Siapa sangka takdir membawa Kevin harus terperangkap di pondok pesantren. Dirinya tidak bisa sebebas dulu, membuat Kevin frustasinya luar biasa. Namun siapa sangka, di sana ada sosok bidadari tak bersayap yang selalu membuat mata Kevin berseri-seri. Hari-harinya yang di pikir terasa suram di pondok pesantren, namun menjadi cerah. "Ustadzah, mau enggak jadi istri saya, nikah sama saya, kalau ustadzah nikah sama saya enggak bakalan nyesel deh. Saya ganteng, kaya lagi, saya anak tunggal loh... Keluarga Pradipta lagi." ucap Kevin dengan songong, matanya mengedip pada ustadzah galak yang mengajar di kelasnya. Nadzira -- sosok ustadzah itu mendelik pada santrinya itu. "Jangan ngimpi kamu. Type saya enggak modelan kayak kamu. Cepat kerjakan hukuman kamu, jangan banyak tingkah." Cetus Nadzira galak. Kevin tidak tersinggung, cowok itu malah tersenyum lebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 5
"aduh , mama kok masih enggak bisa ya Pa , biarin Kevin tinggal di pasantren . Kevin itu anak kita satu-satunya loh Pa . Masak Papa tega sih ? Mama kesepian kalau enggak ada Kevin ." Ucap Ningsih pada sang suami . Saat ini kedua nya sedang duduk di depan pondok pesantren . Tadi Kyai Mahmud ijin sebentar karena ingin menghadiri rapat sebentar . Dan Pradipta tidak mempermasalahkan nya sama sekali , dirinya akan menunggu anak nya terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah nya .
Tadi , Kyai Mahmud juga meminta keluarga Pradipta untuk beristirahat saja di rumah dalam pondok milik Kyai Mahmud , namun Pradipta menolak nya , kata nya dirinya ingin melihat-lihat lingkungan pondok pasantren dulu .
Kalau sudah begitu , Kyai Mahmud pasrah dan membiarkan saja Pradipta menikmati keindahan yang ada di pondok pasantren milik nya itu .
Dan Pradipta juga kagum, pondok pasantren itu sangat bersih , bangunan-bangunan nya tersusun rapih, terlebih banyak nya taman bunga di setiap sudut bangunan , membuat keindahan pondok itu semakin nyata .
"Pa , CK, Mama lagi ngomong loh ,kok malah di cuekin sih ?" Omel Ningsih pada suami nya itu , mata Pradipta malah melirik sekeliling nya yang tampak bersih , asri dan indah , sama sekali tidak menghiraukan gerutuan sang istri dan hal itu membuat Ningsih kesal bukan main .
Pradipta menghela nafas nya kasar . Dirinya dengar apa yang di katakan oleh istri nya , tapi pura-pura diam saja , karena tidak ingin membahas nya .
"Ma , Papa kan sudah memutuskan . Jadi Mama harus turuti ya keputusan dari Papa . " Ucap Pradipta lembut pada sang istri .
Ningsih mengerucutkan ujung bibir nya . Masih belum terima aja , kalau anak satu-satunya malah harus tinggal terpisah dan jauh dari dirinya .
"Papa ... Papa kenapa sih ? Mama itu enggak bisa loh jauh dari Kevin . "
"Ma , ini semua Papa lakukan demi kebaikan Kevin . Papa mau yang terbaik untuk anak kita Ma . Selama ini Kevin terlalu bercanda dalam semua hal . Mau sampai kapan dia tidak belajar dewasa ?
"Usia nya bukan muda lagi Ma . Kevin sudah berusia dua puluh satu tahun kalau Mama lupa ! Jadi stop buat manjain anak kita Ma . Kevin bakalan menikah , jadi sebelum itu , dia harus jadi dewasa dulu . Mama ngerti kan ? " Jelas Pradipta panjang lebar , apa yang dirinya lakukan itu bukan semata-mata keegoisan nya saja . Tapi itu demi kebaikan Kevin sendiri . Kevin harus belajar banyak . Dirinya tidak boleh bermain-main lagi . Selama ini Kevin terlalu banyak membuang-buang waktu nya untuk hal yang tidak penting . Bahkan sekolah saja , Kevin sudah tertinggal sampai tiga kali . Kasus-kasus di sekolah nya pun banyak, beruntung Pradipta pemilik sekolah itu, jadi mereka tidak berani mengeluarkan anak dari pemilik sekolah .
Kevin terlalu di manja , karena dirinya anak semata wayang. Bahkan tidak ada yang berani menghukum Kevin dan memarahi Kevin jika Kevin berbuat ulah .
Namun satu hal yang harus di ketahui , walaupun Kevin nakal dan tengil , tapi Kevin sangat menjauhi pergaulan bebas .
Balapan , rokok , minum-minuman , bernatem , itu sering . Tapi jika pergaulan bebas , Kevin sangat menjauhi nya .
"Emang Papa yakin , Kevin bakalan jadi dewasa di sini .?" Tanya Ningsih, dirinya masih mencari cara agar putra semata wayangnya itu tidak jadi masuk ke dalam pondok pasantren ini .
Pradipta menoleh ke arah sang istri, lalu tersenyum, tangan nya terulur menggenggam tangan wanita cantik yang menjadi istri nya itu . "Papa yakin Ma , karena Papa tau bagaimana pembelajaran di pondok pasantren ini . Dan tidak sembarang santri bisa keluar tanpa ijin dari Ustadz, maupun Ustadzah nya . " Sahut Pradipta .
Ningsih mendengus mendengar nya. Bukan nya diri nya tidak suka pasantren ya , tapi dirinya tidak rela jauh dari anak nya . Bedakan , dirinya gitu-gitu sedikit paham tentang agama . Ya walaupun tidak terlalu tau sih , dirinya banyak belajar dari sang suami .
"Papa tau kan gimana bandel nya Kevin . Mereka enggak bakalan betah ngadepin tingkah laku Kevin Pa . " Ucap Ningsih .
"Ma , sudah ya , Papa yakin mereka mampu . Mama udah dong , Kevin nya aja betah di sini . Masa Mama sewot terus sih ?"
Ningsih berdecak mendengar nya . "Tau apa Papa , kalau Kevin betah di sini ? Emang nya Papa ada tanya sama Kevin nya ?"
Pradipta menghela nafas nya kasar , dirinya harus mencoba sabar menghadapi sifat istri nya yang seperti saat sekarang ini . "Ma , buktinya aja , Kevin lama banget muter-muter pondok pasantren nya. ,itu berarti dia betah kan Ma ? Dia mungkin sekarang lagi kenalan sama temen-temen baru nya . Papa enggak bayangin tahun depan Kevin udah kembali ke rumah , terus jadi pribadi yang baik dan sopan ." Ucap Pradipta .
"CK, Mama enggak mau tau ya Pa , pokok nya Papa harus tanya sama Kevin dulu, dia mau apa enggak masuk ke pasantren . Mama enggak mau kalau Papa terus-menerus maksa Kevin buat tinggal di pasantren . Anak kita jadi gila ,isssss . Jangan sampe !!! Jangan sampe !!! Aku enggak mau kalau sampai terjadi sesuatu sama anak aku. " Ningsih sudah bertingkah lebay , dan hal itu membuat Pradipta hanya memutar bola mata nya jengah , melihat tingkah absurd sang istri .
Jangan salahkan Kevin , jika memiliki sifat tengil dan lebay , itu pasti turunan dari Mama nya itu .
"Iya deh Ma , kita lihat aja nanti , Kevin nya mau enggak masuk ke pondok pesantren . " Cetus Pradipta .
Ningsih sudah tersenyum sumringah , kali ini dirinya tidak akan gagal, anak nya pasti senang jika dirinya berhasil membujuk Pradipta .
"Papa serius ya ? Pokoknya jangan maksa Kevin lagi loh . Kalau nanti dia minta pulang , Papa harus turuti . "
Pradipta mengangguk singkat saja , dirinya malas berdebat dengan istri cantik nya itu. Tapi entah mengapa di dalam hati nya , kalau Kevin pasti akan mau tinggal di pondok pasantren ini .
Ningsih sudah bersorak-sorai senang , sudah mengirim kan pesan pada Kevin , dan meminta Kevin segera datang di depan pondok pesantren .
Kevin yang masih berbincang dengan Rahul , langsung menuju tempat yang di sebutkan oleh sang Mama . Dirinya juga ingin mengatakan sesuatu pada Mama dan Papa nya .
Dan barang-barang dirinya masih di dalam bagasi mobil milik Papa nya.
"Gue mau masuk kamar yang adem pokok nya , yang ada AC nya. " Ucap Kevin pada Rahul .
Rahul menepuk jidat nya . "Enggak ada Vin , semua kamar di sini sama , cuman mentok ada kipas angin doang. "
Kevin berdecak mendengar nya , ingin protes lagi,. Tapi mengingat wajah cantik bidadari tadi , dirinya berhenti protes .
"Oke. Tapi pokok nya gue harus masuk ke kelas Ustadzah tadi . " Ucap Kevin .
Rahul menghela nafas nya kasar . "Setiap kelas pasti Ustadzah Zira masuk kok " sahut Rahul membuat Kevin tersenyum sumringah.
Tidak lama dirinya dan Rahul sampai di tempat ke dua orang tua nya .
Ningsih sudah menyambut nya dengan senyuman nya . "Sayang ... Mama udah berhasil--"
"Ma , Pa, Kevin mau masuk pondok pesantren . Masuk nya sekarang ya Pa , Ma . Barang-barang Kevin juga ada di bagasi kan ?"
Toeng
Ningsih ternganga mendengar nya , sedangkan Pradipta sudah tersenyum bahagia .
Bukan kah sudah Pradipta katakan , jika anak nya pasti akan mau masuk ke dalam pondok pasantren ....