkannya hidup di kota besar.

"Nantilah, kalau aku sudah kerja. Ditempat kamu, belum ada lowongan?"

"Belum. Aku dah minta teman aku, nyari ditempat lain. Jangan khawatir. Tapi, kamu belum cerita ke aku. Sebenarnya, ada apa?"

Raya menarik napas. "Aku sudah bercerai, Ret."

"Hah, apa? Tunggu!" Retno terbelalak dan langsung bangkit menatap sahabatnya, "kok bisa?"

"Mas Arya selingkuh. Dia memintaku agar menerima pernikahannya, tapi aku menolak. Jadi, aku meminta cerai."

"Dia gila! Enak saja, minta izin menikah lagi. Dia pikir perasaan kamu dari batu." Suara Retno naik satu oktaf, wajahnya memerah. "Siapa perempuan itu? Lalu, Lily bagaimana?"

"Dia mantan mas Arya, Tari."

"Tari?" Mata Retno membelalak. "maksud kamu, Tari yang itu. Bukannya dia sudah menikah, makanya mereka putus."

"Entahlah, aku malas cari tahu. Tari sedang hamil dan mas Arya ingin tanggung jawab. Aku lebih baik mundur daripada sakit hati."

"Benar, kau lebih baik mundur. Untuk apa bertahan dengan seorang pengkhianat, bisa besar kepala dia. Lalu, Lily bagaimana? Jangan bilang, diasuh sama si Arya."

"Ibu yang merawatnya. Makanya, aku butuh pekerjaan, Ret. Kamu tahu kan, keluarga aku bagaimana."

"Aku akan membantumu, tenang saja. Maka dari itu, lebih baik kita tinggal berdua."

Raya mengangguk saja. Retno kembali membaringkan tubuhnya. Cuaca panas terik seperti sekarang, lebih baik mengurung diri dalam kamar.

"Aku mau telpon ibu dulu," ujar Raya setelah merasa lebih baik.

"Baiklah. Aku akan masak, kamu atur saja pakaian kamu dalam lemari yang itu," tunjuk Retno, sebuah lemari kecil yang tidak ia gunakan.

Raya membongkar koper, mengeluarkan pakaian satu persatu. Didapur terdengar cipratan air, suara pisau yang beradu diatas talenan. Raya tersenyum, setelah melirik Retno yang memotong sayuran.

"Assalamu'alaikum, bu."

"Waalaikumsalam, Nak."

Entah mengapa, suara ibu membuat hati Raya terenyuh dan ingin menangis. Air mata yang nyaris jatuh, membuat Raya harus menengadahkan kepala.

"Bagaimana Lily, bu? Apa dia masih mencariku? Dia baik-baik saja kan, bu?"

"Lily," panggil ibu dari balik telepon. "ini mama, sayang."

"Mama," panggil Lily. Suara khas bayi tiga tahun itu berhasil meruntuhkan hati Raya.

"Anakku, hiks, hiks," tangis Raya. Ia mencoba mengatur napas yang terasa sesak. "Lily, sedang apa, sayang? Sudah makan, Nak?"

"Mama," Lily memanggil ulang sang ibu. Namun, nadanya terdengar lirih, seakan sebentar lagi akan menangis.

"Sayang, sehat-sehat, Nak. Mama janji akan pulang. Lily makan yang banyak, Nak."

"Mama, mama," terdengar suara tangis Lily dan suara ibu yang menenangkannya.

"Maafkan Mama, sayang."

Raya langsung mematikan HP. Ia duduk dengan memeluk kedua lututnya dan terisak. Kenapa hidup putrinya sangat menyedihkan?

"Jika sangat berat, kenapa kau tidak membawanya bersamamu?" tanya Retno, yang duduk diatas karpet dan memeluk Raya. "Aku bisa membantumu merawatnya."

"Aku juga mau seperti itu. Tapi, bagaimana jika dia hanya datang menderita? Dan aku belum tentu ada untuknya 24 jam. Dirumah ibuku, setidaknya dia masih makan tepat waktu, bermain dengan bebas. Tapi, jika bersamaku, itu belum tentu."

Raya tertunduk, dengan suara tangis menyayat hati. Retno mengeratkan pelukan dan ikut menangis. Kenapa setiap pilihan, ada resikonya? Dan kenapa, takdir manusia tidak seindah yang ia rencanakan?

🍁🍁🍁

1
🌻Nie Surtian🌻
seenaknya saja suruh orang keluar kerja...😡
Rini Susanti
aku suka gaya penulisannya.aku tunggu kelanjutannya ka
retiijmg retiijmg
knp adrian lemah?
tidak mau memperjuangkan raya
retiijmg retiijmg: syukurlah klo arland
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: soalnya jodohnya bukan adrian, tapi aland...
total 2 replies
Tini Laesabtini
lanjut....
Tini Laesabtini
mencaci ,mengumpat dilarang tp buat pelakor aku sgt setuju ,lanjutkan....👍
Tini Laesabtini
cerita yg bagus kenapa yg like dikit
Tini Laesabtini
novel yg bagus ,alur yg menarik sekelas dg penulis yg udh tetnama
Tini Laesabtini
dua ceritamu sudah aku lalui ini yg ke 3, penasaran coba baca yg on going,awal yg bagus cerita yg menarik 👍👍👍👍👍
🌻Nie Surtian🌻
Nach begitu Raya...baru keren...jangan mau di tindas terus..
Amie Layli
bagus raya,jangan pernah takut sama orang2 yg sudah menyakitimu.
retiijmg retiijmg
ayo raya lawan jgn mau dihina,direndahkan & diinjak2 harga diri km.
bntar lg km ketemu sm laki2 yg tulus yg mampu bahagiakan km.
plg suka crita klo perempuannya tangguh & kuat
Amie Layli
semangat raya,buktikan ke arya kalau kamu bisa sukses,bisa memberi kehidupan yg layak untuk lily tanpa bantuan si arya
🌻Nie Surtian🌻
Tetap semangat Raya...💪💪💪 Demi Lily, ibu dan adikmu...
irma hidayat
yang kuat raya Tuhan lagi menguji kesabaranmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!