"Hanya satu tahun?" tanya Sean.
"Ya. Kurasa itu sudah cukup," jawab Nadia tersenyum tipis.
"Tapi, walaupun ini cuma pernikahan kontrak aku pengen kamu bersikap selayaknya istri buat aku dan aku akan bersikap selayaknya suami buat kamu," kata Sean memberikan kesepakatan membuat Nadia mengerutkan keningnya bingung.
"Maksud kamu?"
"Maksud aku, sebelum kontrak pernikahan ini berakhir kita harus menjalankan peran masing-masing dengan baik karena setidaknya setelah bercerai kita jadi tau gimana rasanya punya istri atau suami sesungguhnya. Mengerti, sayang!"
Loh, kok jadi kayak gini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Araya Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Sean
"Jadi kamu serius mau menikah?"
Padahal mereka baru saja akan memulai makan siang di sebuah restoran yang berada di lantai satu hotel tempat mereka menginap namun satu pertanyaan yang sebenarnya sudah diketahui jawabannya tetap dilayangkan oleh wanita paruh baya itu.
"Bukannya Papa sama Mama yang nyuruh aku buat cepat-cepat nikah?" ujar Sean menatap ayah dan ibunya bergantian. Saat mendengar putranya telah memilih pengantinnya, Antoni dan Indira tanpa basa-basi langsung datang ke Alatha.
"Iya benar," jawab Antoni dengan santainya. "Seharusnya Mama senang dong. Akhirnya putra kita setuju untuk menikah," lanjutnya sambil merangkul Indira sebentar sebelum tertawa kecil lalu menatap ke arah Sean yang juga tengah tersenyum.
"Iya, Mama bakalan seneng kalau Sean nikahnya sama Arumi," ujar Indira dengan nada kesal sambil melipat kedua tangannya di dada. Membuang muka tak ingin menatap wajah dua pria tampan di samping dan hadapannya.
Senyum Sean dan Antoni seketika luntur ketika Indira menyebut nama Arumi. Sean sampai menghela napas berat sebelum melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda tanpa mengatakan apa-apa lagi. Sebenarnya dia sudah tidak mood lagi untuk makan namun pria itu tetap berusaha menghabiskan makanannya.
"Kalau begitu, aku pamit ya. Ada pekerjaan yang harus aku urus dulu," kata Sean pada Papa dan Mamanya.
"Iya, hati-hati, Nak," timpal Antoni menepuk pundak putranya sementara Indira masih enggan untuk melihat Sean, bahkan sampai anaknya kini berlalu dari hadapannya wanita itu masih mempertahankan egonya.
Antoni memastikan jika Sean sudah pergi dari sana sebelum dia menoleh ke arah sang istri yang tampak masih sangat cantik meski usianya kini sudah memasuki kepala lima.
"Harus banget ya Mama bahas Arumi di depan Sean?" tanya Antoni. Meski sedikit kesal tapi pria itu tetap berusaha berkata lembut pada sang istri.
"Harus, Pa. Karna Mama pengennya Sean itu nikah sama Arumi bukan dengan wanita lain," kata Indira tidak mau kalah.
Antoni sampai menghela napas berat melihat betapa keras kepalanya sang istri jika sudah membahas tentang mantan pacar anaknya itu.
"Mama kayaknya udah lupa apa yang udah dilakuin Arumi ke Sean," sindir Antoni sembari mengaduk minumannya lalu meneguknya beberapa kali.
Indira seketika menoleh ke arah suaminya yang justru terlihat acuh dengan apa yang baru saja dia ucapkan.
"Arumi udah janji bakalan berubah, Pa. Gak ada salahnya kan kita kasih dia kesempatan kedua?" kata Indira.
Antoni sudah menduga jika istrinya pasti akan tetap membela Arumi. Sekalipun apa yang dilakukan Arumi itu sudah masuk perlakuan tak memaafkan. Entah kebaikan apa yang Indira lihat dari wanita itu sampai dia membelanya mati-matian seperti ini.
"Ya udah Mama coba ngomong kayak gitu sama Sean. Kalau memang Sean masih mau menerima Arumi setelah dia ketahuan selingkuh kayak gitu," kata Antoni tidak ingin ikut campur lagi sebab secara teknis dia berada di pihak putranya.
"Yah, Papa bantuin Mama dong bujuk Sean," kata Indira. Setelah tadi sempat merajuk, kini Indira bergelayut manja di lengan suaminya tanpa ada perasaan bersalah sedikit pun. Dasar wanita. Cepat sekali mood-nya berubah.
Namun Antoni juga punya pendirian. Dengan lembut dia melepaskan tangan sang istri dari lengannya sembari tersenyum manis yang terlihat dipaksakan.
"Maaf, Ma. Tapi kali ini pun Papa gak bisa bantuin Mama," ujar Antoni membuat air muka Indira berubah bingung bercampur kesal. "Karna Papa akan dukung Sean dengan pilihannya sendiri," lanjutnya tak peduli jika setelah ini mungkin akan terjadi perang dunia ketiga di dalam keluarganya.
"Ck! Papa selalu aja kayak gitu!" kata Indira menarik tasnya agak kasar lalu pergi dari sana dengan langkah kaki yang sengaja dihentak-hentakkan. Antoni hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang istri kemudian bertanya dalam hati, kenapa dia bisa tahan dengan wanita seperti itu selama ini ya?
Satu alasan yang pasti. Antoni sangat mencintai Indira bagaimana pun sikap wanita itu. Terbukti dari usia pernikahan mereka yang sudah hampir memasuki tahun yang ke tiga puluh.
Baiklah kembali soal anak-anak mereka. Sejak dulu Antoni memang tidak pernah mau ikut campur dengan urusan Sean apalagi jika itu menyangkut tentang pendamping hidup. Seperti pada pekerjaan, Antoni selalu percaya pada Sean. Baginya yang terpenting adalah kebahagiaan Sean, dengan siapapun itu dia tidak peduli.
Berbanding terbalik dengan Indira. Tak hanya pada Sean, bahkan pada Sanjana, kakak Sean wanita itu selalu saja ikut campur dalam segala hal. Namun Sanjana mampu mempertahankan prinsipnya yang tentu saja itu karena bantuan sang ayah yang selalu mendukungnya. Kini anak perempuannya itu sudah bahagia dengan keluarga kecilnya. Meski sang ibu masih terlihat tak ingin menerima.
Mungkin karena alasan ini juga Indira bersikeras agar Sean bersama Arumi sesuai keinginannya. Tidak berhasil melancarkan keinginannya pada Sanjana kini Sean yang menjadi sasaran.
"Semoga aja Sean bisa menghadapi keras kepala ibunya," gumam Antoni sebelum melanjutkan acara makannya. Dia akan membutuhkan banyak tenaga untuk membujuk Indira nanti.
***