Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.
Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.
Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Empuk - Empuk Keras Seperti....
Melissa mendatangi kantor. Untuk yang kedua kalinya kaki itu berpijak ke perusahaan. Di sana, yang lebih dulu dikunjungi bukanlah majikannya, melainkan bodyguard Adrian .
"Kak jangan dimakan sebelum aku keluar. Okey?"
Awalnya Adres sangat ragu atas pemberian Melissa itu. Namun, saat gadis tersebut memberikan intrupsi, Andres tetap mengangguk sembari tersenyum.
Kini, Melissa memasuki ruangan. Tampak tidak adanya seorang Mauren di dalam, ia pun tersenyum riang seperti biasa.
"Selamat siang, Pak!"
"Hmm, apa yang kamu bawa?"
Tanpa menyebutkan masakan yang ia bawa, Melissa langsung saja membuka kotak makan. Di sana terpampang jelas, deretan makanan kesukaan Adrian .
"Kelihatannya enak, tapi tangan saya masih sibuk, perut saya sudah laper!"
Adrian seakan memberikan kode, saat di mana tangannya sibuk menari di laptop, sementara suara lapar perutnya sudah berdendang.
"Ya udah, makannya pakai kaki aja, Pak."
Tidak sesuai keinginan, Melissa sama sekali tidak paham apa mau tuannya. Sungguh kesal lah wajahnya, memiliki pengasuh yang kapasitas otaknya sebesar pengraut pensil.
"Tanganmu nganggur, gak ada kerjaan 'kan?"
"Ada nih lagi garuk, hehe ...."
Melissa tampak menggaruk kepalanya, padahal tidak ada yang gatal.
"Ya sudah, kalau begitu kamu bisa gantikan kerjaan saya? Saya mau makan dulu!"
"Gimana caranya, Pak?" tanya Melissa polos.
"Input data, tapi kalau salah sedikit saya bisa rugi 1M, itu berarti kamu harus ganti!"
Melissa kembali menggaruk-garuk kepalanya, sampai akhirnya ide menyuapi terbesit di pikirannya. "Saya suapin Bapak aja deh!"
Adrian tersenyum karena itulah yang ia mau. "Kenapa tidak dari tadi saja? Ayo cepat saya sudah lapar!"
Dengan sabar dan telaten, Melissa memasukkan makanan buatannya itu ke dalam mulut tuannya. Melissa tidak mendengar sedikitpun pujian dari majikannya, tidak seperti Andres kemarin.
"Gimana, rasanya?"
"Biasa saja!"
Wajah Melissa merengut, semenjak saat itu gaya menyuapinya tidak selembut tadi.
Adrian sangat cuek dengan, bahkan hanya fokus ke arah laptop.
"Seperti masakan Hanum, ini enak sekali," batin Adrian .
Munafik bukan? Adrian selalu gengsi mengungkapkan yang sebenarnya ia rasa. Jika kemarin dia berbohong tidak tergoda pengasuhnya, maka kali ini ia tidak jujur akan rasa masakan Melissa yang sebenarnya.
"Besok weekend saya mau ajak kamu jalan-jalan dengan anak saya !"
"Ke mana, Pak?"
"Lihat besok saja!"
"Oh oke!"
Sudah kenyang itu berarti Melissa sudah selesai menjalankan tugas siang ini. Ia pun keluar karena sudah ada tamu yang akan mengunjungi ruangan. Sesegera mungkin gadis itu mengundurkan diri dari tempat tersebut.
Saat Melissa keluar, ia tidak melihat seseorang yang sedang dicari. Namun, ternyata Melissa melihatnya ada di lobby yang mungkin sedang menunggunya.
"Hai, maaf menunggu lama!"
"Gak apa-apa, tapi saya sudah gak sabar mau makan ini!" ucap Andres.
Saat itu senyuman Melissa sangat tulus. Entah mengapa ia senang sekali berhadapan dengan bodyguard tampan ini. "Aku suapi ya, Kak!"
"Dengan senang hati, saya mau !"
Perbandingan saat menyuapi majikan dengan bodyguard ini sungguh jauh berbeda. Jika menyuapi Adrian ia terus cemberut, lain halnya dengan Andres. Bahkan, Melissa begitu lembut dan membantu mengusap makanan yang tak sengaja mengotori bibirnya.
"Terima kasih, Melissa . Cukup kaget karena harapan saya kemarin terkabul, kamu justru membawakan lagi!"
"Aku senang karena sama kamu masakan aku dihargai banget!"
Andres memberikan senyuman, saat itu Melissa terpana untuk ke sekian kalinya. Namun, tiba-tiba jatungnya berpacu dengan cepat saat di mana Andres perlahan-lahan mendekati wajahnya. Kala itu, Melissa sudah memejamkan mata.
"Maaf, bulu mata kamu jatuh!"
***
Weekend. Ya, libur satu hari yang singkat ini akan ada perjalanan. Namun, belum diketahui ke mananya. Meski libur, Melissa tetap bangun pagi.
"Melissa , ini hari libur, biasanya bapak tidur sampai siang, jadi kamu gak usah ke kamarnya!"
"Oh gitu ya Mbak?"
"Iya, tapi kadang dia keluar buat ngezym atau sekedar main sama nona kecil," balas Yani.
"Kalau gitu mumpung si baby masih pules aku berenang dulu ya, Mbak? Boleh enggak?"
"Boleh ya sudah aku ke luar ya!" Yani pergi dari kamar.
Kini Melissa bersiap
menggunakan pakaian yang ia akan gunakan untuk berenang. Berhubung masih sangat pagi, pekerja pun belum semuanya bangun, Melissa sengaja menggunakan pakaian yang terbuka yang memang khusus berenang.
"Alamak seksinya oyy... aduh, udah lama banget gak renang-renang. Terakhir berenang di selokan tetangga."
Perfect, tubuhnya yang begitu gemulai tampak seksi di pantulan cermin. Sambil berlari seperti anak kecil, ia berteriak ...
"Bebek, aku butuh bebek...!"
Kolam renang yang berada di samping halaman, Melissa hampiri. Tanpa merasa ragu, gadis itu menyerahkan badannya untuk masuk ke dalam dengan sekali loncatan.
Perasaannya begitu bahagia.
Ahli dalam nyelam menyelam pun tak diragukan. Tangan dan kakinya berseok-seok menyeimbangi badan sehingga di atas air itu ia seperti sedang terbang, mengapung.
"Fiuhh, seger banget... eh apaan nih!"
Melissa terhenyak sesaat ia menggenggam sesuatu di tangannya. Terasa begitu aneh. Namun, saat itu wajahnya berubah tegang. Perasaan tiba-tiba tidak enak.
"Empuk-empuk, keras. Seperti....
"ТЕТА!"
Gadis itu berbalik badan, kaget melihat siapa yang ada di sekitarnya. Sementara, Adrian tampak kesal karena miliknya seperti dimainkan.
"Bapak!"
"Kurang ajar kamu!"
"Astaga, jadi itu, aaaaaakk mmfhh...!!"
Adrian membekap mulutnya."
Kecilkan suaramu, ini masih sangat pagi!"
Melissa menutup wajah dengan
perasaan malu yang luar biasa.
Namun, yang menjadi pertanyaan kenapa majikannya itu tiba-tiba berada di sini.
"Saya gak sengaja Pak, maaf. Lagian Bapak ikut-ikutan aja, saya lagi berenang tau!"
"Sebelum kamu nyemplung saya sudah ada di sini!"
"Kata mbak Yani Bapak kalau libur tidur sampai siang!"
"Yani gak ada bilang kebiasaan saya setiap pagi?"
Melissa menggeleng dengan polos. Sementara Adrian terus memperhatikannya. Air kolam bening, sudah tentu apa yang dikenakan Melissa tercetak jelas.
Pertama kali dalam beberapa waktu selama Melissa bekerja. Adrian baru ini menikmati tubuh Melissa yang nyaris seperti telanjang. Warna pakaian yang senada dengan kulit, membuat gadis tersebut tampak seperti tidak memakai apa-ара.
Ukuran dada perempuan muda itu seperti selayaknya dimiliki orang dewasa. Badan padat berisi, warna kulitnya pun putih nyaris pucat, dan apa itu?
Mata Adrian mengarah ke sana.
Tidak ingin naluri kelaki-lakiannya diobrak-abrik oleh postur tubuh Melissa , akhirnya Adrian pun naik ke tepi kolam.
"30 menit lagi saya tunggu kamu di ruang gym!"
Melissa merasa lega saat Adrian meninggalkan tempat. Namun, rasa terkejutnya akan kejadian tadi, tetap masih ada.
"Aku kayak lagi pegang apa ya? Sampai gak muat di tangan, ternyata barang duda sebesar itu.
Ihh, ternodai jari cantikku ini!"
***
Usai acara berenang, Melissa menuruti perintah Adrian yang menyerunya untuk mendatangi ruang gym.
Jika tadi Adrian hanya memakai jockstrap, kini pria itu tampak lebih sopan dengan celana boxer-nya. Namun, tetap sama ia tidak memakai baju atasan.
"Pak, saya harus ngapain?"
Melissa menggaruk kepalanya.
Melihat otot yang seperti sedang melototinya itu membuat Melissa salah tingkah sendiri. Sebegitu bagusnya tubuh Adrian . Definisi duda hot yang sesungguhnya.
"Tahanin kaki saya!"
Langsung menurut, kedua kaki majikannya ia tahan dengan sekuat tenaga. Sementara, Adrian sudah siap dengan alat gym bagian pembentuk otot punggung. Karena tenaga yang dikeluarkan Adrian sangat kuat saat melakukan gerakan olahraganya, Melissa tidak mampu menyeimbangi.
Sampai Melissa terjengkang ke belakang karena dihentak kaki pria itu. "Aduh Pak, sakit tau!"
"Tenaga kamu kecil banget!"
"Bapak yang terlalu semangat!"
"Ya sudah, naik ke sini!"
Adrian mengarahkan matanya ke arah paha, itu berarti Melissa harus duduk di pangkuannya.
Bersambung ~