Tiga sekolah besar dibangun pemerintah untuk menampung anak-anak yang memiliki talenta. Salah satu dari tiga sekolah itu, membuat sebuah kelas khusus untuk mereka yang mempunyai potensi terpendam dan dapat membantu negara, dan dengan berbagai cara mereka mencari dan memasukan anak-anak yang memiliki bakat khusus untuk masuk kesekolah mereka.
Seorang programer yang merahasiakan identitasnya, tiba-tiba didatangi tiga orang kepala sekolah ternama, agar bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, dia juga dimasukan ke kelas zero dengan kode name 'RAVEN', sebagai seorang programer dengan rekannya Mius, agar bisa dilatih menjadi agen rahasia pemerintahan.
Satu per satu identitasnya mulai bermunculan, bersamaan dengan kebenaran akan dirinya yang ada di sekolah itu.
.
.
.
.
semua itu terjadi di-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Night 2: Sekolah Baru
...
"Nama, Junian Arghantia, lahir, 1 juni 2075, jenis kelamin perempuan, hobi melamun, menghayal. Keahlian khusus, programer, manipulasi angka dan Hybrid, IQ 285..." Han Li Yan membacakan data pribadiku yang muncul di proyeksi itu
"Apa... IQ-nya lebih dari 200." mereka mulai bergumam tak karuan
Aku mengeluarkan ponselku dan memotret kearah Li Yan dan juga kearah orang yang mencabut rambutku dan kearah pintu kelas.
Suara dari jepretan kamera ponselku membuat Li Yan dan lainnya terkejut.
"Nama, Han Li Yan, lahir di Beijing, 15 Oktober 2046. Lahir dari keluarga miskin dengan 5 orang saudara, pergi dari rumah untuk merubah nasib dan bergabung dengan sekolah Harvard di usia 17 tahun.
IQ 187 dan pernah membunuh seseorang, dibebaskan karena tidak bersalah dan dianggap pembelaan diri. Benarkan, Tuan Pembunuh." ujarku sambil terus membaca yang ada di ponselku dan juga aku proyeksikan di dalam kelas dengan bantuan infocus
Han Li Yan terkejut, hanya dengan sebuah foto, aku dapat mengakses data pribadinya yang bahkan hal itu bersifat rahasia, orang yang bersamanya juga ikut terkejut saat melihat proyeksi di dinding kelas itu menampilkan fotonya dan juga data pribadinya juga.
"Tuan Edward, bisa anda masuk ke dalam juga." teriakku
Suara pintu terbuka sesaat setelah aku berteriak, sesosok pria besar dan bertubuh kokoh melangkah masuk ke kelas, semua yang ada di dalam di buat terkejut.
"Jadi, kenapa tiga raja dari tiga kerajaan datang mencari saya? Bukan sekedar untuk memilih masuk ke sekolah kalian kan! Han Li Yan, kepala sekolah Sky Heaven, Edward, kepala sekolah Army dan Julian Andrew, kepala sekolah Bright Hawk." tutur ku
"Kenapa kalian bisa mencari saya disekolah?"
"Kami ingin kamu menjadi anggota keluarga kami dan belajar di Sky Heaven, kami mulai tertarik dengan anda saat melihat game terbaru kamu 'Red Pupil's' jadi kami mencari tahu siapa kamu." ujar Han Li Yan
"Jadi kami berharap kamu mau menerimanya, tuan Raven, tidak, nona Arghantia." ujar Julian membenarkan ucapannya
"HAHAHAHA..." suara tertawaku melengking keras
"Karena aku tidak bisa hidup normal lagi, aku terima tawaran kalian." jawabku sambil melepas kacamataku
"Tapi data yang anda baca tadi belum akurat, tuan Han Li Yan" ujar ku sembari menguncir rambutku
Aku melepas softlens yang menutupi warna asli mataku, kacamata yang ku pakai juga sudah kusimpan.
Warna merah menyala menghias diiris mataku, warna rambutku juga langsung berubah dari hitam kusam jadi emas terang dengan beberapa helai rambut dengan warna yang berbeda.
Aku memotret diriku dengan penampilan asliku dan data diriku langsung ku proyeksikan didinding kelas, selagi mereka membaca aku sudah di pintu kelas.
[ Nama : Junian Arghantia
Tanggal Lahir : 1 Juni 2075
IQ : 500++
Hobby : Melamun, Mengkhayal, Mengamati Dunia
Innate : Programer, Manipulasi Angka, Hybrid, Perpustakaan Dunia ]
-dan beberapa data lainnya yang tidak bisa dibaca oleh alat yang digunakan Han Li Yan tadi.
Data pribadiku sangat mengejutkan seisi kelas saat melihat angka di IQ ku yang tak pernah terbayangkan oleh mereka dan beberapa keahlian khusus yang aku miliki, tak banyak yang mereka pahami apalagi tentang Hybrid dan juga perpustakaan dunia.
...*****...
Han Li Yan segera membawaku kembali kerumah dengan barang-barang yang dibutuhkan semuanya sudah dikemas.
Setelah mengambil barang-barangku, mereka membawaku menuju ke sebuah rumah yang ada di dekat Sky Heaven, bangunan itu adalah asrama khusus Sky Heaven, kurasa.
"Kamu akan tinggal dikamar ini, ini kunci kamar kamu, dan juga ini berkas pelajaran dan kelas kamu disini, besok jangan sampai telat masuk kelasnya." ujar Han Li Yan
"Oke." jawabku singkat
Aku segera membuka pintu kamarku dan meletakan semua barang-barangku di dalam, aku juga mengecek pintu-pintu yang ada di kamarku.
"Waw, ruangan ini benaran punyaku, Mius juga dibawa mereka kesini." ucapku saat masuk keruangan yang penuh dengan layar monitor dan beberapa perangkat CPU di dalamnya.
...***...
[Keesokan paginya.]
Seperti yang sudah dijadwalkan didalam agenda yang diberikan Han Li Yan ke diriku. Aku segera pergi dan menuju ke ruangan guru, menemui wali kelas baruku.
"Selamat pagi semuanya." sapa guru itu ke siswanya
"Pagi pak." jawab mereka
"Hari ini kita punya siswa baru, dia dari SMA 20, Nusa Indah, dan kepala sekolah yang membawanya." ujar guru itu
"Bisa kamu kenalkan dirimu."
"Perkenalkan, saya Junian Arghantia, panggil saja Jun." jawabku singkat
"Salam kenal semuanya." sambung ku dengan senyum ramah
"Baiklah, kamu bisa duduk dibangku yang disana." ujar guru itu
"Kita mulai pelajarannya." lanjutnya
Aku duduk dibangku yang guru itu tunjuk tadi, lalu mengeluarkan alat-alat tulis ku dan ikut belajar dengan yang lainnya.
Tiga jam pelajaran bapak itu akhirnya selesai, dan mulailah kegiatan yang paling ku benci, mereka mulai mengintrogasi ku dengan pertanyaan yang mengesalkan.
"Hai Jun, kenalkan, saya Audrey, boleh tanya sesuatu nggak, kamu siapanya kepala sekolah, apa kamu tinggal di asrama juga?" tanyanya
"Kepala sekolah? Oh, maksudnya Han Li Yan, aku nggak punya hubungan apa-apa dengannya, malahan mereka yang maksa aku masuk ke sini. Aku nggak tahu apa itu asrama atau bukan, yang jelas aku dibawa ke rumah besar dan langsung dikasih kunci kamar." jawabku
"Mereka itu siapa? warna rumahnya apa?"
"Han Li Yan, Edward, dan juga Julian Andrew, warna rumahnya mirip ke silver dengan beberapa kaca-kaca khusus, apa mungkin unik." jawabku singkat dan tenang
"APA..." teriak mereka yang mengelilingiku
"Kamu serius, tiga orang itu datang langsung ke kamu untuk sekolah disini?" tutur salah seorang dari mereka
"Iya, ada apa memangnya?" tanyaku penasaran
"Kamu itu siapa sebenarnya, kami tidak pernah dengar tiga kepala sekolah sekaligus mengincar satu murid, kalau bukan orang itu punya kedudukan tinggi."
"Jun, boleh lihat modul pelajaran kamu?" pinta Audrey
"Modul pelajaran, apa ini yang kamu maksud?" ujar ku
"Astaga." ujar Audrey dengan wajah yang seperti habis lihat hantu
"Ada apa sih." jawabku penasaran
"Kamu tahu tidak, kalau kamu punya dua kelas, pertama kelas ini dan yang kedua kelas zero, dan rumah yang kamu tempati itu tempat untuk anak-anak kelas zero, dan itu-"
"Tunggu sebentar." ujarku menghentikan ucapan Audrey dan mengambil ponselku yang bergetar
"Ada apa?" ujarku sambil melihat ponsel dengan sebuah animasi di layarnya
"Ada penyusup yang mendekati kamar."
"Aktifkan semua perangkap."
"Semua perangkap?"
"Iya, Mius."
"Baik master." jawabnya
Tidak beberapa lama setelah Mius mengaktifkan semua perangkap disana, seseorang dengan terburu-buru masuk ke kelas ku.
"Junian Arghantia." teriak pria itu memanggil namaku
"Eh, kepala sekolah." tutur semuanya
"Dimana nona Arghantia." ujar Han Li Yan saat dekat dengan bangkuku
"Kenapa bapak nanya Jun ada dimana, dia kan ada disini." ujar Audrey
"Kalian nggak ada bisa bedakan antara yang asli dengan hologram, apa." ujar Han Li Yan sambil mematikan alat hologram ku itu
"Maaf tuan Li, saya harus pergi, jika mau cari saya, saya ada di perpustakaan dunia, dan satu hal lagi, jangan bantu tuan Edward dan Julian untuk lepas, itu pelajaran buat mereka yang diam-diam masuk ke kamar saya, bye." ujarku dari pesan suara yang ku tinggalin
Han Li Yan hanya bisa mengusap kepalanya karena geram, sedangkan murid lainnya dibuat tercengang dengan kejadian yang ada didepan matanya dan hal itu bersifat legenda bagi mereka. Han Li Yan meninggalkan ruangan itu dengan alat hologram ku ditangannya.
......................