Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5 : Anak Panah Cupid yang Terbalik
Besoknya, Soraya pergi bekerja. Begitu masuk gedung, ia sudah dihalangi oleh salah satu pegawai yang bekerja di sana. Namanya Jude. Soraya tahu namanya dari Dennis.
"Boss Hugh memintaku menjemputmu ke ruangan beliau sekarang," ucap Jude.
"Tuan Hugh memanggilku? Ada apa?" tanya Soraya sedikit polos.
"Entahlah. Aku hanya ditugaskan untuk menjemputmu ke ruangannya begitu kau datang."
Dengan tanda tanya besar di otaknya, Soraya mengikuti langkah Jude ke ruangan pribadinya Hugh. Dan sesampainya di sana, Soraya diminta masuk.
"Ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Soraya sopan dan hati-hati.
Hugh yang membelakangi Soraya sambil berdiri menghadap jendela Prancis besar sambil menghisap rokoknya, menjawab dengan suara lembut.
"Ada yang ingin ku bicarakan secara pribadi denganmu. Tapi sebelum itu, aku mau tanya. Apa kau sudah punya kekasih atau tunangan?"
*DEGH!*
Soraya kaget hebat. Serasa disambar petir. Kemarin sudah dilamar oleh Justin untuk menjadi istrinya. Tapi itupun agar Soraya tidak jadi siluman serigala. Dan sekarang, sang Boss bertanya tentang identitas dirinya sudah punya pacar atau tunangan.
"Apa jangan-jangan dia juga mau..." Soraya menebak-nebak dalam hatinya.
Namun lamunannya goyah karena panggilan Hugh, "Heh! Jangan lama-lama jawabnya! Aku cuman tanya, apa kau sudah punya pacar atau tunangan."
"Bagaimana aku menjawabnya? Bukan pacar atau tunangan. Ini malah calon suami. Itupun perlindungan dari kutukan," gumam Soraya dalam hatinya. Bergetar bingung.
"Telingamu masih tertinggal di rumah, ya?!" tegur Hugh, semakin tidak sabar menunggu jawabannya.
Soraya makin muak mendengar ucapan Boss barunya itu. Dalam hatinya ia berkata, "Ini Boss alpha yang cerewet sekali. Banyak nanya! Dan pertanyaannya yang begituan."
"Jawab sekarang, atau aku hukum kamu."
"Jangan, Tuan! Maafkan aku!"
"Kalau begitu jawab cepat! Jangan lama-lama! Apa harus ku tunggu 1 abad lagi untuk menunggu jawabanmu!"
"Bawel banget sih alpha ini!" Soraya mulai makin kesal dalam hatinya.
Namun mau-tidak mau, akhirnya Soraya terpaksa jujur. Ia menjawab dengan sedikit anggukkan kepala dan kata-kata, "Sudah. Dia...calon suamiku."
"Apa?! Calon suami?!" Hugh terkejut hebat sekarang. Dunia serasa runtuh baginya. Tak percaya atas apa yang ia dengar barusan.
Kembali ia bertanya, "Calon...suami? Kamu sudah punya calon suami?"
"Iya, Tuan," jawab Soraya pendek.
"Siapa calonnya?"
"Mmm...anu..."
"Sebut namanya."
Soraya menelan ludah. Dan ia pun menjawab mendengar Hugh memintanya menyebut nama itu dengan nada mengancam, "Pemimpin...White Fangs..."
"Alpha-nya White Fangs? Tunggu! Jangan bilang kalau...yang kamu maksud itu..."
"Iya, Tuan Hugh. Justin orangnya."
"Kamu bercanda, 'kan?"
"Aku serius, Tuan. Aku dilamar kemarin."
Hugh serasa patah hati. Ia duduk di kursi singgasananya. Mematikan rokok di asbak, dan berusaha tenang menghadapi semua ini, meskipun dadanya sesak karena sakit hati.
"Kamu kenal dia?" tanyanya baik-baik.
"Awalnya tidak. Tapi, hanya sering lihat dia di TV," jawab Soraya tenang juga, meskipun mau menangis. Kelihatan kedua matanya berkaca-kaca.
"Bagaimana kamu ketemu dia?"
"Dia..."
"Justin menggigit leher bagian kanannya, Boss," ucap suara pria yang familiar, tiba-tiba masuk ke ruangannya Hugh, Carson.
Melihat Carson, Hugh langsung berdiri tegak dan tegas. Kemudian bertanya tajam, "Kamu tahu darimana?"
"Justin sendiri yang memberitahuku lewat telepon di ponselku barusan. Justin menjelaskan semuanya padaku."
"Jelaskan kejadiannya dan kenapa dia yang dapat Soraya."
Carson menjelaskannya dengan detail panjang kali lebar. Setelah jelas semuanya, Hugh melirik Soraya kembali. Gadis itu mulai meneteskan air mata. Badannya serasa lemas seperti mau jatuh.
Perlahan Hugh mendekatinya dan bertanya, "Benar semua itu? Kau digigit oleh Justin?"
Tak ingin banyak bicara lagi, Soraya menjawab dengan anggukkan kepala saja. Sudah cukup bibirnya menjawab semua pertanyaan yang diajukan padanya, jika itu berhubungan dengan cinta. Terutama kalau membicarakan tentang Justin, walaupun sudah ada kesepakatan dengannya.
"Biar ku lihat lukamu," ucap Hugh tenang. Dan perlahan membuka kain jilbab bagian leher Soraya yang sebelah kanan.
Ada bekas gigitan taring di sana. Plester lukanya memang sudah Soraya buka saat bangun tidur tadi subuh. Hugh mengusap bekas luka gigitan itu. Benar-benar jadi terhubung dekat antara Soraya dan Justin sekarang ini.
"Jika terlihat atau nyata, maka menurutku, Dewa Cupid telah membalikkan anak panah cinta pada orang lain. Bukannya padaku," gumam Hugh. Tersenyum kecil, tapi senyum pertanda kecewa. Menahan rasa sakit hatinya.