Figo derlangga tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, laki laki itu hanya tertarik dengan James, asisten laki laki pribadinya.
Keadaan seketika berubah drastis ketika Figo bertemu dengan maid baru dirumah miliknya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Quality time
Tak lama setelah mereka selesai berjalan-jalan, suara ketukan terdengar dari pintu kamar. Figo segera bangkit untuk membukanya. Di depan pintu, John berdiri sambil membawa sekotak besar sushi di tangannya.
“Pesanan khusus Anda, Tuan,” ucap John dengan senyum ramah.
“Terima kasih, John,” balas Figo sambil menepuk bahunya.
Figo membawa kotak sushi itu ke meja dan membukanya. Aroma lezat langsung memenuhi ruangan, membuat perut mereka seolah menuntut untuk segera diisi.
“Kau mau coba?” tanya Figo sambil membuka kotak sushi itu lebar-lebar.
“Apa itu?” Shearen menatap kotak itu penuh rasa penasaran.
“Cobain dulu. Aku yakin kau suka,” ujar Figo sebelum menyuapkan sepotong sushi ke mulut Shearen.
Shearen mengunyah perlahan, lalu tersenyum. “Pasti mahal kan,” tanya shearen.
"Hadiah dariku, karena kau sudah mau belajar berjalan. " ucap Figo
"Apa kau suka? "
Shearen menganggukkan kepalanya.
“Makan yang banyak,” ucap Figo sembari menyiapkan potongan berikutnya untuk Shearen.
“Kau juga harus makan, kan?” balas Shearen. Wanita itu meraih sumpit lain dan menyuapkan sushi ke mulut Figo.
Setelah selesai makan, Figo dan Shearen kembali bersandar di kepala ranjang. Shearen dengan nyaman menyenderkan kepalanya di lengan Figo.
“Mau nonton apa?” tanya Figo sambil meraih remote TV yang tergeletak di atas nakas.
“Aku nggak tahu, ada ide?” jawab Shearen santai.
“Kau suka genre apa?” tanya Figo, menatap Shearen sambil memencet tombol-tombol remote.
“Romance... atau mungkin sesuatu yang lebih seru, seperti psikopat?” balas Shearen sambil tersenyum kecil.
“Ada banyak pilihan di sini. Kau ingin menonton apa?”
Setelah beberapa saat memilih, Shearen akhirnya memutuskan untuk menonton film bertema zombie. Figo mengangguk setuju, lalu memutar film tersebut.
Mereka berdua larut dalam cerita, menikmati setiap adegan hingga film selesai
Ketika film hampir selesai, Shearen tiba-tiba menoleh ke arah meja rias di sudut kamar. “Figo, aku mau itu,” katanya sambil menunjuk meja rias tersebut.
“Kau mau make up?” tanya Figo dengan wajah bingung.
Shearen menggeleng. “Aku mau main masker-maskeran. Kau tidak akan menolaknya, kan?” pintanya sambil tersenyum manis.
Figo menghela napas kecil, lalu bangkit untuk mengambil masker wajah yang ia beli beberapa waktu lalu. Ia menyerahkannya kepada Shearen, kemudian kembali duduk di sebelahnya.
“Apa lagi sekarang?” tanya Figo penasaran.
“Kita main maskeran,” jawab Shearen sambil mengangkat salah satu masker wajah dari kemasan.
Figo mengangkat alis, pura-pura bingung. “Aku? Maskeran? Kau serius?”
“Kau menolaknya?”.
“Ini baik untuk kulitmu, apalagi setelah seharian lelah membantuku.”
Meskipun ragu, Figo akhirnya menyerah. Ia duduk menghadap Shearen, sementara wanita itu sibuk meracik masker di dalam wadah.
Shearen memasangkan bando lucu di kepala Figo. “Shearen...” Figo memanggilnya dengan nada serius.
“Diamlah,” ujar Shearen sambil menahan tawa.
Dengan hati-hati, Shearen mulai mengoleskan masker di wajah Figo. “Lihat? Bagus, kan?” katanya sambil terkikik, melihat wajah Figo yang terlihat lucu.
“Sekarang giliranmu,” ucap Figo sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.
“Duduk yang benar, sayang,” pinta Figo lembut.
Shearen mengangguk, lalu duduk berhadapan dengan Figo. Dengan tangan cekatan, Figo memasangkan bando lucu berbentuk animasi gajah di kepala Shearen. Melihatnya, Figo tak bisa menahan gemas.
Cup.
Figo tiba-tiba memberikan ciuman singkat di bibir Shearen.
“Figo, maskermu menempel!” omel Shearen, kesal.
Figo tertawa kecil, lalu mengambil tisu di sampingnya dan membersihkan sisa masker yang menempel di ujung bibir Shearen.
“Aku akan memilihkan masker untukmu,” ujar Figo.
Ia membuka kotak masker dan memilih dengan seksama. Sebelumnya, Figo memang meminta John membeli berbagai peralatan skincare dan makeup untuk Shearen. Tapi ia tak menyangka John akan memilih masker dengan desain hewan-hewan lucu seperti ini.
“Kau harus pakai ini,” kata Figo sambil menunjukkan masker berbentuk wajah panda.
“Figo, yang benar saja!” balas Shearen, menatapnya tak percaya.
"Kau tidak boleh menolak,” ucap Figo.
Figo mengambil kapas dan toner, lalu dengan lembut membersihkan wajah Shearen. Setelah itu, ia mulai menempelkan masker panda tersebut di wajah wanita itu.
“Perfect,” ucap Figo sambil tersenyum lebar, jelas merasa puas dengan hasilnya.
Shearen meraih cermin di sampingnya, memperhatikan wajahnya yang kini dihiasi masker berbentuk panda. “Not bad,” komentarnya singkat sambil tersenyum kecil.
Figo tak mau melewatkan momen ini. Ia meraih ponselnya, lalu menarik bahu Shearen agar lebih dekat dengannya, memastikan tak ada jarak di antara mereka.
Figo membuka aplikasi kamera di ponselnya dan mulai mengambil beberapa foto lucu mereka berdua.
Figo mengubah posisi duduknya menghadap Shearen, menggenggam tangan wanita itu erat. Matanya menatap lembut, penuh keyakinan.
“Kau harus semangat lagi menjalani terapi untuk berjalan. Aku akan selalu menemanimu,” ucap Figo lembut, matanya menatap penuh keyakinan. “Aku tahu kau bisa melakukannya, you can do it ,sayang.”
Ia mengusap tangan Shearen dengan hangat, senyumnya menguatkan. “Setelah kau berhasil berjalan nanti, aku janji akan memberimu hadiah. Apa pun yang kau inginkan, aku akan belikan untukmu.”
Figo menambahkan, suaranya penuh kesungguhan, “Kita akan pergi ke mal, membeli semua yang kau mau. Apa pun. Kau hanya perlu fokus pada kesembuhanmu. "
"I love you.....so much. " bisik Figo sembari mencium kening shearen.