NovelToon NovelToon
Terjebak Nikah Dengan Dosen Killer

Terjebak Nikah Dengan Dosen Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Agnes tak pernah menyangka, sebuah foto yang disalahartikan memaksanya menikah dengan Fajar—dosen pembimbing terkenal galak dan tak kenal kompromi. Pernikahan dadakan itu menjadi mimpi buruk bagi Agnes yang masih muda dan tak siap menghadapi label "ibu rumah tangga."

Berbekal rasa takut dan ketidaksukaan, Agnes sengaja mencari masalah demi mendengar kata "talak" dari suaminya. Namun, rencananya tak berjalan mulus. Fajar, yang ia kira akan keras, justru perlahan menunjukkan sisi lembut dan penuh perhatian.

Bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Apakah cinta bisa tumbuh di tengah pernikahan yang diawali paksaan? Temukan jawabannya di cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

“Ih… apa sih ngatain aku cewek ganjen? Memangnya kamu itu siapa?” Agnes memelototi Sherly, suaranya penuh kemarahan yang tertahan. Bibirnya bergetar, menahan emosi yang sudah di ujung tanduk.

Padahal, niat Agnes ke ruangan Fajar sebenarnya untuk memperingatkan lelaki itu agar tidak mempublikasikan pernikahan mereka. Ia takut kalau berita itu sampai tersebar, dirinya akan dimusuhi oleh para mahasiswi di universitas itu. Tapi sayangnya, belum sempat ia melangkah masuk, Sherly malah menghadangnya dengan ucapan lantang yang menyakitkan hati.

Sherly menyeringai tipis, kedua lengannya terlipat di dada. Ia tampak sangat menikmati situasi ini. “Aku? Oh, jadi kamu lupa siapa aku?” katanya dengan nada sinis. Ia memiringkan kepalanya, senyumnya semakin melebar. “Bagus. Jadi biar aku ingetin lagi. Aku ini calon istrinya Fajar.”

Kata-kata itu hanya mampu membuat Agnes mengedipkan matanya berulang kali. Ia menatap Sherly dingin, dari ujung kepala sampai ujung kaki, seolah ingin memastikan betapa kecilnya keberadaan wanita itu di matanya. Ingatannya melayang ke pertemuan pertama mereka di perpustakaan.

“Oh, aku ingat kamu…” Agnes membuka mulut untuk melanjutkan, tapi suara langkah cepat di belakangnya membuatnya terdiam.

Pintu ruangan Fajar terbuka, menampilkan Fajar dan Rega yang keluar dengan ekspresi bingung.

“Apa yang terjadi di sini?” Fajar bertanya, nada suaranya dingin seperti es. Tatapannya menyapu Sherly, lalu berhenti pada Agnes yang berdiri dengan mata merah, menatapnya penuh amarah.

Tanpa sepatah kata, Fajar meraih tangan Agnes. “Masuk.” Ia menariknya ke dalam ruangan, menutup pintu dengan bunyi “klik” yang tegas.

“Hei! Apa yang kalian lakukan? Buka pintunya!” Rega berteriak dari luar, mengepalkan tangan dan menggedor pintu dengan keras.

Sementara itu, Sherly yang terdiam akhirnya berkata dengan senyum penuh kepuasan, “Kak… wanita itu… dia calon istri Kak Fajar.”

“Apa?” Rega berbalik, menatap Sherly dengan ekspresi tercengang.

Di dalam ruangan, Agnes menepis tangan Fajar dengan kasar. “Kenapa Bapak menarikku ke sini? Aku mau kasih pelajaran buat pacar Bapak itu. Dia sembarangan banget ngomong aku ganjen!”

“Agnes,” Fajar menatapnya serius. “Dia bukan pacarku.”

“Ya, aku nggak peduli! Kalau Bapak memang ada hubungan sama dia, bagus!” balas Agnes sengit. “Kalau gitu aku—”

Belum selesai Agnes berbicara, Fajar tiba-tiba membungkuk dan membungkam mulutnya dengan ciuman singkat. Agnes terkejut, tubuhnya membeku sesaat sebelum ia mendorong Fajar dengan kekuatan penuh.

“Pak Fajar! Apa-apaan sih? Kenapa lagi-lagi Bapak mencuri ciumanku?” gerutu Agnes dengan nada kesal, pipinya memerah.

“Curi?” Fajar menyeringai kecil, nadanya datar tapi memancing. “Bagus, karena kita pasangan halal. Mau ciuman pertama, kedua, atau seterusnya, itu nggak masalah, kan?”

“Ih… Bapak ngeselin banget!”

“Jadi kamu nggak ikhlas ciumannya aku ambil?”

“Ya jelas nggak, lah!”

Cup.

Fajar kembali mencium Agnes sekilas, begitu cepat hingga Agnes bahkan tak sempat menghindar. “Tuh, aku balikin,” katanya ringan, senyumnya mengejek.

“Pak Fajar!” Agnes mendelik, geram. Wajahnya kini benar-benar memerah, entah karena malu atau kesal. Gadis itu bergerak keluar dari ruangan dan melupakan tujuannya datang menemui Fajar.

Di luar, Sherly dan Rega masih menunggu. Saat pintu terbuka, keduanya langsung menghampiri. Karena Agnes sudah kesal duluan, ia pun tidak berkata apa-apa lalu bersikap cuek dan pergi begitu saja.

Sesampainya di kelas, dada Agnes naik turun, napasnya tersengal. Wajahnya memerah, entah karena marah, malu, atau campuran keduanya. Emosinya begitu meluap hingga ia tidak peduli pada tatapan penasaran teman-temannya.

Berta, yang duduk di barisan depan, segera menghampiri. “Ada apa, Nes?” tanyanya, wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

Agnes membuka mulut, mencoba menjelaskan, tapi kata-katanya terhenti. Tangannya spontan terangkat, memegangi bibirnya. Pipinya semakin memerah.

“Kamu tahu, Pak Fajar, dia…” suaranya menggantung, tak sanggup melanjutkan.

Berta mengangkat alis, menyadari ada sesuatu yang menarik di balik reaksi Agnes. Senyuman kecil terulas di wajahnya. “Gak apa-apa, Nes. Kalau dipikir-pikir, itung-itung pahala, kan?”

“Pahala?” Agnes memutar bola matanya. “Kalau gini caranya, aku gak akan sungkan lagi sama dia!” katanya dengan nada penuh tekad, seolah baru menemukan ide brilian.

Berta menatapnya curiga. “Heh, apa yang kamu rencanakan, Nes?”

Agnes tersenyum penuh arti, menarik lengan Berta. “Ayo bolos! Kita ke mal. Sekarang juga.”

“Ta-tapi, Nes… ini mata kuliah penting!” protes Berta, meski suaranya melemah karena tangannya sudah ditarik Agnes. Meski keberatan, ia akhirnya menyerah dan mengikuti langkah cepat sahabatnya itu.

Beberapa waktu kemudian, mereka tiba di salah satu pusat perbelanjaan besar. Agnes berdiri di depan etalase sebuah butik mewah, memegang sebuah kartu yang ia angkat tinggi-tinggi dengan wajah penuh semangat.

“Kita habiskan uangnya!” serunya dengan nada puas. “Siapa suruh dia menciumku tanpa izin!”

Berta terkejut, tapi tak bisa menahan tawa. “Nes, kamu serius? Itu kan... kartu Pak Fajar?”

“Justru itu!” jawab Agnes santai sambil melangkah masuk ke butik. “Anggap aja ini bentuk protes. Kalau dia berani seenaknya, aku juga! Lagian dia sudah memintaku untuk menghabiskan.”

Berta hanya bisa menggeleng, meski senyumnya tidak pernah hilang. Ia tahu, di balik keberanian dan kehebohan Agnes, ada perasaan yang masih ia coba pahami.

Agnes melangkah masuk ke butik mewah dengan percaya diri, seperti seorang sosialita yang biasa menghabiskan waktu di tempat ini. Ia mengangkat dagu sedikit lebih tinggi, sementara Berta dengan canggung mengikuti di belakangnya.

“Nes, aku gak yakin ini ide yang bagus,” bisik Berta, matanya melirik rak-rak berisi pakaian mahal yang harganya bisa membuat dompet menangis.

“Tenang aja, Ta,” balas Agnes dengan senyum penuh percaya diri. “Kita lagi main peran. Hari ini, kita cewek kaya.”

Seorang pramuniaga mendekat dengan senyum profesional. “Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?”

Agnes meliriknya dari ujung kepala hingga kaki dengan ekspresi ala diva. “Saya butuh sesuatu yang... elegan, tapi tetap kasual,” katanya, tangannya menggerakkan kartu di udara seperti mengingatkan bahwa ia adalah pelanggan ‘istimewa.’

Pramuniaga itu tersenyum sopan. “Tentu, Kak. Silakan ikut saya.”

Agnes mengikuti dengan langkah mantap, sementara Berta berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Pramuniaga itu menunjukkan deretan pakaian terbaru, dan Agnes langsung mengambil beberapa potong tanpa banyak berpikir.

“Ini cocok gak, Ta?” tanya Agnes sambil menempelkan gaun satin biru muda di tubuhnya.

Berta mengangguk dengan cepat. “Cocok banget! Tapi, Nes, itu pasti mahal.”

“Dan itu masalah siapa?” jawab Agnes dengan nada bercanda, lalu melangkah masuk ke ruang ganti tanpa menunggu jawaban.

Setelah mencoba beberapa pakaian, Agnes keluar dengan setelan blazer dan celana panjang putih yang membuatnya terlihat seperti direktur perusahaan. Ia berjalan ke cermin besar dengan senyum puas.

“Kamu lihat ini, Ta? Aku seperti CEO yang baru aja dapat penghargaan!” katanya sambil berpose.

Berta tak bisa menahan tawa. “CEO yang mau habisin uang suaminya, maksudmu.”

Agnes menoleh dengan senyum licik. “Kenapa enggak? Suami yang nyebelin harus diberi pelajaran!”

Setelah memilih beberapa pakaian, mereka pindah ke toko sepatu. Agnes langsung mengambil sepatu hak tinggi yang tampak seperti permata berjalan.

“Ini yang aku cari,” gumamnya sambil mencoba sepasang sepatu stiletto perak yang membuatnya terlihat lebih elegan. Ia melangkah beberapa kali, lalu menoleh ke Berta. “Gimana? Aku seperti model kan?”

Berta hanya bisa mengangguk. “Kamu kayak lagi siap buat red carpet.”

“Bagus!” Agnes melangkah ke kasir dengan percaya diri, meletakkan barang-barang di konter tanpa ragu.

Ketika total harga muncul di layar kasir, Berta terkejut. “Lima belas juta? Nes, serius?”

Agnes hanya tersenyum. “Lagi-lagi, itu masalah siapa?” katanya sambil menyerahkan kartu Fajar dengan santai. “Gesek aja, Mbak.”

Kasir itu memandang Agnes sejenak, lalu melanjutkan transaksinya. Berta yang berdiri di belakang Agnes hampir tak percaya dengan apa yang terjadi, tetapi tak bisa menahan tawa.

Mereka mengakhiri hari di kafe mewah, duduk di sofa beludru dengan segelas Jus di tangan masing-masing. Agnes mengangkat gelasnya dengan penuh kemenangan.

“Untuk balas dendam yang manis!” katanya.

Berta mengangkat gelasnya juga, meski dengan tawa kecil. “Dan untuk kartu Pak Fajar yang mungkin bakal ngeblokir kita setelah ini.”

Agnes tertawa keras. “Kalau dia ngeblokir, berarti aku berhasil buat dia kesal! Dan kata talak siap aku dengar."

Di kampus, Fajar menatap layar ponselnya dengan rahang mengeras. Notifikasi pengeluaran terus berdatangan, satu demi satu.

“Bella’s Jewelry: Rp62.800.000.”

“Mall Grand Plaza: Rp40.500.000.”

“Mocktail Lounge: Rp12.000.000, dan masih banyak lagi."

Fajar mengetukkan jari ke meja, ekspresinya datar. Ia menekan nomor Agnes dengan gerakan cepat, lalu berbicara dengan suara datar tapi tajam.

1
Hayurapuji
hallo semua, pembaca cerita fajar dan Agnes, yuks beri like dan komentarnya agar autor semakin semangat updatenya. terimakasih sebelumnya 🤗🤗
Hayurapuji
emmmmmm
Ismi Kawai
bagus banget, bikin betah bacanya!!!
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Ismi Kawai
semangat shay ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!