WARNING *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA⚠️ ⚠️
Emile adalah seorang mahasiswi yang terpaksa harus menyudahi kuliahnya karena alasan ekonomi dan juga adik kesayangannya yang tengah sakit. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan membiayai pengobatan adiknya yang tak ramah di kantong. Dalam pertemuan yang tak di sengaja dengan bosnya di sebuah bar membuat hidupnya berubah drastis. Ia terjebak dalam sebuah perjanjian kontrak dengan Harry Andreson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Dengan Elkan
Setelah mendapatkan mangga yang di inginkan, kini mereka pun pulang dengan membawa dua kantong plastik berisi mangga. Daniel sendiri hanya bisa mengumpat dalam hati saja. Ia benar-benar kesal karena ulah dua wanita di belakangnya itu. Ia hanya menatap sinis saja melalui kaca.
Setelah mengantarkan kedua wanita itu ke rumahnya, kini Daniel pun kembali ke kantornya lagi. kejadian tadi membuat pekerjaannya tertunda, padahal ada beberapa berkas penting yang memang harus segera ia siapkan.
Setibanya di kantor, ia langsung menuju ke ruangan Harry, di lihatnya pria itu tidak berada di sana. Entah kemana perginya. Daniel hanya bisa berdecak kesal saja melihat itu. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, 1 jam lagi akan ada pertemuan penting beberapa pimpinan dari perusahaan lain salah satunya adalah perusahaan sepupu Harry, Elkan.
Ia menghubungi beberapa kali tapi tidak ada jawaban sama sekali. Bahkan ia sampai menggunakan nomor lain pun masih belum ada jawaban sama sekali. Ia benar-benar di buat frustasi dengan tingkah semaunya itu.
Bukan hanya dia saja yang terlihat begitu sibuk di kantor, melainkan semua orang. Karena pertemuan para pimpinan itu akan berlangsung di perusahaan Harry. Setelah semua berkas dan dokumen siap, kini Daniel pun turun dan menyambut satu persatu tamunya.
Beberapa kali ia melihat ke arah jamnya, namun belum ada tanda-tanda kemunculan seorang Harry. tiba-tiba saja dari kejauhan, ada mobil sport yang tak asing di matanya terpaku di depan kantor persis. Dengan segera, Daniel langsung menghampirinya sosok yang mengendarainya.
"Kau ini dari mana saja? Tamu-tamu kita sudah datang semuanya. Jangan membuat masalah dengan mempermalukan perusahaan." kata Daniel.
"Disini aku yang punya perusahaan, kenapa jadi kau yang repot." kata Harry dengan berjalan mendahului Daniel.
"Aku tau, tapi kau dari mana saja?" tanya Daniel.
"Bukan urusanmu." jawab Harry yang membuat Daniel hanya bisa menghela nafasnya.
Kini mereka langsung menuju ke tempat pertemuan menggunakan lift yang memang sudah tersedia. Baru saja pintu lift tertutup, tiba-tiba saja terbuka dan menampakkan seorang pria tinggi dan tampan yang tengah tersenyum smrik pada Harry.
Melihat siapa yang datang, membuat Harry hanya berwajah datar saja. ya, siapa lagi jika bukan sepupunya, Elkan. Elkan masuk ke dalam lift yang sama dengan mereka dan sengaja berdiri di tengah-tengah mereka. ia berbisik pada Harry yang membuat Harry menatapnya dengan smrik.
Elkan hanya mengangkat kedua tangannya saja sambil menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum puas tak kala melihat perubahan wajah Harry.
"Oke, sampai ketemu di ruang pertemuan, saudaraku." kata Elkan dengan terkekeh kecil
"Ada apa?" tanya Daniel penasaran.
Tiba-tiba saja, Harry keluar dengan langkah kaki cepat. rupanya ia mengejar Elkan dan langsung menarik kerah bajunya saja. Karena memang kondisi emosi nya yang masih belum stabil, Harry langsung melayangkan sebuah pukulan keras di wajah Elkan.
Tentu saja hal itu membuat Daniel terkejut dan langsung memisahkan mereka di bantu oleh beberapa karyawan lainnya.
"Kau masih sama, tidak pernah berubah. Apapun harus menjadi milikmu begitu? Cuihhhh! Kali ini tidak akan ku biarkan. Sudah cukup selama ini aku mengalah denganmu." kata Elkan membuat Harry geram lagi.
Namun, sebelum keadaan menjadi lebih tidak kondusif, Daniel langsung membawa Harry pergi dari tempat itu. pria itu menatap Daniel dengan tatapan tajamnya, dan mendorongnya dengan kasar, setelah itu ia pergi entah kemana.
"Kau mau kemana, Harry? pertemuan sebentar lagi akan di mulai." teriak Daniel dengan frustasi.
Kali ini Harry mengendarai mobilnya menuju ke rumah Elizabeth. ia mengendurkan dasinya dengan wajah yang sudah tidak bersahabat. tak perlu waktu lama, kini ia pun sampai di rumah ibunya. Ia langsung masuk dan mencari keberadaan Emile tanpa menghiraukan Ningsih yang menyambutnya.
Melihat bagaimana wajah tuan mudanya, langsung saja Ningsih menghubungi Elizabeth yang tengah berada di butiknya.
Brakkk!!
Emile terkejut setengah mati tak kala melihat siapa yang datang. Ia langsung menutup dadanya menggunakan handuknya karena ia baru saja selesai mandi. beruntungnya ia sudah memakai celana pendek.
"Ada ap....."
Belum sempat mengatakan apapun, Harry sudah mendorong tubuhnya dengan keras ke ranjang. Pria itu mengunci kedua tangan Emile menggunakan satu tangan, serta menatap dalam mata wanita yang kini tengah berada di bawahnya.
"Kau benar-benar membuatku marah. Kau tau, apa yang sudah menjadi milikku, tak akan pernah ku ijinkan di sentuh oleh orang lain. setelah kau menjadi nona muda keluarga Anderson, beraninya kau berhubungan dengan musuhku, kau cari mati ya?" kata Harry yang membuat Emile bingung
"Maksudmu apa? Siapa?" tanya Emile yang memang tidak paham
"Sekarang katakan padaku, apakah benar kau pernah berhubungan dengan musuhku, Elkan di club itu?" tanya Harry
Mendengar hal itu sontak saja Emile menganggukkan kepalanya karena ia memang kenal dengan Elkan di club. Ia juga bingung kenapa tiba-tiba saja Harry mengatakan hal itu. sontak saja setelah ia menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba saja Harry langsung menciumnya dengan kasar yang membuatnya terkejut.
Sebisa mungkin ia mendorong tubuh Harry, hanya saja saat itu ia tidak berdaya karena mungkin kondisinya yang masih agak lemah.
"Anak kita.....tolong." ucap Emile dengan berusaha sekuat tenaga dan membuat Harry menghentikan aksinya.
"Cih, anak kita? aku ragu jika itu anakku, mengingat kau adalah seorang jal*ng murahan." kata Harry dengan senyum kecilnya.
"Aku tidak seperti yang kau kira. Terserah kau mau mengatakan apa, tapi aku tegaskan sekali lagi, jika anak ini adalah anakmu, darah dagingmu sendiri." kata Emile dengan menekankan kata-katanya sembari bangun dan menjauh dari Harry.
"Aku tidak sebodoh yang kau kira. Oh apakah sekarang kau mulai berani denganku? Hahahaha hebat sekali. Harusnya kau tau diri, kau tau posisi siapa sebenarnya dirimu, jal*ng!!" kata Harry dengan mencengkram dagu Emile dan menghempaskannya dengan kasar.
"Sebenarnya kau ini kenapa hah?!! aku salah apa?!" seru Emile yang pada akhirnya tidak bisa menahan kesabarannya.
"Kau masih bertanya? hah, kau bodoh ya tetap bodoh sampai kapanpun akan tetap bodoh. ku katakan dengan jelas sekali lagi, kau sudah berani berhubungan dengan musuhku. Apa yang sudah menjadi milikku, aku tidak sudi membaginya dengan orang lain. Kau tahu hukuman apa yang paling pantas untuk itu?" kata Harry membuat Emile benar-benar frustasi di buatnya.
"Apa? Aku harus apa? kau mau apa dari ku, brengsek!" seru Emile.
Saat akan maju, tiba-tiba saja Harry seperti tersadar akan sesuatu. Dengan segera ia mundur dan menggelengkan kepalanya membuat Emile hanya menatapnya saja. tanpa mengatakan apapun, Harry langsung keluar begitu saja. Bertepatan dengan itu, ada Elizabeth kebetulan baru saja sampai.
"Kemasi barang-barangnya, dia akan tinggal bersamaku." kata Harry yang langsung pergi.