NovelToon NovelToon
Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kutukan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: bbyys

Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.

Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.

Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.

"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.

"Kau adalah milikku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Berjanjilah Padaku

Kejadian semalam tentang pria itu masih terngiang dalam pikirannya. Banyak hal yang ingin Sora tanyakan, tapi dia terlalu takut untuk menemui pria itu. Takut jika kejadian dimalam itu akan terulang lagi. Tapi jika ia tak bertemu dan bertanya langsung, Sora tidak akan bisa tenang.

"Sora, kau kenapa?" Flora memandangi temannya dengan tatapan khawatir.

Semenjak kejadian malam itu, Temannya ini terus melamun. Pikirannya kemana-kemana. Pekerjaannya pun jadi menumpuk, makan pun tidak selera.

Sora: "Flora, Apa kau tau dimana ruangan Jendral?"

"Untuk apa kau kesana?" tanya Flora.

"Hmm ... itu ..." Sora bingung mau menjawab apa. "Aku ingin berterima kasih padanya karena sudah memberikanku pekerjaan. Kau tau sendiri kan semenjak hari itu aku belum pernah bertemu dengannya dan belum berterima kasih dengan benar."

"Ruangannya ada di bagian timur. Dari sini kau tinggal belok ke kiri." jelasnya.

"Terima kasih." ucap Sora.

Setelah makan siang Sora langsung ke mencari ruangannya. Tak sulit untuk menemukannya. Bangunannya terlihat lebih besar daripada bangunan lainnya. lalu ada penjaga di pintu masuk.

"Apa saya bisa bertemu dengan Jendral?" Sora bertanya kepada penjaga didepan.

"Ada keperluan apa?"

"Ada hal yang ingin aku tanyakan kepada jendral."

"Jika ingin bertanya kau bisa bertanya kepada kepala pelayan." ujarnya.

"Tapi hal yang ingin aku tanyakan hanya Jendral yang bisa menjawabnya!" tegas Sora.

Penjaga itu menatap Sora dengan curiga. "Pertanyaan macam apa hingga jendral sendiri yang mengetahuinya. Apa pertanyaan pribadi?"

"Kuberitahu, sebaiknya kau urungkan niatmu. Aku sudah banyak melihat para gadis dengan berbagai alasan ingin bertemu dengan jendral dan ternyata hanya ingin menggoda jendral." ucap penjaga itu dengan tatapan mengejeknya.

Ketika Sora melihat tatapan itu ia dengan sabar menjelaskan. "Menggoda? Apa maksudmu dengan menggodanya? Aku tidak pernah berfikir untuk melakukan hal itu. Aku benar-benar hanya ingin bertanya."

"Jangan bohong. Kami tahu semenjak kembalinya Jendral ke camp, banyak sekali para gadis yang berdatangan. Memberikan berbagai macam alasan agar bisa masuk dan menggoda jendral." ucapnya sarkasme.

"Kau pasti sama seperti mereka. Meskipun kau lebih cantik tapi tetap saja Jendral tak akan melirikmu." ucapnya lagi meremehkan Sora.

Penjaga itu berjalan mendekat ke arah Sora sambil menggodanya. "Daripada kau mendapat hasil yang sia-sia lebih baik dengan kami saja. Meskipun kami hanya seorang penjaga tapi kami bisa memuaskanmu."

"Apa maksud kalian?" Sora melangkah mundur, firasatnya tidak enak.

"Bukankah dengan kami tidak buruk juga." Tiba-tiba para penjaga itu memegangi kedua tangan Sora. Mereka memandanginya dengan pandangan penuh nafsu. Lalu Mereka mendekatkan wajahnya bermaksud ingin mencium Sora. Tapi Sora mengelak dan terus memberontak.

"Lepaskan aku!" Sora berteriak.

Tubuh Sora gemetar, air matanya terus mengalir. Dia takut. Ia terus memberontak berusaha melepaskan diri. 2 lawan 1, Sora sulit untuk melepaskan diri apalagi mereka adalah Pria, jelas kekuatan tubuh mereka lebih besar.

"Apa yang kalian lakukan?" teriak seseorang.

Para penjaga itu langsung melepaskan tangan Sora, wajah mereka langsung memucat seperti habis melihat hantu di depan mata.

"Wa-- Wakil Jendral." Mereka membungkuk memberi salam.

"Aku bertanya pada kalian, apa yang kalian lakukan di depan ruangan Jendral!" teriaknya.

"Ka ... kami tidak melakukan apapun."

jawabnya terbata.

"Kalian pikir aku buta. Aku melihat semua yang kalian lakukan." serunya. "Bisa-bisanya kalian berbuat hal memalukan seperti itu."

"Maafkan kami." Para penjaga itu langsung bersujud meminta ampun. "Kami belum melakukan apa-apa." jelasnya.

"Belum? Jika aku tidak datang kalian akan melakukannya begitu?"

"Ti ... tidak. Tidak seperti itu." Elak Penjaga dengan raut wajah yang pucat pasi.

Javier memandangi mereka dengan tatapan penuh amarah, tubuh mereka gemetar ketakutan.

"Sepertinya kalian perlu diberikan pendidikan ulang." ujarnya.

"Anda juga, Nona Sora. Kenapa anda kesini?" Pandangannya kini mengarah ke arah Sora.

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepada Jendral." Sora menjelaskan kedatangannya.

"Apa tentang pencuri gelang milik nona Arabella? Aku belum menemukan pelakunya. Tapi jika sudah ditemukan, aku akan langsung memberitahumu." ucap Javier.

"Bukan tentang itu. Aku sudah tidak memikirkan tentang Arabella dan gelangnya, yang ingin kuketahui adalah hal lain. Aku tidak tahu bisa memberitahumu apa tidak." jelas Sora.

Meskipun Javier adalah seorang wakil jendral, seorang yang selalu berada di samping jendral. Sora tidak yakin, Wakil jendral tahu tentang identitas asli jendral.

"Saya mohon kepada anda, tolong tanyakan kepada jendral. Apa aku boleh menemuinya?" mohon Sora.

"Jendral sedang sibuk. Jika ada hal yang ingin kau tanyakan, kau bisa bertanya padaku!" tegas Javier.

Javier tetap tidak mengizinkannya. Sora mulai putus asa.

"Sekali ini saja. Tolong tanyakan kepada jendral, jika jendral tidak ingin bertemu, aku tidak akan meminta lagi." Sora terus memohon pada Javier.

Javier terdiam sambil menghela nafas panjang. "Baik, aku akan menanyakan pada jendral dulu."

Tok ... tok ... tok.

Javier mengetuk pintu.

"Masuk!" terdengar sahutan dari dalam, mengizinkannya untuk masuk. Javier masuk kedalam. Sora hanya berdiri diam disana.

"Kau boleh masuk." ucap Javier kearah Sora.

"Dan kalian berdua ikuti aku!" perintah Javier.

Kedua penjaga itu mengikutinya dari belakang dengan muka yang pucat dan tubuhnya yang gemetaran. Entah mereka akan pergi kemana.

Tok ... tok ... tok.

"Jendral, ini saya Sora."

"Masuklah."

Dengan perlahan Sora masuk ke dalam ruangan. Ruangannya luas berbeda dengan ruangan lain. Sebagian besar terbuat dari kayu seperti ruangan lain. Tapi kayu yang digunakannya berbeda, sepertinya memakai kayu kualitas tinggi.

Sora berjalan masuk, ia melihat seseorang sedang duduk di meja kerja di ujung ruangan. Sora berjalan mendekat.

"Kau!"

Sora terkejut, matanya terbelalak kaget, tubuhnya kembali gemetar hebat. "Ternyata benar kau adalah pria di malam itu!" ucap Sora saat melihat rambut peraknya itu.

Pria itu hanya menyeringai, ia terlihat senang melihat ekspresi wajah Sora yang seperti itu. Sora mengepalkan tangannya, merasa sedikit kesal karena reaksi pria itu.

"Waktu itu kenapa kau menyelamatkanku? Bukankah tak ada untungnya bagimu?" Sora bertanya dengan penasaran.

"Hmm ... kenapa ya?" tanyanya balik.

Bukannya menjawab pertanyaan Sora, Tapi Pria itu malah bertanya balik, Semakin membuat Sora kesal.

"Aku hanya ingin membantu saja" jawabnya.

Jawaban itu seperti jawaban asal-asalan.

Sora terdiam, yang tadinya dia merasa takut. sekarang Sora semakin merasa kesal dan marah. la merasa seperti sedang dipermainkan oleh Pria ini.

"Jika aku tidak menyelamatkanmu, mungkin saat ini kau ada didalam penjara atau mungkin lebih buruk lagi kau sudah mati." ucapnya dengan suara lembut.

Apa yang dikatakan pria itu benar. Sora tidak akan bisa bertahan sampai sekarang kalau bukan karena bantuannya. Sora mungkin akan hidup luntang lantung seperti gelandangan.

"Ya, Terima kasih." ucap Sora dengan nada datar.

Sora memang berterima kasih karena sudah menampung dirinya. tapi tetap saja Sora tidak terlalu tulus berterima kasih karena apa yang sudah ia lakukan kepadanya.

Mendengar suara Sora yang datar pria itu menyipitkan matanya. "Aku tidak merasakan ketulusan dalam ucapanmu itu. Sepertinya kau tidak mau berterima kasih. Ada hal lain yang ingin kau tanyakan?"

"Hmm ... itu apa orang-orang di sini tahu kalau kau adalah Vam ... pire?"

Pria itu terdiam, menghentikan aktifitasnya. Lalu berjalan mendekati Sora.

Ketika Sora melihat Pria itu mendekatinya ia langsung ketakutan. Ia langsung melangkah mundur menghindari Pria itu.

Pria itu tersenyum menyeringai. "Tentu saja tidak ada yang tahu. Itu adalah rahasia besar. Dan kau memegang rahasia besarku."

Sora tidak suka kata-kata rahasia itu. Rahasia adalah suatu hal yang penting. Pasti akan ada ganjaran jika rahasianya terungkap.

"Apa yang akan kau lakukan jika rahasiamu terbongkar?" ucap Sora.

Pria itu terus berjalan maju, Sora terus menghindarinya. Tapi kakinya tidak bisa melangkah lagi, ia berdiri tepat didepan pintu. Sora memegang gagang pintu berusaha untuk membukanya. Tapi pria itu menghentikan tangan Sora dan langsung mengunci pintu.

"Tentu saja harus mati." bisiknya di telinga Sora. Membuat bulu kuduk Sora berdiri. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan?" ucap Pria itu.

"Akh!" Sora berteriak.

Tiba-tiba Sora merasakan rasa sakit serta panas di lehernya, tepatnya di bekas tempat ia menggigitnya. Rasa panas menjalar disekujur tubuh Sora hingga menusuk tulang.

Pria itu berbisik di telinga Sora. "Itu hanya sebagai peringatan bagimu. Jika kau berani membocorkan rahasiaku, rasa sakit yang akan kau rasakan akan lebih dari ini!"

"Tolong ... siapapun tolong aku!" Sora berteriak berusaha meminta bantuan.

Meskipun mustahil bisa didengar orang lain.

"Teriaklah sesukamu, tidak akan ada yang datang menolongmu." Pria itu tertawa dengan kerasnya, ia senang melihat Sora yang kesakitan dan putus asa.

"Aku sudah mengunci pintunya dan sudah memasang sihir kedap suara. Tidak akan ada yang bisa mendengarmu sekeras apapun kau berteriak."

Sora terus berteriak, meringis kesakitan. Tubuh serta tulangnya terasa sangat sakit.

"Berjanjilah padaku, kau akan menjaga rahasia ini!" tegasnya.

"I ... iya aku berjanji."

Sora tidak tahan dengan rasa sakit ini. Rasanya seperti ingin mencopot tulang-tulangnya agar rasa sakitnya hilang.

"Baguslah." ucap Pria itu sambil mencium rambut Sora dengan gerakan sensual.

1
Aksara_Dee
sampai sini dulu ya Thor, nanti lanjut lagi..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!