Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Sehari penuh kasih darimu
"Tuan, jika aku tidak diperlukan di sini, bolehkah aku kembali ke dapur. Aku ingin membuat Sop iga untuk makan siang"
Akhirnya Namira memberanikan diri berbicara setelah satu jam lebih dia hanya menunggu Marcel bekerja dan teleconference dengan beberapa kliennya.
Namun Marcel seakan tuli dengan ucapan Namira barusan, dia berusaha memanggilnya lagi, "Tuan Marcel"
"Hmm"
"Bolehkah aku keluar dari ruangan ini, ada yang ingin aku kerjakan di bawah"
"Sop iga, kan?" 'Heh, dia mendengar ternyata' Mira menggerutu dalam hatinya.
"Iya, boleh kan?"
"Tunggu aku sebentar lagi" Namira menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
"Anak muda itu, darimana kamu mengambilnya? Apa dia kerabatmu?"
"Maksud Tuan, Rudy ?"
"Hmm"
"Dia adik angkat ku, teman kecil sejak tingal di Panti asuhan"
"Kalian dari panti asuhan?"
Namira menunduk, "Iya"
Marcel menutup laptopnya setelah memberi arahan pada anak buahnya melalui telepon, Lelaki itu berdiri dan mendekati Namira, "Ayo"
"Ke-ke mana"
"Katanya kamu ingin memasak" Marcel mengulurkan tangannya ke arah Namira, dengan ragu Mira serahkan telapak tangannya dalam genggaman Marcel. Mereka menuruni anak tangga beriringan, tingkah Marcel membuat Mira heran setengah mati.
"Aku ingin membuat pizza, sayur sop iga lain kali saja. Kamu duduk di sini dan videokan aku sedang memasak, oke?" Marcel mengarahkan cara memegang kamera pada Namira.
Marcel membalut tubuhnya dengan apron berwarna hitam, memasang microphone di dekat kerah kemejanya, dan memberi aba-aba jika dia sudah siap di syuting.
Pada beberapa part Marcel membiarkan Namira mengambil gambarnya secara langsung, dengan type of shot; Long shot, Medium shot, close up. Part selanjutnya Marcel meminta Namira bergabung membuat pizza.
Kamera di letakkan pada tripod, dan Marcel mengatur kameranya agar mendapatkan angel terbaik.
"Ok, kamu siap Nami? Kamu lah artisnya kali ini" Marcel tersenyum manis
"Aku gugup tuan, aku tidak perlu menghadap kamera kan?"
"Perlihatkan wajah cantikmu pada kamera, Nami!" Marcel menangkup wajah Namira dengan kedua tangannya agar menghadap kamera, membuat pipi Namira memerah tersipu malu.
Karena tangan Marcel sudah kena tepung, walhasil wajah Namira penuh tepung. Marcel mengulum senyumannya melihat penampilan Namira yang berbedak tepung.
Sesekali Marcel usil menyuapi Namira dengan keju dan memencet hidung Namira dengan tangan yang sudah berbalur tepung, Namira tidak menyadari penampilannya saat ini, dia kewalahan dengan keusilan Marcel saat memasak.
"Tinggal memanggangnya, Nami" Marcel bersandar di meja kitchen set sambil menatap Namira dengan mesra, namun Namira sedang fokus melihat pizza yang sudah masuk ke dalam oven
"Berapa lama ini di panggang, Tuan"
"Dua puluh lima menit cukup" Marcel mendekati Namira untuk membukakan apron yang Namira kenakan, Namira dibuatnya salah tingkah.
"Sambil menunggu matang, aku edit videonya dulu" Ucap Marcel
Namira mengikuti Marcel duduk di sofa ruang keluarga. Jiwa kepo dan penasarannya muncul untuk melihat hasil videonya. Dia duduk di sebelah Marcel begitu dekat, tanpa disadari tubuh mereka sudah saling menempel.
"Anda usil sekali tuan, lihatlah wajahku penuh tepung. Bagian itu hapus saja, aku terlihat jelek" Namira protes
"Justru bagian itu paling menarik" Marcel mentransfer hasil editannya pada ponsel. Lalu dijadikan status pada semua media sosialnya
"Lihatlah Namira, belum ada lima menit video kita sudah banyak yang like"
"Apa? Anda mempostingnya?"
"he'em"
"Waah, aku tidak menyangka ada punya hobi bikin konten. Aku pikir orang terkenal seperti anda sangat tertutup di medsos"
"Ini pertama kalinya aku memposting video cooking lagi setelah 17 tahun. Biasanya hanya kegiatan olahraga yang aku posting " Marcel tersenyum melihat komen-komen followernya
Triinggg!! Bunyi pemutar waktu di oven berbunyi. Namira mau beranjak dari duduknya tapi di tahan Marcel.
"Duduklah di sini, biar aku yang angkat"
Marcel kembali duduk di sebelah Namira setelah mengangkat pizza.
"Tinggal menunggu anak-anak pulang" bisik Marcel di dekat wajah Namira, membuat Namira kembali salah tingkah.
"Nami, Kalila DM. Aku jawab apa?" Tanya Marcel sambil menunjukan DM Kalila di medsosnya.
["Katakan padaku Pih, apa kalian sering bersama? Bolehkan aku main ke rumah Tante Mira"] Namira menatap Marcel lekat.
"Rumah? rumah gubukku?"
"Di sini Nami, di rumah ini"
"Ini rumah anda Tuan"
"CK! Ini juga rumah kamu, jawablah DM Kalila"
"Aku jawab apa?"
"Terserah kamu, Nami" Marcel menyematkan anak rambut yang menutupi wajah Namira di telinga lalu membawa rambutnya ke arah bahu sambil menatapnya dengan tatapan mesra.
Hari ini sikap Marcel seringkali membuat Namira tersipu malu dan jantungnya berdetak tidak karuan.
Di Kediaman Hafiz dan Cindra
"Mah..Lihatlah Pipi aku sudah dekat dengan Tante Mira, mereka membuat konten masak siang ini" Seru Kalila dengan gembira
"Oiya, Chief Marcel sudah kembali" Jawab Cindra. Kalau diingat-ingat terakhir Marcel membuat live masak saat masih dekat dengannya. setelah itu hanya memposting kegiatan olahraga, mobil mewah dan lainnya.
"Mah, Tante Mira membolehkan aku main ke rumahnya, lusa. Boleh mah?"
"Boleh sayang, nanti diantar Leon"
"Engga mah, aku pergi dengan Hania saja. Karena Tante Mira mau menunjukan studio balletnya"
Cindra termenung, setau dia Namira bukan orang berada. Dia sudah tahu kalau Namira tinggal di pemukiman kumuh dan di sanggar bekerja sebagai cleaning service.
"Apa ini campur tangan Marcel?" gumamnya. Cindra membuka medsos dan melihat video Marcel yang di-posting "Dia terlihat bahagia, Syukurlah. Aku pun ikut berbahagia" gumam Cindra
"Halo sayang, kenapa melamun?" Hafiz baru saja turun dari ruang kerjanya.
"Tidak apa-apa mas, Besok Lusa Kalila mau main ke rumah Mira"
***
"Wulan, Ilyas. Papa buatin kalian Pizza" Seru Namira saat anak-anaknya sudah selesai berganti baju sekolah.
"Hore!! Apa papa bisa buatnya, enak gak pah?!" Tanya Wulan.
"Boleh di coba, Papa sangat jago bikin Pizza" Jawab Marcel
Mereka semua ke meja makan dan Namira memotong pizza untuk diberikan pada anak-anaknya.
Wulan memasukan potongan pertama pada mulutnya, matanya terbelalak merasakan kelezatan pizza buatan Marcel, begitu juga Ilyas.
"Papa pintar sekali membuatnya, rasanya sangat lembut di mulut. Terima kasih papa" Seru Wulan
"Telima kasih papa" Ilyas turun dari kursinya dan menghampiri Marcel.
"Boleh aku peluk dan cium papa?" Tanya Ilyas, Marcel tersenyum dan membuka lengannya untuk memeluk Ilyas, begitu juga Wulan.
"Kalian suka masakan Papa?" Kedua anak itu mengangguk. Hati Marcel terasa menghangat.
"Mereka anak-anak yang polos dan memiliki hati yang bersih, Namira sangat pandai mendidiknya" Batin Marcel lalu melirik Namira yang sedang menatap keharuan itu
"Ayo habiskan makannya, kita akan jalan-jalan ke mall" sambungnya lagi
"Horee!!" Mereka dengan lahap menghabiskan Pizza nya
"Namira, bantu aku ambilkan baju ganti. Tubuhku lengket harus mandi dulu"
"Iya Tuan" Namira mengekori Marcel menuju kamarnya.
Sampai di pintu kamar, Marcel menarik pinggang dan tengkuknya Namira lalu mendesaknya ke tembok. Namira seketika reflek memelintir tangan Marcel lalu membanting tubuh lelaki itu. Jiwa karate-do nya bangkit saat ada tangan tiba-tiba menarik tengkuknya.
Brrugg!!
"Aawwhh..Ada apa dengan kamu Namira" Marcel meringis kesakitan
"M-maaf Tuan!! Saya gak sengaja. Lagian Tuan juga ngapain tiba-tiba menarik dan mendorong aku ke tembok, aku jadi reflek" Namira membela diri
"Apa sama semua lelaki kamu seperti itu?" Marcel berusaha bangun dan mensejajarkan tubuhnya di depan Namira
"Iya, kalau lelaki itu mau berniat jahat"
"Memangnya aku terlihat seperti seorang penjahat?" tanya Marcel kesal
"Aku ini suamimu"
Namira memeras ujung bajunya karena gugup. Marcel mendekatinya lagi, Namira sudah pasang kuda-kuda.
"Asshhh..kamu seperti ngajakin aku duel" Ucap Marcel yang tadinya ingin membelai wajah Namira karena ada tepung di rahang dan lehernya.
"Tuan katanya mau mandi, kenapa jadi usil lagi padaku!" suara Namira meninggi.
"Tadi waktu masak kamu senang aku usilin. Malah Sekarang berubah seperti landak berduri" cibir Marcel
"Tadi moment berbeda, sekarang di kamar. Tuan bisa saja berubah jadi ganas kalau di sini"
"Hahahaha..."Marcel terbahak mendengar pengakuan Namira ditambah wajahnya terlihat sangat waspada siap membanting lawannya
"Namira, aku ingin membersihkan tepung di pelipis dan rahangmu, boleh?" tanya Marcel lembut
"Tidak perlu Tuan, aku bersihkan sendiri aja di kamar mandi. Sudah sekarang anda mandi duluan sana" Namira bergegas ke walk in closet menyiapkan baju Marcel
"Apa tidak sebaiknya kita mandi berdua saja Nami?" Rayu Marcel
Namira buru-buru menutup pintu walk in closet. Sambil memegang dadanya yang berdetak begitu kencang. Dia berusaha mengatur napas dan menahan senyumannya.
Namira tersipu sendiri saat dia berpikir Marcel akan menciumnya. "Gila kau Namira, pikiranmu sudah yang tidak-tidak!" dia merutuki diri sendiri.
Saat mengambilkan baju Marcel, pandangannya terganggu dengan paperbag yang kemarin dia bawa pulang, paperbag dari Bram. Dusnya sudah tidak berbentuk, kusut dan rusak. Tapi sepatunya masih utuh tidak rusak.
"Siapa pelakunya ini, kenapa jadi hancur begini" Namira memeriksa sepatu ballet nya
...💃🩰💃🩰...
Terima kasih untuk like, komen dan subscribenya 🩷