"Pocong Bintang Kos"
Budi, penghuni baru di Kos 13B, harus berbagi kamar dengan Pocong Hilarious, hantu kocak yang bercita-cita jadi bintang komedi. Namun, di balik tawa yang mereka ciptakan, ancaman makhluk gaib mulai mengintai. Saat kegelapan menyerang, bisakah tawa menjadi senjata untuk menyelamatkan semua penghuni kost
Kos 13B terlihat biasa saja, tapi siapa sangka, di dalamnya ada Pocong Hilarious—hantu konyol yang suka melucu. Ketika Budi pindah, hidupnya berubah drastis, dari tenang menjadi penuh tawa… dan horor.
Tawa yang diandalkan Pocong dan Budi justru menarik perhatian makhluk gaib yang lebih kuat. Penjaga Lama kos mulai menyerang, mengancam nyawa semua penghuni.
Bisakah tawa mengalahkan kegelapan?
Ikuti kisah kocak dan seram "Pocong Bintang Kos"!
Salam Hormat
(Deriz-Rezi)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deriz-Rezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Season 3, Episode 1: Kegelapan Baru
Mereka bertiga berdiri di depan kost tua yang kini terasa lebih menyeramkan dari sebelumnya. Lentera kecil di tangan masing-masing memancarkan cahaya redup, seolah-olah terancam oleh sesuatu yang tidak terlihat.
“Kenapa kita balik lagi ke sini?” keluh Budi, melirik pintu yang setengah terbuka. “Bukannya kita udah keluar dari tempat ini?”
Djigo menggeleng sambil memegang lentera kecilnya erat-erat. “Kita mungkin berhasil keluar dari ujian terakhir, tapi tempat ini sepertinya belum selesai dengan kita.”
“Cuma aku yang merasa kost ini lebih seram dari sebelumnya?” tambah Pocong sambil melihat ke jendela yang bergetar meski tak ada angin.
---
Jejak di Dalam
Begitu mereka melangkah masuk, udara dingin menyergap tubuh mereka. Ruangan utama kost tampak lebih besar dari sebelumnya, dengan dinding yang penuh coretan bercahaya seperti tulisan kuno.
Budi menyentuh salah satu coretan itu. “Apa ini? Tulisan alien?”
Djigo mendekat untuk memeriksanya. “Ini bukan alien. Sepertinya semacam mantra atau… tanda peringatan.”
Pocong memandang sekeliling dengan hati-hati. “Peringatan dari siapa? Dan untuk apa?”
Tiba-tiba, lentera mereka mulai berkedip, dan suara langkah kaki terdengar dari lantai atas. Mereka langsung saling pandang, takut tapi penasaran.
---
Pertemuan dengan Penghuni Baru
Ketiganya menaiki tangga dengan hati-hati, setiap anak tangga berderit di bawah kaki mereka. Di lantai atas, mereka melihat sebuah pintu yang terbuka sedikit, memperlihatkan cahaya merah samar dari dalamnya.
“Siapa pun yang ada di dalam, kita nggak datang buat berantem,” kata Budi dengan suara gemetar.
Djigo memegang pintu itu dan mendorongnya perlahan. Di dalam, mereka menemukan seorang pria tua dengan jubah hitam, duduk di kursi kayu yang besar. Pria itu memegang lentera besar, jauh lebih terang daripada milik mereka.
“Kalian akhirnya kembali,” katanya dengan suara dalam dan berat.
“Siapa kamu?” tanya Djigo, mencoba terlihat tenang meski jantungnya berdegup kencang.
Pria itu tersenyum tipis. “Aku adalah penjaga terakhir kost ini. Aku menunggu kalian untuk menyelesaikan apa yang telah kalian mulai.”
---
Peringatan dari Penjaga
Pria tua itu berdiri, dan lentera di tangannya bersinar lebih terang. “Tempat ini tidak seperti sebelumnya. Kegelapan telah mengambil alih, dan cahaya kalian adalah satu-satunya harapan.”
“Kegelapan? Maksudnya apa?” tanya Pocong, bingung.
“Dunia ini dihuni oleh Pemakan Cahaya,” jawab pria itu. “Makhluk-makhluk yang hidup dari energi lentera kalian. Jika kalian gagal mempertahankan cahaya itu, mereka akan menghancurkan kalian.”
“Jadi, kita harus menjaga lentera ini tetap menyala?” tanya Budi.
Penjaga itu mengangguk. “Bukan hanya itu. Kalian harus menemukan sumber cahaya sejati yang tersembunyi di dalam kost ini. Tanpa itu, kalian tidak akan bisa keluar hidup-hidup.”
---
Tanda Awal Serangan
Tiba-tiba, suara langkah kaki berat terdengar dari luar ruangan. Penjaga itu segera memadamkan lentera besar miliknya.
“Mereka sudah datang,” bisiknya.
“Siapa yang datang?” tanya Budi panik.
“Pemakan Cahaya,” jawab pria itu dengan nada dingin. “Berlindunglah, atau mereka akan mengambil semuanya dari kalian.”
---
Perjuangan Dimulai
Cahaya dari lentera kecil mereka mulai meredup. Dari kegelapan, muncul makhluk-makhluk menyeramkan dengan tubuh seperti bayangan yang melayang. Mata mereka bersinar merah, memandang langsung ke arah cahaya lentera.
“Kita harus keluar dari sini!” teriak Djigo.
Pocong mencoba melindungi lentera kecilnya sambil berlari ke arah tangga. “Cahaya ini seperti magnet buat mereka!”
Mereka bertiga melarikan diri ke lantai bawah, tetapi makhluk-makhluk itu semakin mendekat, mengeluarkan suara geraman rendah.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?!” tanya Budi.
Djigo melihat ke sekeliling, mencari tempat persembunyian. “Kita harus cari tempat untuk memperkuat cahaya ini. Kalau nggak, kita habis!”
Dengan lentera yang hampir padam, mereka bersembunyi di salah satu ruangan kecil di lantai bawah. Namun, makhluk-makhluk itu terus mendekat, dan waktu mereka semakin sedikit.
(Bersambung ke Episode 2)
JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE FAVORIT DAN HADIAH YAAAA 🩵 🩵 🩵
lanjutt kak