Tiga sekolah besar dibangun pemerintah untuk menampung anak-anak yang memiliki talenta. Salah satu dari tiga sekolah itu, membuat sebuah kelas khusus untuk mereka yang mempunyai potensi terpendam dan dapat membantu negara, dan dengan berbagai cara mereka mencari dan memasukan anak-anak yang memiliki bakat khusus untuk masuk kesekolah mereka.
Seorang programer yang merahasiakan identitasnya, tiba-tiba didatangi tiga orang kepala sekolah ternama, agar bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, dia juga dimasukan ke kelas zero dengan kode name 'RAVEN', sebagai seorang programer dengan rekannya Mius, agar bisa dilatih menjadi agen rahasia pemerintahan.
Satu per satu identitasnya mulai bermunculan, bersamaan dengan kebenaran akan dirinya yang ada di sekolah itu.
.
.
.
.
semua itu terjadi di-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Night 5: Joker
...
"Perlengkapan dan seragam apalagi sih." jawabku malas
"Seragam kelas zero dan juga perlengkapan keanggotaan kamu di OSIS." tutur Loch
"Hah, seragam kelas zero, bukanya ini (menunjuk seragam yang aku pakai) sudah termasuk seragam kelas zero?" tutur ku tak mengerti
"Seragam ini nanti kita pakai saat hari apel, selebihnya, bagi anak kelas zero, memakai seragam kelas mereka, dan itu akan berlaku mulai senin nanti."
"Ribet banget ni sekolah." ujarku cuek
"Dan juga, bisa nggak kalau aku nggak usah dimasukin ke OSIS." ujarku memelas ke mereka berempat
"KALAU ITU TIDAK BISA..." teriak mereka berempat
"Santai dong, nggak usah teriak juga, sakit ni telinga." balasku sambil mengucek telingaku
"Terus alasan apa, sampai aku dilarang untuk menolaknya."
"Ini amanat dari walikota dan perintah Presiden, kamu harus masuk ke OSIS, jika tidak, kamu akan kena masalah besar." ujar Kei
"Ah, merepotkan banget sih ini sekolah." tuturku sambil mengusap kepalaku
"Oke deh, aku gabung, dengan syarat aku bebas ngelakuin apa yang ku suka, tanpa ada larangan buat diriku."
"Oke, kami setuju." ujar Loch sambil menyodorkan tangannya ke hadapanku
"Ya, aku setuju bergabung."
"Selamat bergabung Jun, didunia para penguasa." ujar SU sambil memelukku
"Apa maksudnya ni."
"Karena kamu menerima bergabung dengan OSIS, secara tak langsung kamu menyetujui apa yang diperintahkan presiden agar kamu diberi gelar kaisar juga, kamu adalah kaisar ke lima, kaisar yang paling bebas, JOKER." tutur Loch
"Kami berempat dibawah kepemimpinan mu." tutur mereka berempat dengan mengelilingiku, sembari membungkuk dengan satu tangan dibelakang dan tangan kanan memegang dada mereka
"Executive OSIS, nona Junian Arghantia." lanjut mereka berempat
"Ah, sungguh merepotkan." jawabku pendek
"Hehh..." mereka berempat terkejut dengan jawabanku atas apa yang sedang mereka lakukan
"Jadi, box nya mau dibawakan?" tanya Arka ke aku
"Nggak perlu." tolak ku
"Mius, bawa box nya ke kamarku." ujarku ke Mius yang ada diponselku
"Jun, apa bisa Mius membawanya, bukannya Mius itu AI." ujar Su
"Baik Master." jawab Mius atas perintahku
Pintu kelas mulai terbuka, seorang gadis dengan gaya modis dan pakaian yang setengah gaun melangkah mendekati ku dan keempat lainnya.
"Mana box yang harus saya bawa, Master." ujar Mius
"Eh, dia Mius..." teriak Su heboh, sambil mengitari dan memandangi Mius
"Ternyata benaran ada orangnya, bukan sekedar sebuah program." lanjutnya
"Tolong bawa ke kamar ya."
"Baik, Master." jawab Mius
Mius segera mengangkat kedua box itu ditangannya tanpa merasa keberatan sedikitpun. Su dan yang lainnya terus memperhatikan Mius sampai dia menghilang dibalik pintu.
"Kenapa kamu ngak bilang, kalau Mius itu bukan sebuah program AI saja, kalau tahu dia itu punya wujud, kami akan siapkan seragam buat dia juga." tutur Su heboh
"Saya memang tidak punya wujud, saya memang berupa AI." ujar sebuah suara dari dalam sakuku
"Maksudnya gimana?" tutur Su bingung
"Maksudnya, saya hanyalah sebuah data." jawab Mius, kali ini berada di ponselnya Su
"Lalu yang tadi itu apa?"
"Itu hanya sebuah boneka." jawab Mius
"Automata yang ku buat sebagai tubuh nyatanya Mius." sambungku
"Sudah tidak ada yang diperlukan lagi dengan ku kan, kalau begitu, saya permisi." tutur ku sambil membungkuk dan menghilang
"Eh, ahh... Shadow." teriak Su heboh
"Aku ingin dia gabung ke kelas kita juga, ya, ya, ya, ya, ya..." pinta Su ke Loch
"Tidak, aku ingin dia tetap dikelas kami." bantah Kei atas apa yang dipinta Su ke Loch
"Karena kemampuannya belum terlihat di kelasku, aku pergi, oke... Kalian perebutkan lah, si Joker, bye-bye." tutur Arka melangkah meninggalkan mereka bertiga
Su dan Kei masih tetap berdebat dan memandangi satu sama lainnya dengan geram. Bugh, sebuah jitakan tepat mendarat diatas kepalanya Su dan Kei.
"Anu, maaf, sebenarnya apa yang terjadi disini tadi, maksud yang kalian bicarakan tadi apa, dan kenapa juga kalian memperebutkan Jun, bukannya dia itu anak kelas ini?" tanya Meaz dan anak yang lainnya juga mengangguk mendekat kearah Loch, Su dan Kei
Su, Loch dan Kei saling memandang satu sama lain lalu memandang serius kearah Meaz dan lainnya.
"Jadi kalian benaran belum mengerti dengan yang kami bicarakan atau kalian tidak bisa nerima apa yang barusan terjadi?" tutur Su ketus dan arogan memandangi mereka
"Kami benaran tidak mengerti maksudnya, dan juga kenapa anak kelas zero harus diistimewakan?" tutur salah seorang siswa yang berada cukup jauh dari mereka
Mendengar kata dari siswa itu, Loch, Su dan Kei, mereka bertiga merasa kalau kelas mereka dan juga diri mereka tentunya terasa seperti dihina, tentu saja hal ini membuat mereka bertiga jadi geram dan emosi.
"Kamu jangan meremehkan kami, kamu anggap kami harus disetarakan dengan kalian?" ujar Su marah
Su dan Loch sudah berada tepat disamping dan didepan siswa itu dengan sebuah pensil ditangan Su yang mata pensilnya itu berada dileher siswa itu dan juga kaki Loch yang sudah tepat berada didepan wajahnya itu. Sedangkan kei sedang memegang sebuah controller di tangannya.
"Sudah cukup kalian berdua." ujarku ke Loch dan Su, dengan tangan kiriku memegang erat kaki Loch dan penggaris besi di tangan kananku tepat melingkar dileher Su
"Nightmare, lepas senjatamu." lanjutku mengancam mereka berdua
"Raven! Sejak kapan?" tutur Su kaget
"KEI, MATIKAN CONTROLLER MU, apa kamu ingin menghancurkan satu sekolah?" bentakku ke Kei
Kei mematikan konsol controller nya saat aku membentaknya, Loch mulai melemaskan kakinya dan aku pun mulai melepaskan genggamanku.
"Aku sudah lepas ni, dan sejak kapan kamu berada dibelakang kami." ujar Su sambil mengangkat tangannya
"Aku dari tadi terus memperhatikan kalian." ujarku menjawab Su dan melepaskan penggaris dari lehernya
"Lebih baik kalian kembali ke kelas kalian aja deh." pintaku ke mereka
"Oke, oke..." jawab Kei, Loch dan Su
Mereka bertiga melangkah keluar dari kelasku dan meninggalkan siswa yang tadi diancam mereka dengan keadaan masih cemas dengan apa yang baru saja terjadi dengannya.
Aku melangkah kembali ke bangkuku tanpa memperdulikan teman sekelasku yang masih terdiam kebingungan.
"Apa yang sebenarnya terjadi barusan, menghancurkan satu sekolah katanya, dan juga pergerakan macam apa yang mereka lakukan, dalam sekejap mereka sudah ada didepanku, dan juga apa-apaan nama panggilan yang mereka ucapkan tadi. Nightmare, Raven, sebenarnya apa yang mereka lakukan dikelas zero. Argghhh..... leherku, leherku tadi hampir saja bolong." ujar siswa itu panik tak menentu
Meaz, Audrey dan juga siswa yang lainnya tak tahu harus berbuat apa, menenangkannya atau harus memarahi dengan omongannya itu tadi.
"Hei, mau sampai kapan kalian disitu, tugas dari bu Yumi apa sudah kalian selesaikan?" ujarku ke mereka semua, dari tempat dudukku
......................