Dinda tidak sadar sudah meninggal sampai dia berubah menjadi wanita tua dengan empat anak dan dua menantu perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Arui dan neneknya datang ke rumah kepala Desa untuk menyebutkan masalah pengungsi. Setelah mendapatkan kabar itu kepala desa sama bingungnya dengan Arui.
Karena ini adalah masalah besar kepala desa tidak buru-buru membuat keputusan. Dia memanggil beberapa tetua desa lain dan berpikir untuk mengirim beberapa pemuda kuat demi mencari informasi terkini di kota.
Jadi semua keputusan harus dilakukan setelah mendapatkan informasi lebih lanjut.
Adinda tidak menunggu apa-apa, dia menyelesaikan semua tugas yang ada di rumah.
Di dapur sepotong besar tulang babi direbus dengan jagung. Beberapa daun bawang dipotong beserta dengan wortel dan juga lobak.
Tidak ada makanan pokok tapi semangkuk tulang ini sudah begitu harum.
Anak anak bahkan tidak mengangkat kepalanya ketika mereka meneguk semangkok sup itu dengan lahap.
Lobak harum dan kubis cukup mengenyangkan.
Hebat.
Adinda sebagai orang modern tidak begitu menyukainya. Sup terasa kurang garam dan kurang harum. Ada beberapa bumbu dasar yang tidak ada di dalam sup ini.
Tapi ini sudah lumayan bagus jika dibandingkan memakan beras hitam yang sudah sedikit berjamur.
"Ami besok, masak lebih banyak jagung besok.Arui,Aan , Along, Bagaimana kondisi ladang?"
Along dan Aan berkata dengan lesu," Tahun ini tidak turun hujan ladang sudah lama kering. Untung saja kita berada di kaki bukit jadi masih ada air sumur. Tapi aku tidak tahu sampai kapan air sumur ada airnya. Kudengar beberapa desa bahkan sudah lama kekeringan. Mereka harus menghemat air hanya untuk minum dan memasak"
Adinda mengerutkan dahinya lagi. pantas saja ada begitu banyak orang di gunung. Bukan saja penduduk desa mereka tapi juga berasal dari beberapa desa terdekat.
Akibat kekeringan ada begitu banyak tanaman yang mati. Mungkin di gunung ada mata air yang hidup jadi masih terlihat begitu hijau.
Adinda tidak kekurangan uang saat ini. Tapi dia tidak tahu bagaimana harus mengeluarkan uang agar tidak begitu mencurigakan.
Dia harus membeli loker secepatnya.
"Besok pagi ,ibu ,Along dan Arui pergi ke gunung.Kita harus pergi ke gunung dalam.Aan bantu iparmu membuat acar di rumah.Acar harus di simpan di gudang agar tidak busuk "
Lobak dan kubis tidak bisa disimpan terlalu lama tapi jika disimpan setelah menjadi acar itu akan memperpanjang usia penyimpanan.
"Ibu Kenapa kita harus repot-repot pergi ke gunung terdalam. Ada banyak bahaya di sana"
Adinda harus memutar otak agar penjelasannya masuk akal. Dia berkata,"tidak banyak lagi sayuran yang ada di kaki bukit. Dengan adanya para pengungsi kupikir kehidupan akan semakin sulit jadi kita harus mencari lebih banyak bahan sebelum para pengungsi datang ke desa kita. Gunung kita terlalu hijau yang membuat silau begitu banyak mata"
Arui tidak melihat ada kebohongan dalam alasan ini. Jadi dia menganggukkan kepala dengan setuju tapi dia masih berkata ,"Ibu sudah tua bisakah ibu tinggal saja di rumah untuk membuat acar.Aku dan yang lain akan naik ke gunung"
Glek...
Tua?
Adinda seperti tertusuk jarum patah yang langsung tertancap di dalam hatinya.Anak sialan, dia masih muda Oke, belum juga 40-an.
Tua?
Adinda kesel sekaligus sedih tapi dia tidak bisa membuat alasan untuk itu.Tapi benih keinginan mulai muncul di dalam hatinya.
Dia memiliki sistem yang bagus jadi dia akan mulai membeli beberapa skin care yang bagus.
Kulit kusamnya akan diasingkan secepat mungkin.
Tapi hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan uang dan membeli loker tentu saja.
Rencana untuk besok sudah pun dibuat.
Saat nya pergi tidur.
Tapi tidur malam bagi Adinda juga sebuah penyiksaan yang fatal.Dia sebenarnya tidak tidur sendirian.Dua laki laki di kiri dan satu anak perempuan di kanan.
Mana bau dan panas lagi.
Adinda yang malam sebenarnya ingin menangis.
Kenapa dia bisa datang di dalam keluarga yang sangat miskin.
Hanya sekejap, anak-anak yang berisik dan bau ini sebenarnya sudah tidur.Tapi Adinda masih harus bangun dengan mata panda.
"Ibu...
"Apa?"kata adinda setengah mengantuk.
"Sarapan sudah siap,apa ibu mau makan dulu?"kata Ayu.
Dia sudah bangun sebelum ayam berkokok.Jadi sarapan pagi sudah siap seperti yang di minta oleh Adinda.
"Aku mau mandi, dulu siap kan air.Nanti kalian makan jangan tunggu aku "kata Adinda.
"Baik Bu "jawab Ayu.
Ayu heran,sejak kapan Ibu nya kecanduan mandi.Tapi sudah lah,ini hanya masalah merebus air extra.Tapi air adalah masalah saat ini.
Ada kekurangan air di mana mana.Hanya saja Ayu tidak berani menyebut kan ini pada Adinda.
Merebus air tidak perlu lama, Ayu kemudian datang lagi dengan sepanci air panas.Sama seperti kemaren,mandi untuk Adinda di selesaikan di kamar tidur.
Dia ingin menggosok gigi tapi bingung harus di kemana sisa produk nya nanti.Jadi dia merendam keinginan itu untuk sementara dan harus puas dengan menggosok ujung jari nya sedikit.
Memikirkan sarapan, Adinda langsung memesan roti goreng dengan segelas susu kedelai.Dia menyesap nya dengan nikmat dan membuat sampah nya di sudut yang akan dia buang di bawah kompor.
Ketika dia selesai, semua nya masih menunggu adinda untuk sarapan pagi.Adinda hanya bisa berjaga jaga dan pergi untuk memimpin sarapan.
Sarapannya adalah sisa makan malam. Meski sudah dipanaskan tapi ini masih cukup memuaskan bagi keluarga yang miskin ini.
"Sudah siap, Ayo ke gunung"katanya.
Kali ini Arui dan along mengambil keranjang di punggungnya, begitu juga dengan Adinda.Ketiganya berangkat ke gunung yang dalam.
Kali ini perjalanan pergi ke gunung tidak semulus itu.Orang-orang yang pergi ke gunung semakin ramai dibandingkan dengan kemarin. Dipastikan orang yang datang ini bukan penduduk desa asli tapi dari penduduk desa yang lain.
Pemandangan ini sangat luar biasa yang mengakibatkan tidak banyak sayuran liar yang bisa diraih di kaki bukit.
Arui saja yang melihat itu langsung mendesah. Saat ini semua orang memiliki masalah yang sama yaitu kekurangan bahan makanan.
Gunung ini bukanlah gunung milik pribadi siapapun bisa datang untuk memanen . Tapi jika begini terus-terusan lambat laun tidak ada hal yang baik lagi di kaki gunung.
Karena itu bisa dipastikan, akan ada beberapa orang yang kepikiran untuk mencoba masuk ke gunung terdalam.
"Ibu hati-hatilah di gunung masih ada binatang liar"kata Arui serius.Dia juga mengingatkan agar perintah ibu untuk masuk ke area dalam bisa dihentikan.
Dia seumur hidup tidak pernah pergi ke pengunungan yang dalam. Paling-paling dia hanya bisa berjalan di pinggiran gunung saja. Jadi wajar jika anak ini khawatir.
Adinda juga khawatir dengan kondisi ini tapi dia lebih memikirkan masalah loker yang harus dibelinya dengan harga yang cukup mahal. Jika dia tidak bersikeras pergi ke pegunungan dalam. Bagaimana mungkin dia bisa menggali uang.
Karena itu dia berbicara sedikit dengan anak pertama dan mereka melanjutkan perjalanannya untuk langsung masuk ke gunung.
Di pegunungannya dalam, semakin anda masuk ,maka semakin terlihat pepohonan yang cukup besar. Dikategorikan pepohonan ini sudah begitu tua karena tidak ada campur tangan manusia.
Ini bagus juga tapi hal yang paling bagus sebenarnya masih ada berdering di telinga Adinda.Tidak berdering dalam artian sebenarnya tapi tulisan merah menyala memberikan kabar baik.
"Di temukan...Artemisia argyi – Tanaman Mugwort, apakah di jual?"
"Di temukan Cuscuta chinensis – Burung Dodder, apakah di jual?"
"Di temukan Houttuynia cordata liar – Daun Hati, apakah di jual ?"
"Plantago asiatica liar – Pisang raja Asia, apakah di jual?"
"Polygonum aviculare – Rumput simpul, apakah di jual?"
Dinda melirik layar dan melihat harga jual nya.Ini cukup murah tapi lumayan untuk orang miskin seperti dia.Jika tidak musim kering, gulma ini ada banyak di pedesaan.Tidak perlu repot repot naik gunung seperti sekarang.
Adinda langsung duduk di tanah dengan terengah-engah.Dia melambaikan tangan kepada Arui dan Along.
"Kalian keliling dulu, cari sesuatu,ibu ingin istirahat sebentar"Katanya.
Arui memandang ibunya dengan prihatin.Jika saja dia lebih mampu, mungkin Ibu nya tidak perlu bergerak ke gunung seperti sekarang.Tapi kehidupan semua orang seperti ini.
Mau tak mau Arui dan Along mematuhi perintah .Hanya setelah mereka pergi, Adinda berani bertindak.
Sentuh gulma yang di tunjuk sistem dan jual setelah mencapai target.Satu sen untuk lima kg.,Pisang raja lebih mahal ,ini satu sen per kg .
Kurang dari satu jam, kantong uang Adinda bertambah dengan lima puluh sen.
Hanya sesaat kemudian Arui datang dengan keranjang yang masih kosong.Wajahnya sedikit memburuk,dia tidak tahu harus berkata apa .
Selain dari buah liar, tidak ada seekor kelinci pun yang dia temukan.
Ini sulit.
"Ibu seperti nya tidak ada yang bisa di makan , hanya buah kesemek saja, tidak ,ini belum matang".
Adinda tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh putra nya ini.Dalam pemikiran nya,hutan pada dasar nya adalah harta Karun yang tidak ternilai.Mana mungkin tidak ada hal yang bisa di makan sejauh ini.
"Ayo pergi, kita sudah pergi sejauh ini.Tidak mungkin pulang dengan tangan kosong"kata Adinda .
"Bu...ini.
"Ayo lah"
Anak anak berjalan patuh, kali ini Adinda yang memimpin.Dia juga tidak mengenal nama spesifik pepohonan.Dia juga khawatir jika pergi terlalu jauh.Tapi berkat sistem dia tidak akan sesat dan mudah mengenali gulma.
Kurang dari seratus langkah, mereka tiba di hutan pinus.Ada suara di sistem yang membeli buah Pinus liar dengan satu sen per lima kg.Buah ini jatuh begitu saja di tanah tanpa ada yang peduli.
Ada juga mouggur dan gulma lain yang bisa di jual.Mereka tidak mahal tapi semua nya jika di akumulasi, masih cukup bernilai.
Adinda sangat menyukai nada dering sistem, seolah-olah dia sedang bernyanyi .Sambil berjalan, tangannya masih sentuh sana sentuh sini.Dompet uang Adinda memberat dengan cepat.
Satu dua sen jatuh di sana dengan bunyi gemericik yang indah.
Tapi beberapa waktu kemudian sistem mulai menemukan pohon aren.Yang akan di beli bukan pohon tapi air nira nya.
"Di temukan air nira asli, apakah di jual?"
Adinda melihat nya dan dia tau ini adalah Pohon aren untuk membuat gula merah.Tidak banyak tapi lebih dari sepuluh pohon aren di temukan.
Baru saja akan tertawa bahagia, layar sistem merah lagi.Ada pesan di sana
"Di temukan pohon sagu, di terima satuan nya, apakah di jual?"
Eh ..
Tidak jauh dari pohon aren, sebenarnya ada dua batang sagu yang berdiri kokoh setinggi enam meter ke atas.
Sistem menghargai satuan pohon bukan perkg.Entah berapa harga nya tapi Adinda masih perlu meningkatkan kualitas makanan di rumah.
Kemudian Adinda berkata,"Arui tahu kah kau pohon apa ini?"
Arui yang sudah jauh di depan, menggelengkan kepalanya.
Tentu saja Arui tidak tahu.
Dengan jelas Adinda memberi kan pelajaran singkat tentang pohon aren.
Pohon aren dikenal dengan nama ilmiah Arenga pinnata.
Temukan bunga jantan dan pukul dia sampai memar, lalu potong sedikit agak mengeluarkan air.Air ini lah yang akan di saring dan di masak sampai menjadi gula aren.
Arui dan Along segera tercengang, mereka memandang ke arah pohon aren dengan takjub.
Adinda tidak tau jika di negara ini, belum ada yang namanya gula aren.Ada juga gula putih tapi lebih mirip seperti brown sugar.Hanya orang kaya saja yang mampu membeli gula.
Tapi sekarang, Ibu nya yang sudah tua berkata,jika pohon ini juga menghasilkan produk manis dengan nama yang berbeda.
Lupakan dari mana Ibu tahu, tapi ini adalah hal yang bagus.
"Nah ini namanya pohon sagu. Kau bisa menyerut dan meremas kayu.Air perasaan di simpan seharian nanti endapan nya kan menjadi tepung sagu yang agak lengket seperti milet "kata Adinda lagi.
Penjelasan ringkas tapi padat membuat Arui hampir saja terduduk di tanah.
Arui oleng dan menatap pohon besar yang berdiri kokoh di depan nya.
Dia ragu,apa benar pohon yang tidak di kenal ini sebenarnya bisa menghasilkan tepung milet.
"Kakak tertua,apa mungkin ibu benar?" tanya Along pelan.Setelah sadar dari pingsannya,ibu mereka terlihat aneh.Dia biasa nya suka diam dan selalu tidak memiliki rasa keberadaan.Tapi sekarang ibu mereka terlihat ceria dan banyak bicara.
Ini seperti dua orang yang berbeda.
Di sini Arui masih ragu tapi dia masih menghormati ibunya, jadi dia berkata,"Ayo cari bambu.Kita ambil air nya dan masak lah di rumah "
Along setuju,dia langsung pergi untuk menemukan bambu.Bambu ada di mana mana , tapi mereka juga tidak mengerti jika bambu muda sebenarnya bisa di makan.Akibatnya bambu tumbuh dengan liar begitu saja.
Adinda melihat tunas bambu yang mencolok.
Sistem juga membeli ini seharga beberapa sen.
Sementara dua anak sedang sibuk dengan pohon aren , Adina sibuk dengan buah Pinus dan tunas bambu.Dia cukup menyentuh buah Pinus yang berserakan.Dia juga menarik ujung tunas bambu dengan hati hati,hanya sedikit sentuhan semuanya terjual di sistem.
Akumulasi dari tunas bambu dan buah Pinus liar sebenarnya menghasilkan seribu dua ratus sen, yaitu satu perak,dua ratus sen.
Lahan bambu tidak ada habisnya.Tanpa sadar, Adinda menghabiskan dua jam di sini.
Sementara itu, Arui dan along selesai memasang bilah bambu pada setiap pohon aren yang dia temukan.Hanya setelah itu , mereka berdua mau mulai memotong pohon sagu sesuai instruksi ibu .
Karena masih coba coba, hanya atau pohon yang di potong.Pohon sagu sudah tua dan mereka cukup berat. Tapi dengan Arui dan along , berat ini tidak ada apa apanya.
Memotong pohon sagu saja, mereka menghabiskan banyak waktu.Adinda sudah selesai dengan tunas bambunya. Agar tidak ada yang curiga dia menyisihkan Lima potong tunas bambu yang diisi ke dalam keranjangnya.
Melihat sang Ibu sedang duduk di hutan bambu bersama dengan tunas bambu mereka juga terlihat heran.
Ada apa dengan tunas bambu, apakah ini juga bisa dimakan.
"Apa kalian sudah selesai?"
"Bu, tunggulah sebentar kami akan memanjat pohon aren dan melihat apakah sudah ada airnya."
Pohon aren yang dipotong kurang dari jam hanya menghasilkan sedikit air. Tapi anak-anak ini tidak begitu percaya dengan apa yang disimpulkan oleh ibunya tadi. Mungkin karena mereka berpikir tidak ingin mengecewakan ibunya yang sudah tua, jadi mereka hanya mencobanya sedikit.
"Pergilah Ibu juga menemukan sedikit pakis, nanti bisa di kering kan untuk besok, lagipula ini sudah siang sekali"kata adinda.
Dia tidak lapar, dengan sistem media bisa memakan apapun secara sembunyi-sembunyi. Tapi anak-anak tidak seperti itu. Mereka sudah bekerja keras dan hampir melewatkan waktu makan siang.
Segera Dua saudara pergi memanjat pohon aren yang tadi dipotong. Mereka mengumpulkannya dalam tabung bambu yang sudah disiapkan.
Lebih dari dua puluh pohon aren menghasilkan kurang dari lima bilah bambu. Mungkin mereka belum pernah dipotong , karena itu bisa menghasilkan sebegitu banyak kurang dari 2 jam.
Adinda sangat puas dengan hasil ini. Selain daripada uang dia juga bisa membuat anak-anak menemukan makanan pendamping lainnya.
Hutan asri memang bagus. Ada begitu banyak harta karun di dalamnya dan anda tidak akan pernah kelaparan jika anda mengerti.
Adinda dan dua anaknya segera keluar dari pegunungan dalam. Mereka tidak pergi terlalu jauh karena itu tidak bertemu dengan hewan liar.
Untuk keluar dari pegunungan juga memakan sedikit waktu. Keranjang di punggung Adinda sudah penuh dengan tunas bambu dan juga sayuran pakis liar yang dia temukan.
Meski ada begitu banyak jamur liar yang membuat air liur menetes tapi dia masih menahan diri. Bukankah masih ada hari besok.
Sementara itu dua anak laki-laki,memiliki begitu banyak hal di belakang punggung mereka. Selain harus menggendong keranjang yang lagi-lagi diisi dengan tunas bambu, Mereka juga harus memikul batang sagu yang ukurannya satu pelukan pria dewasa.
terus lanjut update nya thorr
terus lanjut update nya thorr