Cerita ini kelanjutan dari novel "Mencari kasih sayang"
Pernikahan adalah ibadah terpanjang karena dilakukan seumur hidup. Pernikahan juga disebut sebagai penyempurnaan separuh agama.
Dua insan yang telah di satukan dalam ikatan pernikahan, tapi kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Hari memiliki rahasia yang dapat menghancurkan kepercayaan Resa. Apakah dia dapat bertahan?
Resa menemukan kebenaran tentang Hari yang telah menyembunyikan kebenaran tentang status nya. Resa merasa dikhianati dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah dia harus memaafkan Hari atau meninggalkannya?
Apakah cinta Resa dan Hari dapat bertahan di tengah konflik dan kebohongan? Apakah Resa dapat memaafkan Hari dan melanjutkan pernikahan mereka?
Apakah mereka akan menemukan kebahagiaan atau akan terpisah oleh kebohongan dan konfliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 Positif
Ibu Tika yang merasakan perasaan khawatir yang sama, menyarankan Hari untuk membawa Resa ke dokter. "Hari, kamu harus membawa Resa ke dokter. Kondisinya tidak membaik, dan mamah khawatir kalau ada sesuatu yang lebih serius," kata ibu Tika dengan nada yang khawatir.
Hari mengangguk setuju. "Iya,Mah. Aku juga sudah memikirkan hal itu. Aku akan membawa Resa ke dokter sekarang juga," jawab Hari dengan tegas.
Ibu Tika mengangguk. "Itu yang terbaik, Hari. mamah akan membantu menjaga Humaira dan Haji Surya sementara kamu membawa Resa ke dokter," kata ibu Tika dengan senyum.
Satu jam kemudian Hari membawa Resa ke dokter terdekat. Dengan lemas, Resa di bawa oleh Hari masuk ke ruangan pemeriksaan setelah menunggu antrian yang, Alhamdulillah, tidak begitu panjang.
Dokter mempersilahkan mereka duduk dan bertanya, "Keluhan apa yang Anda rasakan,?" Dokter menatap Resa dengan sorot mata yang penuh perhatian.
Resa berusaha menjawab, tapi suaranya terlalu lemah. Hari pun membantu menjelaskan, "Dokter, istri saya ini Demam tinggi, lelah, dan tidak nafsu makan belakang ini."
Dokter mengangguk dan memulai pemeriksaan. "Baik, saya akan memeriksa Anda lebih lanjut. Tolong,di buka bajunya dan berbaring di tempat tidur pemeriksaan."
Resa berusaha membuka baju dan berbaring di tempat tidur pemeriksaan, tapi tubuhnya terlalu lemah. Hari pun membantu istrinya, memapahnya ke tempat tidur pemeriksaan.
Dokter memulai pemeriksaan, memeriksa suhu tubuh Resa, denyut nadi, dan tekanan darah. Setelah itu, dokter meminta Resa untuk membuka mulut dan memeriksa tenggorokannya.
Dokter memandang Hari dengan serius, "Setelah memeriksa tekanan perut Resa, saya memiliki perkiraan bahwa istri Anda sedang hamil. Namun, untuk memastikan, kita perlu melakukan tes urine dulu ya."
Hari terkejut mendengar perkiraan dokter. Dia tidak menyangka bahwa Resa sedang hamil. "Benar, dokter? Apakah memang sudah pasti?" tanya Hari dengan penasaran.
Dokter mengangguk, "Ya. Tapi seperti yang saya katakan, kita perlu melakukan tes urine untuk memastikan. Jika hasil tes urine positif, maka kita dapat memastikan bahwa Resa sedang hamil."
Hari merasa gembira dan khawatir pada saat yang sama. Dia gembira karena akan menjadi ayah, tapi khawatir tentang kesehatan Resa dan janinnya. "Baik, dokter. Saya akan membantu Resa melakukan tes urine," kata Hari dengan serius.
Dokter mengangguk dan memberikan instruksi lebih lanjut tentang cara melakukan tes urine. Hari kemudian membantu Resa melakukan tes urine, dan mereka menunggu hasilnya dengan penasaran.
Setelah melakukan tes urine, Hari dan Resa menunggu hasilnya dengan penasaran. Dokter kemudian memanggil mereka kembali ke ruangan pemeriksaan untuk memberikan hasil tes.
"Baik, hasil tes urine sudah keluar," kata dokter dengan senyum. "Dan hasilnya adalah... positif!"
"Selamat, Anda berdua! Anda akan menjadi orang tua!" kata dokter
Hari gembira dengan kabar kehamilan istrinya, namun tidak dengan Resa. Dia tidak menunjukkan raut bahagia atau pun sedih dari wajahnya.Resa merasa bingung, tidak tahu harus mengekspresikan perasaannya saat itu bagaimana.
Hari memutuskan untuk tidak memaksa Resa untuk berbicara. Dia hanya memeluk istrinya dengan erat, berharap bahwa Resa akan merasa lebih nyaman dan aman.
"Pemeriksaannya sudah selesai . Saya akan memberikan obat untuk mengurangi demam dan mengobati infeksi. Tapi saya sarankan atur jadwal ke dokter kandungan/bidan terdekat untuk memastikan kehamilan istrinya," kata dokter.
Hari mengangguk, "Baik, dokter. Kami akan melakukan seperti yang Anda sarankan."
Setelah itu, dokter memberikan resep obat dan meminta Resa untuk ke rumah sakit jika kondisinya tidak membaik dalam beberapa waktu kemudian.
Hari membantu Resa keluar dari ruangan pemeriksaan dan membawanya kembali ke rumah. Di dalam mobil, Resa terus tertidur, tubuhnya masih terlalu lemah untuk berbicara. Hari memandang istrinya dengan khawatir, berharap bahwa obat yang diberikan dokter dapat membantu Resa sembuh lebih cepat.
Tapi dia teringat pesan dokter untuk memeriksa kembali istri nya pada bidan untuk memastikan kehamilan istrinya. Hari memutuskan untuk membelokan kendaraan ke tempat bidan terdekat untuk memastikan kehamilan Resa.
"Ai,kita ke bidan dulu untuk memeriksa kehamilanmu," kata Hari dengan lembut, berharap bahwa Resa akan terbangun dan mendengar apa yang dia katakan.
Resa tidak menjawab, tapi Hari bisa melihat bahwa dia sedang terbangun.
Setelah beberapa menit, Hari tiba di tempat bidan terdekat. Dia membantu Resa keluar dari mobil dan membawanya ke dalam ruangan bidan. Bidan yang ramah dan profesional menyambut mereka dan meminta Resa untuk berbaring di tempat tidur pemeriksaan.
Hari memandang Resa dengan khawatir, berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia memegang tangan Resa dan menunggu hasil pemeriksaan bidan.
Bidan itu kemudian memulai pemeriksaan, memeriksa tekanan darah, denyut nadi, dan melakukan pemeriksaan lainnya. Setelah beberapa menit, bidan itu tersenyum dan menjawab, " Dari hasil pemeriksaan,Kandungannya menginjak 8 minggu. Dan terlihat baik-baik saja."
Hari merasa lega dan gembira mendengar kabar itu.Kemudian Dia memperlihatkan obat yang diresepkan dokter kepada bidan. Bidan memeriksa obat tersebut dengan teliti dan kemudian menyarankan, "Sebenarnya, obat ini tidak bahaya, tapi saya memiliki rekomendasi obat yang lebih tepat dan aman untuk ibu hamil seperti Ibu Resa."
Bidan itu menjelaskan dengan sabar, "Obat yang diresepkan dokter ini memiliki efek sampingan yang mungkin tidak baik untuk janin. Saya memiliki rekomendasi obat yang lebih alami dan aman untuk ibu hamil, yang dapat membantu mengurangi gejala mual dan lelah yang dialami Ibu Resa."
Kemudian memberikan resep obat yang direkomendasikan kepada Hari. Hari menerima resep tersebut dan berterima kasih kepada bidan atas bantuannya.
Hari kemudian membawa Resa pulang.Setelah tiba di rumah, Hari membantu istri nya untuk berbaring di tempat tidur. Dia kemudian memberikan obat yang direkomendasikan bidan kepada Resa dan memastikan bahwa istrinya minum obat tersebut dengan benar.
Dia duduk di samping Resa dan memegang tangannya. "Ai, aku tahu kamu sedang merasa tidak enak. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini untuk mendukung kamu. Kita akan melalui ini bersama-sama," kata Hari dengan lembut.
Resa tidak menjawab, tapi dia memandang suaminya dengan mata yang sedih. Hari bisa melihat bahwa dia sedang berusaha untuk menahan air matanya.Dia memeluknya dengan erat dan membiarkannya menangis, karena dia tahu bahwa itu adalah cara Resa untuk melepaskan perasaannya.
Setelah di rasa tenang,Hari menawarkan untuk makan terlebih dulu agar bisa segera minum obat, namun Resa menggeleng. "Aku tidak mau makan,A. Beberapa hari ini selalu mual ketika melihat nasi. Perutku enek dan aku tidak bisa makan apa-apa," kata Resa dengan lemah.
Hari memandang Resa dengan khawatir. "Baik, Aa ambilkan sesuatu yang ringan. Mungkin kamu bisa makan buah atau roti?" tanya Hari dengan lembut.Namun Resa menggeleng lagi.
Hari memutuskan untuk tidak memaksa Resa untuk makan. "Aku akan membuatkan kamu teh hangat,Ai. Mungkin itu bisa membantu kamu merasa lebih baik," kata Hari dengan lembut.
Resa mengangguk lemah dan Hari segera membuatkan teh hangat untuk istrinya. Dia berharap bahwa teh hangat itu bisa membantu Resa merasa lebih baik dan mengurangi rasa mual yang dia rasakan.
"Kamu mau sesuatu?" tawar Hari setelah memberikan teh hangat kepada Resa.
Resa terlihat memikirkan sesuatu, menimang-nimang keinginannya. Akhirnya, dia meminta, "Bubur kacang hijau... pake roti."
Hari mengernyit, tidak terlalu yakin dengan pilihan Resa. Tapi, dia tidak ingin mengecewakan istrinya, apalagi dalam kondisi yang tidak enak badan seperti sekarang.
"ya udah,Aa akan carikan," kata Hari dengan mengiyakan keinginan Resa.
Resa tersenyum lemah, terlihat lega karena keinginannya dipenuhi. Hari segera keluar dari rumah untuk mencari bubur kacang hijau dan roti yang diinginkan Resa. Dia berharap bahwa makanan itu bisa membantu Resa merasa lebih baik dan mengurangi rasa mual yang dia rasakan.