Grace, kini harus menjadi anak yatim piatu setelah kedua orangtuanya di habisi secara keji oleh Chan Ryder, hanya karena kalah tender. Sejak kecil Grace di urus dan dibesarkan oleh orang yang telah membunuh kedua orang tuanya, bahkan kakaknya pun ikut menjadi korban. Bagaimana jadinya jika Grace tahu jika orang yang sudah merawatnya adalah orang yang sudah tega memisahkan ia dan keluarganya?
Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Yuk langsung baca. Jangan lupa like, komen, vote, dan kasih ulasan terbaiknya. oke👌😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Grace berjalan dengan tergesa-gesa menuju mobilnya, sehingga Jack yang melihat itupun langsung menghampirinya.
"Nona Grace mau kemana?" tanya Jack.
"Bukan urusanmu!" ketus Grace. Namun saat ingin membuka pintu mobil tiba-tiba Jack menahannya.
"Maaf Nona, tapi saya tidak akan mengijinkan Nona pergi sebelum mendapatkan ijin dari tuan Delard."
"Aku juga tidak meminta persetujuan mu, karena aku akan tetap pergi!" Grace mendorong tubuh Jack agar menyingkir dari mobilnya.
"Nona, tolong mengertilah posisi saya, apa Nona tega jika saya di pecat?"
Grace mengamati raut wajah Jack yang tampak sedang memohon kepadanya, "aku pergi tidak akan lama, jadi kau tidak perlu khawatir, ku pastikan aku akan segera kembali sebelum kak Delard pulang," ungkap Grace.
_
Daniel baru pulang dari rumah sakit, karena luka yang di alaminya cukup parah, menyebabkan dia harus dirawat semalaman disana.
Daniel merebahkan tubuhnya ditempat tidur. "Benar-benar brengsek si Delard!" umpatnya, "andai saja dia itu bukan kakaknya Grace, mungkin aku sudah menyuruh orang untuk menghabisinya," lanjutnya penuh emosi.
Daniel bangkit dari tidurnya, lalu berjalan menuju ruang rahasia, membuka kunci pintunya, kemudian masuk.
Daniel mengamati isi ruangan itu, yang terdapat beberapa poto saat dirinya sedang berciuman dengan beberapa wanita. Dia menyalakan laptop lalu membuka puluhan bahkan ratusan video yang menunjukkan ketika dirinya sedang beradegan s*ks dengan beberapa mantan pacarnya.
"Hanya Grace yang tidak ada disini," gumam Daniel seraya mengelus-elus bagian dagu nya, "padahal kemarin adalah kesempatan yang paling tepat untuk aku agar Grace mau menyerahkan tubuhnya, tapi entah kenapa aku tidak bisa memaksanya," lanjutnya.
Daniel merogoh ponsel yang ada disaku celana pendeknya. Dia pun mengamati beberapa poto dirinya yang sedang berpose dengan Grace, "Grace, hanya kau lah satu-satunya wanita yang membuat aku takut, takut akan kehilanganmu. Aku menyesal mengapa aku begitu bodoh, karena mau-maunya menerima tantangan yang di berikan Bram kepadaku."
Suara bel apartemen tiba-tiba terdengar, lantas dengan cepat Daniel keluar dari ruang rahasia, namun karena lupa dia tidak mengunci pintu itu kembali.
"Grace!"
Grace menyerobot masuk, dia memegangi kedua pipi Daniel dengan perasaan bersalah, "kak Delard memang benar-benar keterlaluan! Tega sekali dia melakukan ini kepadamu," gerutunya.
Daniel tersenyum melihat kekhawatiran yang di rasakan oleh Grace terhadapnya.
"Luka mu cukup parah, kenapa kau tidak pergi kerumah sakit?" tanya Grace.
"Semalam aku sudah di rawat di rumah sakit, dan sekarang aku baru pulang," jawabnya, "dari semalam kenapa ponsel mu tidak aktif? Padahal aku sangat berharap jika kau mau menemaniku selama di sana," ungkapnya.
Grace tersenyum masam seraya mengusap-usap tengkuknya. "Pacar macam apa aku ini? Daniel sedang di rawat dirumah sakit, tapi aku malah enak-enakan bersama kak Delard," batinnya.
"Aku lupa nge-charge ponsel aku, jadi aku minta maaf karena disaat kondisimu lagi seperti ini, aku malah tidak ada disamping mu."
Daniel meraih tangan Grace lalu menciumnya, "tidak apa-apa. Karena jujur saja aku juga sangat mengkhawatirkan keadaan mu, aku takut jika kak Delard berbuat kasar dan menyakitimu."
Seketika Grace langsung membayangkan akan apa yang di lakukan Delard selama diperjalanan, sepulangnya dari gunung G. "Sial!" umpat Grace secara spontan seraya menggigit ujung bibirnya sendiri.
"Kenapa?" Daniel sedikit terkejut mendengarnya," apa kakak mu bertindak kasar?"
Grace menggelengkan kepalanya, "tidak," jawabnya berbohong. Grace mengamati raut wajah Daniel yang terdapat beberapa luka lebam di hidung, bibir, dan pelipisnya.
"Aku lupa, kau pasti haus, akan ku buatkan minuman untukmu," ucap Daniel yang hendak berdiri dari duduknya namun di cegah oleh Grace.
"Tidak perlu! Jika haus, aku akan mengambilnya sendiri," Grace mengambil buah-buahan segar yang dibelinya tadi. "Aku bawakan buah-buahan kesukaan mu, biar ku kupas dulu."
"Terima kasih," ucap Daniel. Dia pun memakan buah mangga dan apel yang sudah di kupas oleh Grace.
Setelah separuh dari buah-buahan yang di bawa Grace di kupas, Grace pun ijin numpang ke kamar mandi untuk membersihkan tangannya sekalian ingin buang air kecil.
Grace keluar dari bhatroom, tiba-tiba pandangannya terkunci pada sebuah pintu kamar yang sedikit terbuka. Grace tahu betul jika Daniel mati-matian menjaga privasi ruangan itu, bahkan ketika Grace merayunya agar diperoleh kan untuk melihat isi dari ruangan itu Daniel tak mengijinkannya.
Grace mengendap-endap menyelinap masuk kedalam ruangan itu, dan menutup kembali pintunya dengan sangat pelan agar Daniel tak mengetahuinya.
Betapa terkejutnya dia, saat melihat isi dari ruangan yang dirahasiakan oleh Daniel. Dia menoleh kearah laptop yang ada dimeja, rupanya selain lupa mengunci, Daniel juga lupa mematikan laptopnya, dan parahnya lagi durasi rekaman video itu masih berjalan, memperlihatkan dua sejoli yang tampak sedang berpacu kuda.
Dia pun memutar video yang lainnya, dan ada satu video yang paling menarik perhatiannya, yaitu video Daniel yang tampak berciuman dengan Anggun yang tak lain sahabatnya. Grace mempercepat video itu, tangisnya pun pecah saat melihat keduanya berhubungan b*dan tanpa adanya keterpaksaan di antara keduanya, bahkan Anggun tampak sangat menikmatinya.
"Hiks... Hiks..." dengan menangis tersedu-sedu Grace perlahan berjalan mundur hingga langkah kakinya terhenti saat punggungnya menempel di tembok ruangan. Tubuhnya tiba-tiba terkulai lemas, hatinya hancur berkeping-keping melihat penghianatan yang dilakukan oleh Daniel bersama Anggun.
Daniel merasa jika Grace sudah terlalu lama di kamar mandi, akhirnya dia menyusul namun ternyata Grace tidak ada disana. Dia pun menyusuri ruangan lain, dan betapa terkejutnya dia saat melihat Grace tertunduk dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.
"Grace."
"Jangan sentuh aku!" bentak Grace ketika Daniel ingin memegang tangannya. "Aku jijik sama kamu!" lanjutnya.
"Grace aku__"
"Cukup! Aku tidak mau mendengar sepatah katapun darimu. Mulai saat ini kita putus!" ucap Grace secara tegas dengan air mata yang masih mengalir deras membasahi pipinya.
Grace berlari keluar dari ruang rahasia itu, dan dikejar oleh Daniel. "Grace tunggu!" Daniel berhasil meraih tangan Grace. "Tolong jangan putuskan aku seperti ini, karena aku tidak siap jika harus kehilanganmu," ungkapnya.
"Lepaskan aku! Aku sudah tidak mau melihat wajahmu lagi! Kau adalah laki-laki paling menjijikkan yang pernah aku kenal!" Grace berontak agar Daniel melepaskan tangannya.
"Tidak Grace, tolong jangan berkata seperti itu. Aku tahu aku salah! Tapi tolong jangan tinggalkan aku seperti ini," Daniel mencengkram kuat pergelangan tangan Grace, agar dia mau memberikannya satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya.
"Lepas!" Grace menendang bagian tengah pangkal p*ha Daniel, sehingga terpaksa dia melepaskannya.
"Arrgh!" Daniel merasakan ada sesuatu yang retak bahkan pecah dari bawah sana.
Melihat itu Grace tak menyia-nyiakan nya, dia langsung mengambil tasnya yang tergeletak di sofa lalu kabur dari apartemen Daniel.
Disepanjang perjalanan Grace terus merutuki perbuatan terkutuk yang dilakukan Daniel. "Keterlaluan! Benar-benar menjijikkan!" umpatnya, "tega sekali dia melakukan ini padaku. Dia menjadikan aku sebagai korban pelampiasan naf*su bejat dia berikutnya."