cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
"Kenapa mas makan dengan cara seperti itu" tanya wanita itu yang selesai makan.
"Aku sudah mulai bekerja, dan ada tugas jaga malam ini" ucap pak hari yang terus melahap makanannya.
"Astaghfirullah, Mas, kamu baru saja pulang, sampai dirumah pergi mandi, lalu sholat magrib, dan sekarang kita sedang makan, setelah ini kamu mau pergi juga, belum juga ada satu jam lo mas" ucap bu titin mendengus kesal.
"Sayang, ini hari pertama aku bekerja setelah pindah ke sini, aku harus profesional mengikuti aturan di sini, aku juga harus terbiasa dengan lingkungan baru, dan dikantor juga ada banyak kasus yang harus ditangani" ucap pak hari
Bu titin nampak semakin kesal, meletakkan sendok pada piring dengan keras dan tidak lagi berselera makan.
"Aku pikir dengan mengajak pindah, semua bisa berubah, ternyata aku salah, pernahkah kamu menyesal, atau kamu menang sudah perduli lagi dengan aku" ucap bu titin.
"Tidak" sahut pak hari datar sambil terus melanjutkan makan.
"Begini saja, mas bisa menggantikan aku dengan wanita lain, lihat saja lian, dia bisa dengan mudah mencari pengganti istrinya" ucap wanita itu.
"Tidaklah, aku bukan orang seperti lian, aku bekerja siang malam, untuk istri tercinta, untuk anak, untuk keluarga kita, tidak ada yang lain"
"Untuk keluarga kita mas bilang, aku tidak pernah merasa seperti itu" ucapnya kesal lalu beranjak dan berlalu begitu saja meninggalkan meja makan.
"Brakk" terdengar suara pintu kamar ditutup dengan kencang.
"Astaghfirullah, rangga, lanjutkan makanya" ucap pak lian santai.
"Jihan" panggil lian pada gadis itu.
"Hem" jawab jihan sambil berdehem.
" Kamu tau apa ini" tanya pria itu.
"tomat, ayah" sahutnya setelah menengok pada benda yang ditunjuk ayahnya.
"Bantu ayah memberikan ini pada tetangga baru kita, yang lainnya biar ayah yang antarkan" ucap lian pada jihan, sementara lian sendiri memberikan tomat pada tetangga depan rumah dan tetangga kirinya.
"Siap ayah" jawab jihan cepat.
"setelah ketuk pintu, jangan lupa ucapkan salam, baru bilang ada titipan dari nenek, ini dari kebun sendiri" ucap lian memberikan contoh pengucapan pada jihan.
"Iya ayah, aku mengerti" jawab jihan paham dengan maksud ayahnya.
"Oke, kita berangkat sekarang" ajaknya.
"Bu, aku antarkan tomat-tomat ini dulu ya" pamit lian pada ibunya.
"Hem, yasudah, hati-hati kalau begitu".
Mereka berdua kemudian berangkat lian mengantarkan tomat pada tetangga depan rumah, dan samping kiri rumah sementara jihan mengantarkan tomat itu pada tetangga baru mereka yaitu keluarga pak hari.
Dirumah keluarga pak hari, setelah insiden saat makan bersama, pak hari langsung berangkat bekerja, sementara bu titin sudah berdamai dengan keadaan dan Rangga membantu sang ibu mencuci piring.
"Tok tok tok" pintu di ketuk.
"Rangga coba lihat, siapa yang datang, mungkin papamu kembali karena ada yang tertinggal" ucap bu titin.
"Iya bu, mungkin papa lupa bawa kunci rumah" sahutnya.
Mendengar pintu rumahnya di ketuk, rangga bergegas menuju pintu untuk membukanya.
"Ceklek" pintu dibuka berapa terkejutnya rangga setelah melihat bahwa yang datang dan mengetuk pintu rumahnya bukankah sang papa seperti dugaannya melainkan jihan.
"Hem, ini kan sudah malam, ada apa datang ke sini" ucap bocah itu ketus.
"Assalamualaikum, kak rangga, ini ada titipan dari nenek, tomat segar dari kebun sendiri" ucap jihan memberikan satu baskom tomat untuknya.
"Tidak perlu, pergi sana, aku tidak suka tomat" ucap bocah itu, lalu mengambil paksa baskom berisi tomat kemudian membuangnya membuat tomat-tomat itu berhamburan dilantai didepan pintu rumah rangga.
"Rangga ada apa, siapa yang datang" tanya bu titin.
Mendengar ibunya bertanya Rangga lansung menutup pintu dan menguncinya.
"Bukan siapa-siapa bu, hanya pengamen" jawabnya berbohong.
"Jihan ada apa, kenapa berantakan, apa kamu terjatuh" tanya lian pada putrinya.
"Kak rangga tidak suka tomat ayah lain kali, aku akan bilang pada nenek untuk memberikan yang lain saja" ucap jihan polos.
"Lain kali, maksudnya bagaimana" tanya pria itu tidak mengerti.
Setelah mengantar tomat pada tetangga, lian berniat menunggu putrinya disisi jalan rumah, lalu pria melihat jihan tengah menunduk mengambil sesuatu.
"Astagfirullah, apa yang terjadi, kenapa berantakan, apa kamu jatuh" tanya lian menghampiri jihan.
"Ayah, kak rangga tidak suka tomat, aku akan bilang pada nenek untuk memberikan hasil panen yang lain" jawab jihan sambil memunguti tomat yang berserakan.
"Maksudnya, apa yang akan kamu berikan" tanya pria itu.
"Aku akan bilang pada nenek untuk memberikan buah-buahan seperti, buah naga, buah nangka, durian, semangka, alpukat, yang ada di kebun" ucap jihan.
"Sudah-sudah, itu semua belum waktunya panen, masih lama, memangnya kamu tahu, kalau mereka suka" ucap lian.
"Aku yakin mereka suka, aku saja suka, rasanya manis dan segar" sahut jihan sambil tersenyum.
Lian menghela nafas pelan, matanya tertuju kearah pintu memandang putrinya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan kemudian membantu mengambil tomat yang bersekan.
Malam harinya, pak hari sudah berada dirumah dan sekarang tengah duduk berkumpul di ruang tengah sambil menikmati martabak manis. Bu titin dan pak hari saling berbincang, sementara rangga tengah asik menonton televisi.
"Rangga, setelah ini, papa antar kamu ke rumah jihan untuk meminta maaf, mereka itu berniat baik mau memberikan sesuatu dari hasil panen sendiri" ucap pak hari pada rangga, setelah mendengar cerita dari istrinya.
"Sebagai anak pelajar tindakanmu, yang merebut dan membuang tomat di depan pintu tidak patut dilakukan. Sebagai anggota polisi, Papa selalu mendidik dan mengajarimu tentang cara bertatakrama dan bersikap yang baik" ucap pak hari menasehati. Rangga hanya terdiam sambil menikmati martabak tersebut.
"Tidak perlu minta maaf" celetuk bu titin ketus.
"Astagfirullah, sayang, mereka itu tetangga kita, kita akan setiap hari bertemu dengan mereka, lagi pula mereka tidak tahu tentang masalah keluarga kita, pasti terlihat aneh jika kita bersikap terus saja bersikap begini" ucap pak hari pelan.
"Hem, mas pikir aku aneh" pekik bu titin meletakkan kembali martabak yang ada di tanganya.
"Bukan begitu maksudnya sayang, mereka akan berfikir kalau kita ini aneh bersikap seperti itu. Mereka datang dengan niat yang baik" ucap pria itu menjelaskan agar tidak salah paham.
"Apa itu berarti mereka bisa seenaknya datang dan pergi serta menghancurkan hidupku" ucap bu titin kesal. "jadi benar ya, aku hanya menyusahkan hidupmu" ucapnya lagi semakin kesal.
"Cukup-cukup, jangan marah dan jangan bicara hal ini di depan rangga" pinta pria itu menenangkan istrinya sambil memegang tangganya.
"Jangan sok menjadi orang tua yang baik, kemana kamu tadi, jika kamu perduli denganku sedikit saja semua tidak akan seperti ini" ucapnya menohok.
Ditunggu komentarnya.