NovelToon NovelToon
Young & Free

Young & Free

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rucaramia

Sahabat itu cinta yang tertunda, kata Levin satu waktu berkata pada Dizza seolah konsep itu memang sudah dialami nyata oleh si pemuda. “Kau hanya perlu melihat dengan persepsi yang berbeda untuk menemukan cintamu.”
Sampai kemudian Dizza yang berpikir itu omong kosong mengalami sendiri kebenaran yang Levin katakan padanya. Dizza jatuh cinta pada Edzhar yang adalah sahabatnya.
"Memangnya boleh mencintai sahabat sendiri?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rucaramia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Efek Domino

Bunyi terompet nyaring menandakan perlombaan tersebut dimulai. Semua peserta yang beberapa saat lalu berdiri di garis start mulai berlari secepat yang mereka bisa menuju ke garis finish. Edzhar dan Levin menjadi dua orang yang berada di urutan terdepan dan berusaha saling mengalahkan. Mereka tiba di garis finish bersamaan dan mengambil gulungan kertas yang tersedia, membukanya dan kemudian membaca isi yang tertulis di gulungan kertas itu. Keduanya mulai memindai diantara para penonton yang berada di sisi lapangan. Lalu pandangan keduanya terhenti pada Dizza yang kebetulan berada di garis depan. Detik berikutnya setelah menemukan Dizza mereka berdua berlari ke arahnya dengan kecepatan penuh.

Dizza yang masih belum bangun dalam keterkejutan saat kedua pemuda itu sampai di depannya. Keduanya sama-sama mengulurkan tangan untuk diraih oleh gadis itu. Refleks Dizza yang kebingungan memilih mundur dan menjauhi kedua lelaki itu, tetapi salah satu darinya malah bergerak lebih gesti dan berhasil menangkap tangan Dizza dan menariknya dengan mudah. Dizza kini hanya bisa berlari sambil menatap punggung pria yang berada di hadapannya sekarang. Dia sungguh ingin bertanya tetapi dia tahu bahwa dia tidak akan mendapatkan jawaban kecuali kalau mereka sudah tiba di garis starat. Rasa penasarannya memenuhi lubuk hatinya terutama pada isi dari gulungan kertas yang Edzhar terima sehingga diantara semua orang lelaki itu memilih untuk membawanya.

Mereka berdua adalah peserta pertama yang tiba di garis start. Edzhar segera menyerahkan kertas pesannya pada panitia yang berjaga di garis start. Orang tersebut membaca isi pesan yang tertulis di kertas itu, lalu dia melirik pada Dizza.

“Oh, jadi dia ya?” kata orang itu sambil menyeringai.

Edzhar cuma menganggukan kepala.

Sementara panitia yang lain meniup peluit, menandakan jika perlombaan itu sudah mendapatkan pemenangnya. Levin tiba tepat saat peluit tersebut ditiup. Saat itu orang yang dia bawa bersamanya adalah Kimber.

“Kenapa jadinya kau malah menarikku?” tanya Kimber dengan napas tidak teratur lantaran dia tiba-tiba saja langsung ditarik tanpa aba-aba setelah Dizza diambil Edzhar. Levin tidak menjawab, dia hanya menyerahkan kertas pesannya pada Kimber sebagai jawaban.

“Teman masa kecil,” ujar Kimber membaca apa yang tertulis di kertas pesan Levin. “Oh …” Kimber menganggukan kepala tanda bahwa dia mengerti. Pantas saja orang pertama yang Levin incar adalah Dizza, karena Kimber memang tidak berteman dengan Levin sejak kecil. Lalu kemudian dia berputar ke arah Edzhar. “Kalau punyamu?” dia bertanya.

Edzhar melengos, tidak mau menjawab pertanyaan Kimber sama sekali. Dia mencoba menjauh tetapi langkahnya tertahan lantaran dia masih menggenggam tangan Dizza. Saat memandang wajah gadis itu, semburat merah muda menghiasi wajah tampannya.

“Edzhar?” Dizza menatapnya dengan wajah bingung.

Edzhar hanya meremas kertas pesan yang ada ditangannya. Dia jelas tampak sangat enggan untuk berbagi isi kertas yang dia miliki dengan siapapun. Apalagi menyerahkannya pada Dizza atau memberitahukan dengan jelas apa isinya.

Jantung Dizza berdebar cepat. Tidak sabar ingin tahu tulisan apa yang ada di dalam kertas itu.

Setelah semenit penuh mempertimbangkan apa yang akan dilakukannya. Akhirnya Edzhar melepaskan genggaman tangannya dari jemari Dizza, lalu menyerahkan kertas pesan tersebut kepada Dizza.

Wajah Dizza langsung memerah laksana tomat matang saat dia membaca tulisan di kertas pesan itu. Dia melirik Edzhar yang berusaha menatap ke arah lain selain padanya. Lalu kembali memandang pada kertas lecek di tangannya.

“Orang yang disukai.” Itulah kata yang tertulis di kertas milik Edzhar.

***

Suasana kampus masih sepi ketika Dizza melangkah menuju ke dalam gedung. Dia langsung menuju ke lokernya dan saat itulah dia mendapati ada secarik kertas yang tampaknya secara sengaja di selip di lokernya.

Kau tidak pantas untuk Edzhar! Jauhi dia dan tahu dirilah jalang!

Dizza membaca kertas tersebut dan mengernyitkan dahi sebelum akhirnya menggulung kertas tersebut dan membuangnya ke tempat sampah sambil mengomel. “Dia pikir ini telenovela apa? masih jaman ya, membuat surat kaleng begini untuk mengancam orang? Ck,” gumam Dizza sebal.

Dia tidak pernah tahu kalau acara yang digelar beberapa hari lalu akan menciptakan sesuatu seperti ini. Sejak Edzhar dikenal oleh banyak mahasiswi, tiba-tiba saja dia jadi seperti sang pangeran di kampus. Semua orang suka padanya dan tak jarang pula Edzhar jadi mendadak super sibuk menghindari keramaian. Dan karena acara kemarin pula, secara tidak langsung Edzhar mengklaim dirinya menyukai Dizza. Namun sebenernya yang terjadi adalah, sampai hari ini tidak ada obrolan apapun yang keluar dari mulut pria itu terkait apa yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Tidak ada penjelasan apa-apa yang membuat Dizza lebih memilih menyimpulkan suka yang dimaksud oleh lelaki itu bukan dalam hal romansa.

Lebih pada jawaban super aman.

Kejadian di loker sepatu adalah pembuka, sebab di kelas pun Dizza menemukan meja yang biasa dia tempati sudah penuh dengan tulisan berupa umpatan dan cacian.

“Benar-benar kekanakan,” gumam Dizza dan membiarkan meja miliknya tetap seperti itu. Dia merasa tidak punya tenaga untuk menghapus semua itu.

“Oy Dizza!” sapa Levin sambil menepuk bahunya, dari ekor mata pria itu Dizza yakin bahwa dia melihat apa yang tertulis di mejanya. “Apa itu?”

“Entahlah, kerjaan orang iseng,” sahut Dizza cuek.

“Siapa yang melakukannya?” tanya Levin lagi, jelas sekali kalau dia lebih terpecut emosinya ketimbang Dizza sendiri.

“Mana kutahu, sejak aku duduk disini sudah ada tulisannya. Bertanya pada yang lain pun percuma karena mereka pasti tidak akan bicara. Jadi biarkan sajalah tidak penting juga. Ini tidak mempengaruhiku,” jelas Dizza.

Meski Dizza memang merespon hal ini dengan santai tetapi diam-diam malah Levin yang tidak terima.

***

Dizza melangkah masuk ke dalam ruang dosen pembimbingnya. Setelah melakukan perbaikan sekali lagi Dizza malah disuruh menghadap, sudah jelas biasanya kalau sudah begini karena Dizza kembali gagal.

“Kau pikir ini lelucon?”

“Maaf, Pak?” sejujurnya Dizza benar-benar tidak paham alasan mengapa sang dosen tampak begitu kecut dan marah kepadanya padahal dia saja tidak tahu mengapa dirinya dipanggil ke ruangan orang itu. “Apa saya membuat kesalahan?”

“Mau pura-pura tidak tahu? kau pikir aku ini tidak memeriksa hasil kerja mahasiswaku sendiri lalu kau berpikir mau main-main dengan tugas perbaikanmu?” suara pria itu naik satu oktaf.

Dizza yang masih belum mengerti hanya bisa menatap sang dosen dengan tampang polos. “Saya sudah mengerjakan tugas saya, Pak. Apakah masih ada yang perlu diperbaiki?”

Tanpa berkata apa-apa, makalah yang ada ditangan pria itu disobek menjadi dua bagian. Lalu setelahnya di lempar hingga mengenai tubuh Dizza. Gesture tersebut tentunya tidak terduga, dan Dizza betul-betul sangat shock dengan sikap sang dosen padanya hari ini. Dia memang terkenal sebagai dosen killer, tetapi tidak pernah Dizza mengira bahwa dia akan mendapatkan pengalaman seperti ini di depannya.

Dizza secara refleks langsung memungut makalah tersebut dan kedua matanya tercengang lantaran isinya bukanlah makalah yang dia kerjakan. Itu lebih seperti sesuatu yang acak di cetak dan dikumpulkan menjadi makalah. Pantas saja dosennya semarah ini. Ada orang yang menukar tugasnya tanpa Dizza ketahui.

“Masih mau bela diri?”

“Ini bukan makalah saya.”

“Lalu siapa? Jelas-jelas ada namamu di depannya. Kau mau menyalahkan aku tidak becus memeriksa, begitu?”

“Ada seseorang yang menukar tugas saya, Pak. Saya akan segera membawakan makalah asli saya kepada Anda.”

“Persetan! Keluar dari ruanganku sekarang Dizza! Mahasiswi tak punya otak!”

Dizza mencengkram erat makalah yang telah disobek jadi dua bagian tersebut sembari berjanji dalam hati dia akan menemukan orang yang melakukan semua hal ini dan menyudahi kelakuan mereka.

1
Tara
there is no sich thing friends between man n woman..in the end they Will falling love eventually. or break up n never see each other again😱🤔
Love ..word that can cause happiness or sadness Depend situation. i hate that word n try to avoid happened to me 🫣🤔😱
Rucaramia: omg, sorry to hear that 🥹
that's right, there is no 'friendship' between woman and man.
don't hate to much about love, and i hope u find your love my dear ✨️
total 1 replies
Rubby
Kayaknya ini bakal jadi cerita yang ringan + gemesin deh, tumben kak Ruca pake POV cowo. Semangat terus ya kaaaaaa
Rucaramia: makasih banyak review-nya kak Rubby 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!