Di tengah hujan deras yang mengguyur jalanan kota, Kinanti menemukan seorang anak kecil yang tersesat. Dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan, anak itu tampak sangat membutuhkan bantuan. Tak lama kemudian, ayah dari anak itu muncul dan berterima kasih atas pertolongan yang ia berikan.
Meskipun pertemuan itu sederhana, tidak ada yang tahu bahwa itu adalah awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua. Sebuah pertemuan yang membawa cinta dan harapan baru, yang muncul di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rhtlun_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Suasana di rumah Kenzo dipenuhi dengan semangat. Hari perlombaan membuat kue yang sudah dinantikan oleh Kenzo akhirnya tiba. Kinanti yang sudah berada di rumah sejak pagi, membantu Kenzo bersiap-siap. Ia memastikan seragam sekolah Kenzo rapi dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk lomba sudah disiapkan dengan baik. Julian yang juga akan ikut mendampingi Kenzo, sedang bersiap-siap di kamarnya.
Setelah Kenzo selesai bersiap, ia bergegas ke ruang tamu untuk berpamitan kepada kakek dan neneknya. Marta memandangi cucunya dengan penuh kasih, melihat betapa bersemangatnya Kenzo hari itu.
"Semoga Kenzo selalu bahagia seperti ini." Ucap Marta lembut, menyentuh bahu Kenzo.
Adam yang berdiri di sampingnya mengangguk setuju. "Ya, semoga Kenzo selalu diberkati dengan kebahagiaan." Tambahnya. Kenzo tersenyum lebar mendengar ucapan kedua kakek dan neneknya. Ia kemudian melangkah keluar menuju mobil yang sudah menunggu di halaman.
Namun, sebelum masuk ke dalam mobil, ia melihat Bi Inah sedang menyiram tanaman di halaman depan.
"Dadah, Bibi!" Sapa Kenzo sambil melambaikan tangannya.
Bi Inah membalas lambaian tangan Kenzo dengan penuh kasih. "Dadah, Tuan Muda! Selamat bersenang-senang di sekolah!"
Julian dan Kinanti yang melihat interaksi itu hanya bisa tersenyum. Kenzo memang anak yang sopan dan ramah, kualitas yang sangat mereka banggakan. Setelah semua siap, mereka bertiga masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju sekolah Kenzo.
Di dalam rumah, Marta yang melihat mereka pergi beralih menatap Adam. "Nanti malam, keluarga Mr. James akan datang. Julian harus ada di rumah." Katanya dengan nada tegas, menunjukkan keseriusan rencananya.
Adam yang sudah memahami keinginan istrinya hanya terdiam. Ia tidak ingin memperpanjang diskusi tentang rencana perjodohan Julian dengan putri Mr. James. Ia hanya berdehem pelan dan meninggalkan ruangan.
Bi Inah yang secara tak sengaja mendengar percakapan itu menghela napas panjang. Ia tahu hubungan antara Kinanti dan Julian mungkin akan menghadapi banyak tantangan. Namun, ia tetap berharap semuanya akan berjalan dengan baik.
Sesampainya di sekolah, suasana sudah ramai dengan anak-anak dan orang tua mereka. Para peserta lomba membuat kue sudah mulai mempersiapkan peralatan mereka. Julian, Kinanti, dan Kenzo berjalan menuju meja bernomor empat yang sudah disiapkan untuk mereka. Ada lima belas peserta dalam lomba ini, sehingga suasana menjadi semakin meriah.
Seorang guru berdiri di depan dan memberikan instruksi kepada semua peserta. "Semua bahan sudah tersedia di meja masing-masing. Waktu yang diberikan adalah satu jam dua puluh menit. Selamat mencoba!" Serunya dengan antusias.
Julian menatap Kenzo dengan senyuman lebar. "Siap bersenang-senang, Kenzo?"
Kenzo mengangguk antusias. "Siap, Daddy!"
Ketika guru mengumumkan dimulainya lomba, semua peserta mulai sibuk mempersiapkan bahan-bahan mereka.
Julian, Kinanti, dan Kenzo memutuskan untuk membuat kue tart, sesuai dengan permintaan Kenzo. Di tengah kesibukan mereka, Kenzo yang merasa gembira mencoret pipi Julian dan Kinanti dengan tepung dan pewarna. Kinanti menggeleng pelan, tersenyum melihat kenakalan Kenzo.
Julian tak tinggal diam dan membalas dengan mencoret pipi Kenzo. "Ayo, kita harus cepat! Waktunya tidak banyak." Ujar Kinanti mengingatkan mereka untuk tetap fokus.
"Iya, Mama!" Jawab Kenzo dengan semangat.
Setelah adonan siap, Kinanti segera memanggang kue itu. Sementara menunggu, Julian dan Kenzo bersantai sejenak, merasa semakin dekat dengan tujuan mereka. "Kenzo, kamu mau menghias kue ini seperti apa?" Tanya Kinanti dengan lembut.
Kenzo berpikir sejenak, lalu menjawab, "Aku mau menghias kue ini dengan gambar Daddy, Mama Kinanti, dan aku. Supaya kita terlihat seperti keluarga yang bahagia."
Mendengar jawaban itu, Julian dan Kinanti merasa terharu. Mereka tidak menyangka Kenzo akan mengungkapkan keinginan yang begitu dalam dan penuh makna.
Setelah kue matang, Kinanti melapisi kue itu dengan krim dan menyerahkannya kepada Kenzo untuk dihias. Kenzo dengan hati-hati menghias kue tersebut, menggambar sosok Julian, Kinanti, dan dirinya sendiri.
Julian mengusap kepala putranya dengan penuh kasih, sementara Kinanti menambahkan sentuhan akhir pada hiasan tersebut. "Bagus sekali, Kenzo. Kamu memang berbakat." Puji Julian.
Setelah semua selesai, Kinanti memperhatikan bahwa baju Julian dan Kenzo penuh dengan tepung dan pewarna. Ia tertawa pelan, melihat betapa lucunya mereka berdua. Kenzo ikut tertawa, menunjuk pipi ayahnya yang penuh warna.
Ketika waktu hampir habis, semua peserta bergegas menyelesaikan hiasan kue mereka. Suasana menjadi semakin tegang, tetapi Kenzo tampak santai karena kue mereka sudah selesai. Ketika waktu habis, semua peserta mengangkat tangan, menandakan bahwa mereka telah selesai. Guru memuji semua peserta atas usaha mereka dan mempersilakan para murid untuk membawa kue mereka ke dewan juri. Satu per satu, para murid maju dan menjelaskan tema kue mereka.
Ketika tiba giliran Kenzo, ia membawa kue dengan percaya diri dan meletakkannya di hadapan dewan juri. Salah satu juri bertanya, "Kenzo, apa tema kue yang kamu buat ini?"
Kenzo menatap Julian dan Kinanti sejenak, sebelum menjawab dengan mantap, "Tema kue saya adalah keluarga yang sempurna. Karena bagi saya, keluarga adalah hal yang paling berharga."
Dewan juri terdiam sejenak, terkejut dengan kedalaman pemahaman anak kecil seperti Kenzo. Mereka merasa terharu mendengar penjelasan itu dan mempersilakan Kenzo untuk kembali ke tempatnya.
Julian, yang menunggu dengan sabar, bertanya, "Semua berjalan lancar, Kenzo?"
Kenzo mengangguk penuh semangat. "Semua lancar, Daddy. Karena ada Daddy dan Mama Kinanti di sini."
Julian merasa sangat tersentuh dan mencium pipi Kenzo dengan sayang. Sementara itu, semua peserta telah selesai menyerahkan kue mereka, dan guru mengumumkan bahwa pemenang akan segera diumumkan. Semua peserta menanti dengan penuh antusiasme, berharap hasil jerih payah mereka mendapatkan apresiasi yang layak.
Setelah semua kue dinilai oleh dewan juri, tiba saat yang paling ditunggu-tunggu oleh para peserta dan orang tua mereka, yaitu pengumuman pemenang lomba membuat kue. Dewan juri yang terdiri dari beberapa guru itu berdiri di depan, siap mengumumkan hasil penilaian. Suasana di ruangan itu menjadi hening sejenak, semua mata tertuju pada mereka.
"Perlu kami sampaikan bahwa penilaian lomba ini bukan hanya berdasarkan dari rasa kue, tetapi juga presentasi dan penjelasan tema yang dibawakan oleh para murid." Ujar salah satu juri membuka pengumuman. "Kami sangat terkesan dengan kreativitas dan pemahaman yang ditunjukkan oleh semua peserta. Setelah mempertimbangkan dengan cermat, kami telah memutuskan tiga juara untuk lomba ini."
Semua peserta dan orang tua mendengarkan dengan penuh perhatian. Ketegangan di ruangan itu terasa semakin meningkat.
"Juara ketiga diraih oleh Rakha, dengan kue bertema astronomi." Lanjut juri. Rakha, teman Kenzo, melangkah maju dengan senyum lebar di wajahnya. Tepuk tangan bergemuruh dari para hadirin. Rakha menerima piala kecil dan penghargaan dari dewan juri.
"Juara kedua jatuh kepada Shierra, yang membuat kue dengan tema pemandangan alam." Juri melanjutkan. Shierra, dengan senyum bahagia, maju ke depan untuk menerima penghargaannya. Lagi-lagi, tepuk tangan memenuhi ruangan.
Kini, hanya tinggal satu pemenang yang belum diumumkan, dan suasana menjadi semakin tegang. Semua peserta yang tersisa berharap nama mereka akan disebut sebagai juara pertama.
Sebelum pengumuman juara pertama, Kenzo menoleh ke arah Julian dan Kinanti. Dengan suara lembut namun penuh semangat, ia berkata, "Kalau aku tidak menang, tidak apa-apa. Yang terpenting, aku bisa bersenang-senang bersama Daddy dan Mama Kinanti."
Kinanti yang mendengar itu merasa haru. Ia berlutut di hadapan Kenzo, memegang kedua pundaknya, dan berkata dengan lembut, "Kenzo, kamu sudah membuat kue yang sangat indah. Tidak peduli apa hasilnya, kamu sudah melakukan yang terbaik. Tapi aku yakin, kamu bisa menang."
Julian, yang berdiri di samping Kinanti, mengangguk setuju. "Iya, Kenzo. Kita semua bangga padamu."
Kenzo tersenyum kecil, merasa didukung sepenuhnya oleh mereka.
Juri kembali mengambil mikrofon dan mengumumkan, "Dan juara pertama lomba membuat kue kali ini adalah... Kenzo, dengan kue bertema keluarga yang sempurna!"
Sorakan dan tepuk tangan menggema di ruangan itu. Kenzo tampak terkejut, lalu menoleh ke arah Julian dan Kinanti. Matanya berkaca-kaca, penuh dengan kebahagiaan dan rasa syukur. Julian segera mendekat dan menghapus air mata yang hampir jatuh di pipi putranya. Ia mencium pipi Kenzo dengan penuh kasih sayang, bangga dengan pencapaian putranya.
"Kamu luar biasa, Kenzo." Bisik Julian.
Kinanti juga menatap Kenzo dengan mata yang berkaca-kaca, merasa sangat bangga dan bahagia. "Selamat, Kenzo. Kamu pantas mendapatkan ini." Katanya lembut.
Dewan juri kemudian memanggil para juara untuk maju ke depan. Rakha, Shierra, dan Kenzo berdiri dengan bangga di atas panggung kecil, menerima penghargaan dan piala mereka. Kenzo yang berdiri di tengah, memegang piala juara pertama dengan kedua tangannya. Ia merasa sangat bahagia dan bangga, terutama karena ia bisa membahagiakan Julian dan Kinanti.
Setelah semua piala diserahkan, dewan juri mengajak para juara dan keluarga mereka untuk berfoto bersama. Julian dan Kinanti berdiri di belakang Kenzo, tersenyum lebar ke arah kamera. Guru-guru yang hadir juga bergabung dalam foto tersebut, mengabadikan momen kebahagiaan dan kebanggaan ini.
Setelah sesi foto selesai, semua orang mulai bercengkerama dan menikmati suasana. Banyak orang tua yang datang menghampiri Julian dan Kinanti, memberi selamat atas kemenangan Kenzo. Mereka memuji Kenzo sebagai anak yang berbakat dan sopan.
"Kenzo benar-benar anak yang luar biasa, Pak Julian." Kata salah satu guru kepada Julian. "Dia sangat menghargai dan menyayangi keluarganya. Tema yang dia bawakan sangat menyentuh hati kami semua."
Julian tersenyum penuh rasa syukur. "Terima kasih. Kami juga sangat bangga padanya."
Kinanti yang berdiri di samping Julian merasa sangat bahagia. Ia menyadari bahwa momen ini adalah salah satu momen paling berharga dalam hidupnya. Melihat Kenzo bahagia dan merasakan dukungan dari Julian membuatnya merasa bahwa mereka benar-benar seperti keluarga yang sempurna.
Ketika acara selesai, Julian, Kinanti, dan Kenzo berjalan keluar dari sekolah dengan hati yang penuh kebahagiaan. Mereka menuju mobil dengan piala di tangan Kenzo. Julian menggandeng tangan Kenzo, sementara Kinanti memegang tangan yang lain.
"Kamu hebat, Kenzo. Daddy sangat bangga padamu." Kata Julian sambil tersenyum.
"Terima kasih, Daddy. Aku sangat senang kita bisa bersama-sama hari ini." Jawab Kenzo dengan senyum lebar.
Kinanti menatap Kenzo dengan penuh kasih. "Kita adalah tim yang hebat." Tambahnya.
Dalam perjalanan pulang, mereka berbicara tentang pengalaman hari itu dan rencana untuk merayakan kemenangan Kenzo. Suasana dalam mobil dipenuhi dengan tawa dan kebahagiaan, menunjukkan betapa indahnya kebersamaan mereka sebagai keluarga.