Di puncak Gunung Kunlun yang sakral, tersimpan rahasia kuno yang telah terlupakan selama ribuan tahun. Seorang pemuda bernama Wei Xialong (魏霞龙), seorang mahasiswa biasa dari dunia modern, secara misterius terlempar ke tubuh seorang pangeran muda yang dikutuk di Kekaisaran Tianchao. Pangeran ini, yang dulunya dipandang rendah karena tidak memiliki kemampuan mengendalikan Qi surgawi, menyimpan sebuah rahasia besar: dalam tubuhnya mengalir darah para Dewa Pedang Kuno yang telah punah.
Melalui sebuah pertemuan takdir dengan sebilah pedang kuno bernama "天剑" (Tian Jian - Pedang Surgawi), Wei Xialong menemukan bahwa kutukan yang dianggap sebagai kelemahannya justru adalah pemberian terakhir dari para Dewa Pedang. Dengan kebangkitan kekuatannya, Wei Xialong memulai perjalanan untuk mengungkap misteri masa lalunya, melindungi kekaisarannya dari ancaman iblis kuno, dan mencari jawaban atas pertanyaan terbesarnya: mengapa ia dipilih untuk mewarisi teknik pedang legendaris ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaiiStory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketika Kebenaran Menusuk 当真相刺痛时
Aurora di langit mendadak berubah warna menjadi merah darah. Kedelapan pedang dalam Formasi Bintang Utara bergetar hebat, memancarkan gelombang energi yang membuat seluruh pagoda bergetar. Huifang—dalam wujud Dewi Pedang Putih—mendadak terhuyung, wajahnya memucat.
"Mereka datang," bisiknya horor. "Lebih cepat dari yang kita perkirakan."
"Siapa?" Xialong bertanya, tapi jawabannya datang dalam bentuk yang tak terduga.
Langit di atas pagoda seolah terbelah, menampakkan celah dimensi yang memancarkan aura mencekam. Dari dalam celah itu, muncul sosok-sosok yang bahkan membuat Tian Jian bergetar ketakutan—makhluk-makhluk setinggi tiga meter dengan tubuh yang tampak terbuat dari kabut hitam pekat.
"Para Pemangsa," Zhao berbisik, masih berlutut di lantai. "Makhluk yang membuat para Dewa memilih untuk berevolusi."
Sosok-sosok itu melayang turun, jumlah mereka puluhan, masing-masing memancarkan aura yang membuat udara di sekitar mereka seolah membusuk. Tapi yang paling mengejutkan adalah sosok yang muncul terakhir—seseorang yang membuat Xialong dan Tianfeng terhenyak.
"Ayah?" Tianfeng mengucap tidak percaya.
Kaisar Wei berdiri di antara Para Pemangsa, tapi ada yang berbeda dengannya. Matanya sepenuhnya hitam, dan dari tubuhnya mengalir energi yang sama dengan makhluk-makhluk itu.
"Bukan," Huifang menggeleng sedih. "Itu bukan lagi Kaisar Wei. Dia... dia adalah vessel pertama."
"Apa maksudmu?" Xialong mencengkeram Tian Jian lebih erat.
"Ribuan tahun lalu," Huifang menjelaskan sambil mempersiapkan posisi bertarung, "saat para Dewa pertama kali melihat ancaman Para Pemangsa dalam penglihatan mereka, mereka juga melihat bagaimana makhluk-makhluk ini akan menciptakan vessel mereka sendiri—manusia yang mereka korbankan untuk menjadi jembatan invasion mereka."
"Dan vessel pertama itu..." Tianfeng menatap sosok ayahnya dengan horor.
"Harus selalu pemimpin dari klan terkuat," Zhao melengkapi, perlahan bangkit dengan tubuh gemetar. "Itulah kenapa para Dewa memilih klan Wei sebagai pembawa darah mereka. Untuk melindungi garis keturunan kaisar... tapi kita gagal."
Kaisar Wei—atau apa pun yang kini mengendalikan tubuhnya—membuka mulut. Suara yang keluar bukanlah suara manusia, melainkan gabungan dari ribuan bisikan yang membuat bulu kuduk meremang.
"Akhirnya," suara itu bergema, "setelah ribuan tahun, kami menemukan apa yang kami cari. Vessel sempurna yang membawa darah para Dewa."
Xialong melangkah maju, Tian Jian bersinar terang dalam genggamannya. "Apa yang kau inginkan?"
"Yang kami inginkan?" sosok itu tertawa, suaranya membuat kaca-kaca pagoda bergetar. "Kami menginginkan apa yang seharusnya menjadi milik kami sejak awal penciptaan—kekuatan murni para Dewa."
"Tapi para Dewa sudah tidak ada," Tianfeng mengangkat Huang Jin. "Mereka telah berevolusi."
"Tepat sekali," sosok itu menyeringai dengan wajah ayah mereka. "Dan itulah yang membuat kalian sempurna. Darah Dewa yang telah berevolusi dalam tubuh manusia... energi murni yang telah bertransformasi menjadi sesuatu yang bahkan lebih kuat. Dan kau, Wei Xialong... kau adalah puncak dari evolusi itu."
Mendadak, salah satu Pemangsa melesat ke arah mereka dengan kecepatan tidak masuk akal. Tapi sebelum siapapun bisa bereaksi, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Tato di tubuh Xialong berpendar, dan ketujuh Pedang Pendiri plus Mowen bergerak dengan sendirinya, menciptakan perisai energi yang menghentikan serangan itu.
"Menarik," sosok Kaisar Wei menelengkan kepala. "Kau bahkan bisa mengendalikan kedelapan pedang sekaligus. Tapi bagaimana dengan ini?"
Ia mengangkat tangannya, dan mendadak, seluruh Para Pemangsa bergerak serentak. Mereka tidak menyerang—melainkan mulai menyerap energi dari segala sesuatu di sekitar mereka. Tanaman-tanaman di sekitar pagoda mengering dalam hitungan detik, dan bahkan udara terasa semakin tipis.
"Mereka memakan energi kehidupan," Huifang menjelaskan cepat. "Dan jika tidak dihentikan, mereka akan menghabiskan seluruh energi di dimensi ini."
Tepat saat itu, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Tato di tubuh Xialong mulai bergerak lagi, tapi kali ini membentuk pola yang berbeda. Dan dari pola itu, muncul kenangan yang bukan miliknya—kenangan dari para leluhur Dewa yang mengalir dalam darahnya.
Ia melihat saat pertama Para Pemangsa muncul di dimensi para Dewa. Makhluk-makhluk itu awalnya adalah bagian dari keseimbangan alam semesta—predator alami yang memakan energi berlebih untuk menjaga harmoni. Tapi sesuatu mengubah mereka, membuat mereka tak terkendali, memaksa para Dewa untuk mencari cara bertahan hidup.
"Tunggu," Xialong mendadak memahami sesuatu. "Kalian... kalian juga berevolusi, kan? Sama seperti para Dewa."
Sosok Kaisar Wei terdiam sejenak. "Apa maksudmu?"
"Kalian tidak selalu seperti ini," Xialong melanjutkan, potongan-potongan puzzle mulai tersusun dalam benaknya. "Kalian dulunya adalah bagian dari keseimbangan, tapi sesuatu mengubah kalian... atau seseorang?"
Mendadak, aurora di langit berpendar lebih terang. Dari celah dimensi, muncul sosok baru yang membuat bahkan Para Pemangsa mundur ketakutan—sosok setinggi sepuluh meter dengan tubuh yang tampak terbuat dari kekosongan absolut.
"Pintar sekali, Vessel Muda," sosok itu berkata, suaranya terdengar seperti kehampaan itu sendiri. "Kau benar-benar mewarisi kebijaksanaan para Dewa."
"Siapa..." Xialong terhenti saat memori baru membanjiri benaknya. "Tidak mungkin... kau..."
"Ya," sosok itu menjawab. "Aku adalah yang Pertama—Dewa yang memilih untuk tidak berevolusi, yang memutuskan untuk menjadi satu dengan kekosongan."
Huifang terkesiap. "Ketua Dewan Dewa yang menghilang saat Pergolakan Besar..."
"Menghilang?" sosok itu tertawa, dan tawanya membuat realitas di sekitar mereka bergetar. "Tidak, aku tidak menghilang. Aku mencari kekuatan yang bahkan para Dewa tidak berani impikan. Dan aku menemukannya—dalam kekosongan absolut."
"Kau yang mengubah Para Pemangsa," Tianfeng menuduh. "Kau yang membuat mereka tak terkendali."
"Mengubah? Tidak, anak muda. Aku membebaskan mereka. Membebaskan mereka dari batasan-batasan yang dipaksakan Alam Semesta, sama seperti aku membebaskan diriku dari batasan-batasan keDewaan."
Mendadak, Kedelapan pedang beresonansi dalam nada yang aneh. Tian Jian berdengung paling keras, dan dari mata pedangnya, muncul proyeksi—kenangan terakhir dari para Dewa sebelum mereka memutuskan untuk berevolusi.
Dalam proyeksi itu, mereka melihat kebenaran yang mengejutkan. Dewa Pertama tidak hanya mengubah Para Pemangsa—ia berencana untuk menghapus seluruh eksistensi kehidupan, menciptakan kehampaan absolut di mana hanya dia yang akan exist sebagai kesadaran tunggal.
"Jadi ini..." Xialong menatap sosok raksasa itu, "ini alasan sebenarnya para Dewa memilih untuk berevolusi. Bukan hanya untuk bersembunyi dari Para Pemangsa... tapi untuk menciptakan bentuk kehidupan baru yang bisa melawan kehampaan absolut."
"Dan kau," sosok itu menunjuk Xialong, "adalah puncak dari rencana mereka. Vessel sempurna yang membawa tidak hanya darah Dewa, tapi juga kemampuan manusia untuk terus berevolusi. Potensi tak terbatas yang bahkan para Dewa tidak miliki."
Tepat saat itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Kedelapan pedang mulai berputar lebih cepat, menciptakan pusaran energi yang membuat langit dan bumi seolah menyatu. Tato di tubuh Xialong bersinar sangat terang, dan untuk pertama kalinya, ia bisa merasakan seluruh kekuatan yang mengalir dalam darahnya—bukan hanya kekuatan para Dewa, tapi juga kekuatan evolusi manusia.
"Tidak akan kubiarkan!" Dewa Pertama mengangkat tangannya, dan kehampaan absolut mulai menyebar dari tubuhnya, melahap segalanya dalam jalannya.
Tapi Xialong tidak gentar. Dengan ketenangan yang mengejutkan, ia mengangkat Tian Jian, dan ketujuh pedang lainnya bergerak dalam harmoni sempurna dengannya.
"Kau salah tentang satu hal," ia berkata, matanya kini memancarkan cahaya yang belum pernah dilihat siapapun—gabungan sempurna antara keDewaan dan kemanusiaan. "Kehampaan bukanlah jawaban. Kehidupan, dengan segala kekacauan dan ketidaksempurnaannya... itulah yang membuat alam semesta ini indah."
Pertarungan yang akan menentukan nasib seluruh dimensi akan segera dimulai. Di satu sisi, Dewa Pertama dengan kehampaan absolutnya. Di sisi lain, Wei Xialong—manifestasi sempurna dari evolusi para Dewa, membawa harapan tidak hanya untuk manusia, tapi untuk seluruh bentuk kehidupan.
Dan saat kedua kekuatan itu beradu, misteri terbesar akan terungkap—rahasia yang bahkan para Dewa tidak berani bisikkan, tentang asal-usul sejati alam semesta dan takdir yang telah menunggu sejak awal penciptaan.