Judul: KEBANGKITAN PENDEKAR ABADI
Deskripsi:
Ling Chen, seorang pemuda tangguh yang penuh dengan pengalaman pertempuran, terjebak dalam perjalanan menuju takdir yang lebih besar. Setelah terluka parah oleh makhluk tingkat Emperor Bintang 9 di Hutan Terlarang, ia menemukan dirinya berada di ambang kematian. Namun, sebuah kekuatan misterius, Sistem Dewa Alam, terhubung dengannya, membuka jalan baru yang penuh dengan peluang dan tantangan.
Dengan bimbingan sistem dan hadiah luar biasa yang diterimanya, Ling Chen bertekad untuk menguasai kekuatan baru, memperbaiki kesalahan masa lalunya, dan menaklukkan dunia yang dipenuhi makhluk-makhluk legendaris. Dalam perjalanan ini, ia tidak hanya harus melawan kekuatan besar dari luar, tetapi juga menghadapi ambisi dan kesombongannya sendiri yang perlahan ia ubah menjadi kebijaksanaan.
Akankah Ling Chen berhasil mencapai puncak kekuasaan dan membalas dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Axellio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 MENANG TELAK
Bab 12: Duel Antara Langit dan Bumi
Arena utama Gunung Pendekar dipenuhi oleh suara ribuan pasang mata yang menyaksikan duel antara Ling Chen dan Luo Min. Di satu sisi, Ling Chen berdiri dengan tenang, wajahnya datar dan tanpa ekspresi, sementara Luo Min sudah menghunus pedangnya dengan percaya diri, senyum sombong terukir di wajahnya. Murid-murid yang hadir memberikan dukungan mereka dengan sorakan keras, dan hanya beberapa yang tetap diam, menunggu dengan tegang.
Di antara kerumunan, Lian Zhen terlihat mengangkat alisnya, menatap Ling Chen dengan sinis. Dia merasa bahwa pertarungan ini sudah bisa dipastikan akan berakhir dengan kemenangan Luo Min.
Lian Zhen (dengan nada meremehkan): "Hmph, apa yang bisa dilakukan oleh orang dengan topi jerami dan pedang biasa? Jangan harap bisa mengalahkan Luo Min."
Sementara itu, Jin Feng yang masih terbaring akibat pertarungannya dengan Luo Min sebelumnya, kini bangkit dengan penuh semangat. Rasa sakit yang ia rasakan tampaknya tak menghalangi keinginannya untuk mendukung Ling Chen. Matanya tetap tertuju pada arena, dan bibirnya membisikkan kata-kata penuh keyakinan.
Jin Feng (dengan suara penuh semangat): "Ling Chen! Aku tahu kamu bisa! Tunjukkan pada mereka siapa yang lebih kuat!"
Luo Min, yang mendengar teriakan itu, hanya tertawa meremehkan. Mata pedangnya bersinar tajam, dan aura bintangnya mulai memancar. Seluruh arena terasa tertekan oleh kekuatan luar biasa yang dibawa oleh Luo Min, aura pedangnya yang dipenuhi dengan energi inti Bintang Lima.
Luo Min (dengan suara menggelegar): "Hahah, lihat saja! Tak ada yang bisa bertahan dengan kekuatanku! Aku akan membuatmu menyesal telah menantangku!"
Ling Chen hanya berdiri di tengah arena, tidak bergeming sedikit pun. Dia melipat kedua tangannya di dada, tetap tenang seolah-olah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Meskipun aura Luo Min sangat menekan, tidak ada satu pun tanda kegelisahan yang muncul di wajah Ling Chen. Kepercayaannya pada dirinya sendiri begitu besar.
Ling Chen (dalam hati): "Kekuatan fisik dan aura yang kuat tidak menjamin kemenangan. Kecepatan dan kecerdikan adalah kunci."
Mei Ling, yang berdiri di dekat arena, memperhatikan dengan seksama. Setiap gerakan Ling Chen sangat terukur, tenang, dan penuh perhitungan. Terkesan oleh cara Ling Chen bertarung, ia merasa ada sesuatu yang istimewa dalam dirinya. Mei Ling mulai merasa tertarik pada Ling Chen, dan dia bertekad untuk berbicara dengan pemuda itu setelah pertarungan ini berakhir.
Mei Ling (dalam hati): "Aku harus berbicara dengan dia... Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya."
Sementara itu, Luo Min sudah tidak sabar lagi. Dengan dorongan penuh amarah, ia melesat ke depan, pedangnya meluncur dengan kecepatan tinggi menuju Ling Chen. Pedang itu berkilauan seperti bintang yang jatuh dari langit, menyambar dengan cepat.
Namun, Ling Chen bergerak lebih cepat. Dalam sekejap, tubuhnya lenyap dalam kilat gerakan, menghindari serangan Luo Min dengan sangat mudah. Luo Min yang merasa diserang oleh kecepatannya sendiri, hanya bisa terkejut, matanya melebar.
Luo Min (berteriak marah): "Apa?! Kau menghindar?!"
Namun, Ling Chen hanya tersenyum tipis. Tanpa berkata apa-apa, dia kembali berdiri tenang, menunggu serangan berikutnya. Luo Min yang merasa terhina, mulai mengeluarkan seluruh kekuatannya. Dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, dan dengan satu ayunan yang luar biasa, menghancurkan udara di sekitar mereka, menciptakan gelombang tekanan yang sangat kuat. Aura bintang yang mengelilinginya semakin menebal, memberi tanda bahwa Luo Min sudah mengerahkan seluruh kemampuannya.
Luo Min (dengan suara membentak): "Kau mengira aku akan menyerah hanya karena sedikit gerakan cepatmu? Rasakan kekuatanku yang sesungguhnya!"
Arena seakan terhimpit oleh aura tersebut, dan para murid yang menyaksikan tak bisa mengabaikan tekanan yang datang dari kekuatan Luo Min. Bahkan Jin Feng yang baru saja pulih tampak terengah-engah merasakan dampak dari aura tersebut.
Jin Feng (terkejut): "Gila... Aura itu sangat kuat!"
Namun, meskipun aura Luo Min sangat menekan, Ling Chen tetap tenang. Dia bahkan tidak menggubris sedikit pun tekanan itu, seolah-olah itu bukan masalah besar. Para murid yang menonton semakin heran, tidak memahami bagaimana Ling Chen bisa begitu santai dalam menghadapi serangan sebesar itu.
Ling Chen (dalam hati): "Dia terlalu fokus pada kekuatan fisik... Aku akan mengakhirinya dengan cara yang berbeda."
Luo Min, yang merasa tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan bintangnya, tersenyum sombong. Dia menyerang lagi, kali ini lebih cepat dan lebih keras. Pedangnya berkelebat dengan cahaya bintang yang menyilaukan, mengarah langsung ke Ling Chen.
Ling Chen (dengan suara tenang): "Kau sudah selesai bicara?"
Luo Min (dengan tawa sinis): "Tentu! Ini adalah serangan terakhirku!"
Namun, seolah tak mendengarkan, Ling Chen mengangkat pedangnya, Pedang Langit Berbintang, yang kini bersinar terang. Ling Chen berdiri tegak dan dengan gerakan yang sangat cepat, tubuhnya mulai bersinar dengan cahaya biru keperakan. Dalam sekejap, Ling Chen melesat menuju Luo Min dengan kecepatan yang begitu tinggi, jauh melebihi yang bisa dibayangkan oleh Luo Min.
Ling Chen (dalam hati): "Kecepatan adalah segalanya."
Pedang Ling Chen melesat, menembus angkasa dengan kecepatan luar biasa. Serangan itu begitu cepat sehingga Luo Min tidak sempat menghindar. Tiba-tiba, Luo Min merasa ada sesuatu yang menghalangi pandangannya, dan sebelum dia sempat bereaksi, pedang Ling Chen sudah berada tepat di depan wajahnya.
Luo Min (terkejut): "Apa?!"
Namun, Ling Chen tetap bergerak cepat, memanfaatkan celah sekecil apapun. Luo Min mencoba menahan serangan, namun serangannya tidak sekuat yang dia kira. Serangan Ling Chen berhasil mengenai pedangnya, memaksa pedang Luo Min terlempar dari tangannya dan membuat Luo Min terpental ke belakang.
Mei Ling (terkejut, berbisik): "Tidak mungkin... Secepat itu?"
Lian Zhen yang semula meremehkan, kini mulai terdiam. Wajahnya mengeras, seakan-akan baru menyadari bahwa Ling Chen bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Ling Chen terus mengeluarkan serangan demi serangan dengan kecepatan luar biasa, membuat Luo Min semakin terdesak. Setiap gerakan Ling Chen sangat terukur dan sempurna, sementara Luo Min hanya bisa bertahan, mencoba menghindar dari serangan yang datang begitu cepat.
Luo Min (terengah-engah): "Ini... Tidak mungkin! Mengapa aku... tidak bisa mengalahkanmu?!"
Ling Chen (dengan senyum tipis): "Karena kamu terlalu fokus pada kekuatan fisik. Dalam pertarungan, kecepatan dan kecerdikanlah yang menentukan segalanya."
Akhirnya, dengan satu gerakan yang sangat cepat, Ling Chen melesat ke arah Luo Min dan dengan telak menghantamkan pedangnya ke tubuh Luo Min, membuatnya terjatuh ke tanah dengan keras. Seluruh arena terdiam, terkejut dengan kekalahan yang sangat mengejutkan.
Luo Min (terbaring di tanah, terengah-engah): "Ini... Tidak mungkin... Aku... kalah..."
Jin Feng (berteriak dengan penuh semangat): "Ling Chen! Kamu luar biasa!"
Mei Ling (dalam hati, terpesona): "Aku harus berbicara dengan dia... Sesuatu dalam dirinya berbeda..."
Ketika pertarungan itu berakhir, Ling Chen berdiri dengan tenang, pedangnya masih bersinar di tangan. Kepercayaan dirinya jelas terlihat, dan dia menghadap ke arah Luo Min yang terkapar di tanah. Para murid lainnya, yang sebelumnya ragu, kini terkejut dan mengagumi kekuatan Ling Chen.
Setelah suasana arena mereda, para murid baru mulai melanjutkan perjalanan mereka. Rasa lelah bercampur dengan rasa penasaran memenuhi hati mereka. Pertarungan antara Ling Chen dan Luo Min masih menjadi bahan pembicaraan hangat di sepanjang perjalanan. Beberapa murid terlihat bersemangat, sementara yang lain menyimpan rasa iri atau cemas tentang tantangan yang akan datang.
Tetua Han Mei berdiri di depan kelompok murid baru. Dengan langkah anggun, ia memimpin mereka menyusuri jalan berbatu yang berkelok-kelok, dikelilingi oleh pepohonan besar dengan daun hijau bercahaya. Angin sejuk yang membawa aroma dedaunan spiritual berhembus lembut, memberikan suasana yang tenang namun penuh energi spiritual.
Tetua Han Mei (tersenyum lembut): "Murid-murid baru, ingatlah baik-baik. Gunung Pendekar bukan hanya tempat tinggal. Ini adalah arena, sekolah, dan medan pertempuran kalian. Segala sesuatu di sini ada untuk menguji, melatih, dan menempa kalian menjadi yang terkuat."
Dia berhenti di sebuah jembatan gantung yang menghubungkan dua tebing. Di bawah jembatan, aliran sungai spiritual memancarkan cahaya biru yang menyilaukan. Semua murid terpesona, kecuali Ling Chen yang hanya memandang dengan datar.
Jin Feng (berbisik dengan kagum): "Lihat itu! Sungai ini... auranya sangat murni. Ini pasti sungai spiritual yang sering disebut dalam legenda."
Mei Ling (menoleh ke Ling Chen): "Apa kau tidak terkesan, Ling Chen? Sungai ini adalah simbol kekuatan Gunung Pendekar."
Ling Chen (tenang): "Hanya sungai. Kekuatan sejati tidak berasal dari lingkungan, tetapi dari dalam diri sendiri."
Jawaban sederhana itu membuat Mei Ling semakin penasaran. Dia mulai melihat Ling Chen sebagai seseorang yang berbeda dari murid lainnya—misterius, tenang, dan tampaknya menyimpan rahasia besar.
Setelah melewati jembatan, mereka tiba di area terbuka yang lebih besar. Di depan mereka, tiga kompleks bangunan berdiri megah di lereng gunung, masing-masing dihiasi dengan lambang berbeda.
Tetua Han Mei berhenti di depan mereka, memutar tubuhnya untuk menghadap kelompok murid baru.
Tetua Han Mei: "Gunung Pendekar terbagi menjadi tiga tingkatan murid: murid biasa, murid elit, dan murid khusus. Ini bukan sekadar tingkatan, tetapi juga mencerminkan kemampuan, dedikasi, dan tanggung jawab kalian. Izinkan aku menjelaskan lebih rinci."
Dia menunjuk ke arah bangunan besar di bagian bawah lereng gunung, yang terlihat lebih sederhana dibandingkan dua kompleks lainnya.
Tetua Han Mei: "Murid biasa adalah mayoritas di Gunung Pendekar. Kalian semua akan memulai di tingkatan ini. Tempat tinggal, sumber daya, dan pelatihan kalian akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Namun, jika kalian ingin lebih, kalian harus bekerja keras untuk membuktikan diri."
Dia kemudian menunjuk ke arah kompleks kedua, yang terletak lebih tinggi di lereng gunung. Bangunan di sana terlihat lebih megah, dengan aura spiritual yang terasa lebih kuat.
Tetua Han Mei: "Murid elit adalah mereka yang telah menunjukkan potensi besar. Hanya mereka yang berhasil menonjol dalam misi, turnamen, atau pelatihan yang dapat naik ke tingkat ini. Sebagai murid elit, kalian akan menerima sumber daya yang lebih baik, termasuk akses ke teknik tingkat menengah dan pelatihan langsung dari para tetua."
Semua murid tampak terpesona, membayangkan diri mereka menjadi bagian dari murid elit. Namun, ketika Tetua Han Mei menunjuk ke arah kompleks terakhir, yang terletak di puncak gunung, suasana menjadi sunyi. Bangunan di sana bersinar dengan cahaya emas yang lembut, seakan dikelilingi oleh aura sakral.
Tetua Han Mei: "Dan terakhir, murid khusus. Mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik, dipilih langsung oleh para tetua atau pemimpin sekte untuk menerima pelatihan pribadi. Menjadi murid khusus adalah kehormatan besar, tetapi juga tanggung jawab yang berat. Mereka tidak hanya memiliki akses ke teknik rahasia dan artefak langka, tetapi juga diharapkan untuk memimpin murid lainnya di masa depan."
Para murid terdiam, menyadari betapa tingginya standar untuk mencapai tingkatan tersebut.
Mei Ling (berbisik kepada Jin Feng): "Aku ingin menjadi murid elit, atau bahkan murid khusus. Tapi... aku merasa itu seperti mimpi yang terlalu jauh."
Jin Feng (tersenyum): "Tidak ada yang mustahil, Mei Ling. Lihat Ling Chen. Aku yakin dia akan sampai di tingkat itu lebih cepat daripada siapa pun."
Namun, Lian Zhen yang berjalan di belakang mereka hanya mendengus sinis.
Lian Zhen (dalam hati): "Hmph. Apa hebatnya dia? Dia hanya kebetulan menang di arena tadi. Aku akan menunjukkan bahwa aku lebih baik."
---
Kediaman Murid Biasa
Setelah berjalan beberapa waktu, mereka akhirnya tiba di area kediaman murid biasa. Bangunan kayu yang sederhana namun kokoh berjajar rapi, menghadap ke taman spiritual yang dipenuhi dengan bunga bercahaya. Di tengah taman, ada sebuah kolam kecil yang memancarkan aura yang menenangkan.
Tetua Han Mei: "Inilah tempat kalian akan tinggal untuk saat ini. Setiap kamar akan ditempati oleh dua murid. Gunakan waktu kalian dengan bijak untuk beristirahat dan menyesuaikan diri."
Para murid mulai mencari kamar mereka. Ling Chen akhirnya menemukan kamarnya di bagian ujung kompleks. Saat dia membuka pintu, dia melihat kamar itu cukup sederhana—dua ranjang kayu, sebuah meja, dan lemari kecil. Jin Feng, yang ternyata menjadi teman sekamarnya, masuk dengan penuh semangat.
Jin Feng: "Ling Chen! Kita sekamar! Aku merasa ini adalah awal dari persahabatan yang hebat."
Ling Chen hanya mengangguk sambil duduk di ranjangnya. Dia mengeluarkan Pedang Langit Berbintang dan mulai memeriksanya dengan tenang.
Jin Feng: "Kau benar-benar luar biasa, Ling Chen. Aku ingin belajar darimu. Mungkin aku bisa menjadi lebih kuat jika kita sering berlatih bersama."
Namun, sebelum Ling Chen bisa menjawab, pintu kamar mereka diketuk dengan lembut. Ling Chen berdiri dan membukanya, menemukan seorang wanita muda dengan jubah biru muda berdiri di depan.
Murid Senior: "Namaku Yan Shu, murid senior dari Gunung Pendekar."
Yan Shu (tersenyum sopan): "Aku ditugaskan oleh Ketua Han Mei untuk menyampaikan pesan ini. Beliau menunggumu di ruangannya sekarang. Jangan sampai membuat beliau menunggu terlalu lama, Ling Chen."
Jin Feng (masih tercengang): "Yan Shu? Aku pernah mendengar namanya. Dia salah satu murid elit terbaik di Gunung Pendekar!"
Yan Shu (tersenyum kecil kepada Jin Feng): "Aku hanya menjalankan tugasku sebagai murid elit. Ling Chen, Ketua Han Mei sangat jarang meminta untuk bertemu langsung dengan murid baru. Ini adalah kesempatan besar. Pastikan kau memanfaatkannya dengan baik."
Setelah meninggalkan salam, Yan Shu melangkah pergi dengan anggun, meninggalkan Ling Chen yang masih berdiri di depan pintu, memikirkan apa maksud panggilan tersebut.
Jin Feng (tercengang): "Ketua gunung?! Dia ingin bertemu denganmu?! Ini luar biasa, Ling Chen!"
Ling Chen hanya mengangguk dan menutup pintu.
Ling Chen (kepada Jin Feng): "Aku akan pergi sebentar. Kau istirahatlah."
Tanpa banyak bicara, Ling Chen meninggalkan kamar, melangkah menuju ruang utama Gunung Pendekar untuk memenuhi panggilan Tetua Han Mei. Di dalam pikirannya, dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya diinginkan oleh ketua gunung tersebut.