" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
permintaan yang mengejutkan
Sadam kali ini tidak ingin membuang kesempatan sedikit pun, tanpa berfikir panjang, ia sengaja menarik secara kasar tubuh Mahira, otomatis kini Mahira berada di dalam dekapannya, kemudian Ia mencoba mencengkram dagu Mahira dan di kecupnya hidung mancung miliknya.
Di perlakukan seperti itu, tiba-tiba tubuhnya merasa berdesir, detak jantungnya berdegup cukup kencang, Mahira mencoba menutup kedua matanya, dan secara tiba-tiba tubuhnya menggigil.
Menyadari hal itu, Dengan kasarnya Sadam malah menghempaskan tubuh Mahira ke atas tempat tidur, Ia pun mencoba merangkak perlahan, dan akhirnya kini Sadam sudah berada di posisi mengungkung tubuh Istrinya, tubuh Mahira semakin beringsut di buatnya, rasa gugup kian menyeruak menusuk ke dalam kalbu, tidak bisa di pungkiri jika saat ini Mahira sangat ketakutan.
"Layani aku malam ini, aku tidak mau tahu!" pinta Sadam memaksa karena sudah terselimuti oleh bi rahi yang tinggi.
"Mahira sendiri tidak meresponnya, ia hanya diam dengan mata masih terpejam, menurut Sadam diamnya Mahira, berarti iya mau melayani dirinya.
Perlahan tangan kekar Sadam mulai menanggalkan tali pengait baju yang berada di sekitar tulang selangka, Mahira sempat melakukan perlawanan, namun tenaganya kalah kuat oleh Sadam, Mahira hanya bisa menangis dalam diam, rasanya ia ingin menjerit karena batinnya sungguh tersiksa.
'Ternyata seperti ini rasanya melakukan hubungan dengan pria yang sama sekali tidak aku cintai!' jerit Mahira dalam hati
Karena Mahira mencoba melakukan perlawanan, akhirnya Sadam pun naik pitan, dengan kasarnya ia mencoba merobek lingerie yang Mahira kenakan.
"Kau berani menolak ku hah?" ucap Sadam dengan suara Bariton nya.
"M maaf kan a aku T tuan!" sahut Mahira terbata.
dengan segera Sadam melakukan tindakan kasar terhadap Mahira, kali ini ia mencoba menyibakkan lingerie bagian bawah, Mahira pun menangis sejadi-jadinya.
Mendengar tangisan Mahira, tiba-tiba hasrat serta gai rah Sadam telah sirna, ia pun sangat jengkel
"Enyahlah kau dari sini, tangisanmu membuatku hilang selera untuk menyentuhmu!" Bentak Sadam dengan suara yang menggema.
Tidak lama kemudian ponsel miliknya berbunyi, Sadam pun buru-buru melihat siapa yang telah berani menganggu malam pengantinnya tersebut.
Matanya langsung terbelalak saat mengetahui Alisa yang menelpon dirinya, setahunya Alisa saat ini masih berada di London, sedangkan nomer yang Alisa gunakan saat ini adalah nomor ponsel yang biasa ia gunakan saat berada di negara ini. Itu artinya Alisa alias istri pertamanya sudah berada di Jakarta.
Sadam akhirnya bergegas dan buru-buru pergi dari apartemen. Ia meninggalkan Mahira seorang diri di sana dalam keadaan hampir setengah tak berbusana, Mahira sendiri buru-buru beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi.
Di bawah shower di dalam kamar mandi, Mahira terus saja membersihkan area tubuhnya yang telah di sentuh oleh suaminya dengan cara di gosok-gosok menggunakan kedua telapak tangannya, entah kenapa Mahira merasa sangat jijik terhadap Sadam, seorang suami yang samasekali tidak ia cintai dan sekaligus ia benci.
Mahira terus saja menangis meratapi nasibnya, apalagi saat ia mengingat kembali peristiwa barusan, dimana Sadam telah berlaku kasar padanya, hatinya begitu pedih.
Rumah Sadam
Setibanya di halaman rumah, Sadam bergegas pergi untuk menemui istri tercintanya.
Setibanya di kamar mereka, Sadam merasa kaget ketika mendapati Alisa sedang duduk di atas tempat tidur dengan wajah kusutnya.
"Sayang, kau kenapa?" tanya Sadam dan langsung menghampiri Alisa.
"Mas Sadam, akhirnya aku bisa bertemu denganmu!" Alisa langsung memeluk erat tubuh suaminya.
"Kau kenapa sayang? Kok tiba-tiba jadi melow begini?"
"A aku hanya takut kau pergi dari sisiku!" cetus Alisa yang enggan melepaskan pelukannya.
Deg
Seketika raut wajah Sadam mendadak menjadi pucat.
"Kenapa kau berfikiran seperti itu, sayang? Mana mungkin aku meninggalkanmu, kamu jangan ngaco!" sahut Sadam berusaha tidak gugup agar istrinya tidak menaruh curiga terhadapnya, karena bagi Sadam, ini adalah yang pertama kalinya ia mengkhianati Alisa, apalagi sebuah penghianatan yang sangat fatal jika seandainya Alisa tahu.
"Ini sudah malam, sebaiknya kau istirahat!" kata Sadam tersenyum lembut.
Alisa malah menggeleng. " aku tidak bisa tidur, soalnya tadi saat perjalanan di dalam pesawat, aku terus saja tertidur bahkan sampai pulas."
Mendengar hal itu, Sadam malah tersenyum jahil. "Kalau begitu, bolehkan aku meminta sesuatu padamu?"
"Apa itu?" tanya Alisa mengulum senyum.
"Kau jangan pura-pura bodoh, sayang!" sahut Sadam.
Alisa pun mengangguk, dan akhirnya hasrat yang sedari tadi belum tertuntaskan terhadap Mahira, bisa terselesaikan dengan Alisa, Sadam pun tersenyum puas karena rasa pusing di kepalanya mendadak sirna begitu saja, ia merasa kelelahan hingga akhirnya memutuskan untuk tidur lebih dulu di samping Alisa sambil memeluknya. Sedangkan Alisa sendiri, ia terus saja menatap wajah suaminya sembari mengusap lembut rambut Suaminya.
'Maafkan aku Mas Sadam, jika kau tahu apa yang telah terjadi dimasa lalu ku, mungkin kau akan marah dan juga benci padaku, tapi aku melakukan itu semua demi bisa bersamamu, aku rela melepas semuanya, termasuk orang yang sangat aku sayangi dan selalu aku rindukan sampai saat ini.' batin Alisa merajuk.
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali Sadam sudah berangkat ke kantor di dampingi oleh istri tercintanya, saat menuju pintu ruang utama, baik Sadam dan juga Alisa, keduanya sangat terkejut ketika mendapati kedua orang tua Sadam yang datang secara tiba-tiba.
'Akh, untuk apa Papah dan Mamah datang ke sini sepagi ini? Aku yakin pasti mereka akan mendesak Alisa lagi untuk segera cepat hamil.' batin Sadam sangat jengkel.
Kedatangan kedua orang tua Sadam yang secara tiba-tiba di sambut hangat oleh Alisa.
Namun sayangnya raut wajah Papah mertuanya menunjukan wajah tidak sukanya terhadap Alisa, berbeda dengan Ibu mertuanya yang membalas sambutan dari menantunya dengan sebuah senyuman manis.
Sadam yang tadinya bergegas pagi-pagi pergi ke kantor, kini ia urungkan niatnya, dan berencana menunda meeting bersama para karyawannya.Sebuah meeting yang biasa rutin di lakukan setiap akhir bulan.
Kini mereka segera masuk ke dalam dan duduk di ruang utama, Alisa pun bergegas memerintahkan ART untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk mertuanya.
"Sadam, ada yang ingin Papah bicarakan padamu, dan ini mengenai tentang seorang Cucu untuk Papah dan juga Mamah, pernikahan kalian sudah terlalu lama sepi seperti ini, apa kau tidak merindukan sosok seorang anak untuk melengkapi rumah tangga kalian?" cetus Tuan Hito melirik ke arah Alisa.
Mendengar hal itu, hati Alisa terasa teriris, ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa memberikan seorang anak untuk suaminya, padahal kedua orang tua Sadam sangat mengharapkan semua itu.
"Sabar Pah, Sadam dan Alisa sedang berusaha untuk memberikan seorang cucu untuk Papah dan juga Mamah."
"Lantas kapan hah? Selalu saja kata seperti ini yang selalu Papah dengar, apa kau sudah cek istrimu ke dokter kandungan?"
Deg
Seketika raut wajah Alisa berubah menjadi pucat pasi, baginya ini adalah hal yang sangat ia takuti.
Sadam malah terdiam, ia tidak ingin kedua orangtuanya tahu jika kondisi rahim Alisa bermasalah, itu pun Alisa sendiri yang memberitahunya berikut dengan bukti pemeriksaan dari dokter, sebenarnya Sadam pun sangat penasaran, mengapa kerap kali dirinya ingin mengantar Alisa ke dokter kandungan, Alisa selalu saja menolak dan lebih memilih di dampingi oleh ibunya.
"Kenapa kau malah diam Hah? Kalau terus seperti ini sebaiknya kau cari wanita lain untuk segera kau nikahi dan bisa memberikan Papahmu ini seorang cucu!" tegas Tuan Hito tanpa memperdulikan perasaan Alisa, mendengar hal itu, Mamah Sandra menjadi tidak enak dengan menantunya, baginya Alisa adalah menantu yang sangat baik.
Mendengar Papah mertuanya berkata seperti itu, tubuh Alisa mendadak gemetar, dan akhirnya pecah sudah air matanya yang sedari tadi ia tahan.
"Sudahlah Pah, jangan bahas masalah ini lagi!" sahut Sadam yang merasa geram atas perkataan dari Papahnya.
"Jangan kau anggap sepele masalah ini Sadam, papah hanya ingin secepatnya menimang Cucu darimu, harus ada generasi penerus keluarga Narendra, apalagi kau adalah putraku satu-satunya, Papah harap kau mempertimbangkan perkataan Papah barusan!"
Deg
'Seandainya Papah tahu, mungkin Papah akan merasa senang, karena memang aku sudah menikahi wanita lain agar bisa memberikanku seorang anak, tapi maaf Pah, aku tidak bisa mengatakan semua itu, cukup aku saja yang tahu, karena aku tidak ingin menyakiti Alisa, biarlah nanti Alisa yang mengurus darah dagingku tanpa tahu siapa ibu dari Anakku, itulah yang sudah aku rencanakan!' ucap Sadam di dalam hatinya.
Bersambung....
🍁🍁🍁🍁🍁🍁