WARNING *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA⚠️ ⚠️
Emile adalah seorang mahasiswi yang terpaksa harus menyudahi kuliahnya karena alasan ekonomi dan juga adik kesayangannya yang tengah sakit. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan membiayai pengobatan adiknya yang tak ramah di kantong. Dalam pertemuan yang tak di sengaja dengan bosnya di sebuah bar membuat hidupnya berubah drastis. Ia terjebak dalam sebuah perjanjian kontrak dengan Harry Andreson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Pagi Hari
Sudah seminggu lamanya Emile dan Harry tinggal bersama di mansion. Seperti dalam perjanjian, mereka tidur pisah ranjang. Yah sejatinya orang yang nikah paksa, setiap harinya tidak pernah ada komunikasi antara Emile dan Harry. Bahkan art nya pun benar-benar bingung dengan sikap kedua pasangan suami istri tersebut.
Seperti pagi ini, Emile turun dari kamarnya menuju dapur. ia menyapa Diah, seorang art yang berusia sekitar 40 tahunan. Bertepatan dengan itu, Harry juga tengah menuruni tangga sambil memegang dasinya. entah kenapa, yang biasanya ia menyelonong begitu saja, justru sekarang ia duduk bergabung di meja makan.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Harry dengan datarnya.
"Aku punya mata, kecuali aku buta." jawab Emile ketus.
Mendengar jawaban ketus dari Emile, membuat Harry berdecak dengan kesal saja. Makanan pun kini tersaji di meja makan. Baru satu suapan, Emile dan Diah di buat terkejut karena tiba-tiba saja Harry menyemburkan makanannya dan langsung berlari ke wastafel.
Kedua wanita itu hanya saling tatap saja. Emile menghampiri Harry karena merasa aneh dengan sikap pria itu. ia menyentuh bahu Harry denga telunjuknya dengan sedikit takut.
"Kau tidak papa?" tanya Emile.
"Apa menurutmu aku baik-baik saja. Sebenarnya apa yang kau masak, apa kau mau meracuniku?" kata Harry pada Diah.
"Maaf tuan, saya sudah mencicipinya dan semua makanan itu enak dan saya jamin sehat." kata Diah.
"Jika memang benar, kenapa aku sampai memuntahkannya? jika kau sudah tidak mau bekerja denganku, lebih baik kau pergi saja." kata Harry
"Harry! Kau ini apa-apaan? sudah mbak, bersihkan saja itu , jangan dengarkan dia." kata Emile.
"Lagian biasanya kau tidak ikut makan di rumah, lantas kenapa sekarang tiba-tiba ikut makan, membuat kekacauan lagi. Jika kau tidak suka makanannya, kau bisa katakan pada mbak Diah, apa yang kau ingin. Benar-benar kau sangat tidak bisa menghargai orang lain." kata Emile
"Aku tidak suka bau bawang putih, puas kau!!" kata Harry dengan menekankan kata-katanya.
"Lalu, kau harus begitu pada mbak Diah? Kau kan bisa membicarakannya baik-baik." kata Emile dengan kesalnya
"Diamlah! Kau itu berisik sekali!" bentak Harry membuat Emile hanya menatapnya dengan sinis
"Ini juga, dasi sialan!!!" gerutu Harry dengan membuang dasi yang ia pegang.
Emile hanya menatap Harry dengan tatapan datarnya saja sambil mengambil dasi yang sudah ada di lantai. Ia menarik kerah baju Harry dengan kasarnya agar pria itu sedikit menunduk.
"Kau ini apa hah!!!" kata Harry ketika Emile melakukan itu.
"Diam dan menurut lah." kata Emile yang kemudian mengalungkan dasi ke leher Harry.
Seketika Harry hanya terdiam saja melihat apa yang di lakukan oleh Emile. Wanita itu fokus dengan membuat dasi, sementara tatapan Harry hanya terfokus pada wajah Emile yang nampak serius. wajah teduh dan menenangkan itu untuk sesaat menghipnotis Harry.
Emile yang sudah selesai membuat dasi pun seketika sadar akan tatapan Harry. Kini tatapan mereka pun bertemu untuk sesaat. Tanpa di duga Harry, justru Emile melakukan hal di luar dugaannya lagi. Wanita itu malah mendorong wajah menggunakan tangan mungilnya yang membuat Harry terkejut dan tidak bisa menyeimbangkan tubuh.
Alhasil, ia pun terjatuh yang membuat Emile terkejut begitupun juga dengan Diah. Dengan sigap Emile langsung menghampiri Harry dan terlihat khawatir. Ia tidak menyangka jika barusan yang ia lakukan ke Harry membuat pria itu malah terjatuh.
"Kau ini sengaja ya?" kata Harry dengan kesalnya.
"Tidak, tidak. Aku benar-benar tidak tau kalau kau akan jatuh seperti ini. maafkan aku, berdirilah." kata Emile dengan mengulurkan tangannya pada Harry.
Harry pun menerima uluran tangan Emile. Namun bukannya malah berdiri, justru Emile malah ikut terjatuh dan menimpa tubuh Harry. Diah yang menyaksikan kejadian itu pun entah harus tertawa atau bagaimana.
"Kau sengaja ya!!" bentak Emile dengan kesalnya.
"Jaga bicaramu! Untuk apa aku sengaja melakukannya padamu? Agar kita bisa sedekat ini begitu? Cih. Bangun, kau sangat berat. Aku hampir mati tidak bisa bernafas." kata Harry membuat Emile tersadar
Dengan segera Emile pun memukuli Harry dengan kesal. Ia menatap nyalang ke arah Harry, sementara pria itu hanya mengeluarkan seulas senyumnya saja yang membuat Emile semakin bertambah kesal.
"Mbak, aku naik dulu ya. Aku sudah tidak nyaman berada dekat dengan pria menyebalkan itu." kata Emile dengan berlalu pergi sambil menatap Harry sinis.
"Apa katamu?!! aku menyebalkan?" kata Harry menimpali
"Syukurlah jika kau sadar. Entah apalah itu, jangan sampai kau meniru ayahmu, nak." ucap Emile dengan mengelus perutnya.
"Hei!!!! Kau benar-benar kurang ajar sekali denganku. sekarang kau mulai berani ya?" kata Harry dengan kesalnya.
Emile hanya menjulurkan lidahnya saja ke arah Harry dan langsung berlari kecil menaiki tangga. Diah hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah kedua pasangan suami istri tersebut.
"Nona, hati-hati jangan lari-lari." teriak Diah pada Emile.
"Kau juga! jika kerjamu tidak becus lagi, aku tidak segan untuk memecat mu." kata Harry yang memutuskan untuk langsung berangkat ke kantornya
Ia berbalik arah seketika mengingat sesuatu. Ia berlari menuju kamarnya dan mengambil ponselnya. Ia juga langsung ke kamar Emile tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu untuk memberitahu maksudnya.
Emile yang saat itu sedang berganti baju pun langsung menutupi tubuhnya yang setengah telanjang. Harry yang melihat pemandangan itu pun hanya berwajah datar saja seperti tidak melihat apapun. Sementara Emile, ia sudah merasa sangat malu karena Harry melihat asetnya.
"Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" kata Emile dengan kesalnya
"Nanti malam jam 8 temui aku di club biasanya. Pakai apapun yang menurutmu pantas, jangan seperti gembel dan membuatku malu." kata Harry yang langsung melengos pergi.
"Apa katanya? Gembel? Membuat dia malu? Apakah memang cara bicaranya sekasar itu? Ya Tuhan, bisa-bisa aku mati muda kalau seperti ini terus. Dia selalu berbicara semau dia tanpa alat penyaring." ucap Emile dengan mengelus dadanya.
Emile tidak terlalu menggubris perkataan Harry, ia lebih memilih membersihkan dirinya dengan mengguyur seluruh badannya di bawah air hangat. Kepalanya terasa begitu berat memikirkan semua hal. Ia masih terlalu takut untuk melangkah lebih jauh lagi. Rasanya, ia seperti ingin terus menetap di satu kondisi dan mencegah semua yang akan terjadi kedepannya.
Ia mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit. Senyum kecil pun terbit di bibirnya. Rasa sepi yang selama ini ia rasakan akan perlahan-lahan sirna karena kehadiran malaikat kecil di hidupnya. Tak pernah ia sangka dan tak pernah di duga semua akan terjadi begitu saja.