Damian, lelaki yang dikenal dengan julukan "mafia kejam" karena sikapnya bengis dan dingin serta dapat membunuh tanpa ampun.
Namun segalanya berubah ketika dia bertemu dengan Talia, seorang gadis somplak nan ceria yang mengubah dunianya.
Damian yang pernah gagal di masa lalunya perlahan-lahan membuka hati kepada Talia. Keduanya bahkan terlibat dalam permainan-permainan panas yang tak terduga. Yang membuat Damian mampu melupakan mantan istrinya sepenuhnya dan ingin memiliki Talia seutuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Talia masih agak kesal kepada laki-laki balok itu. Ingin mengusirnya dari rumah ini tetapi tidak tega. Laki-laki itu terluka parah. Pasti dong tidak akan dapat bergerak dengan bebas melakukan semuanya. Contohnya jalannya pasti tidak normal. Itulah alasan Talia tidak memaksanya pergi.
Jadi untuk menghilangkan kekesalannya, ia menyibukkan dirinya di depan komputer. Mengotak-atik komputer, dan bermain sepuasnya. Ia juga mengajak kedua sahabatnya Casen dan Lintang bermain. Saking serunya gadis itu, ia sampai tidak menyadari Damian terus mengamatinya dari belakang.
"Lintang! Udah dua kali ya lo tembak gue!"
Terkadang ia akan berseru menyebut nama-nama yang tidak Damian kenal.
Damian penasaran permainan apa yang gadis itu mainkan sampai dirinya seolah lupa dunia. Pria itu menegakkan badannya namun tubuh Talia masih menghalangi komputer.
"Ih, kok aku bisa mati terus sih? Gak seru ah, gak seru! Aku kan pemeran utama. Masa peran utamanya mati. Harusnya jago. Casen lindungi putri!" Seru
Damian makin penasaran. Akhirnya pria itu berdiri dan mendekat. Tangannya sesekali memegangi perutnya yang kadang sakitnya datang tiba-tiba.
Oh, permainan tembak menembak rupanya. Damian menonton dari belakang. Jaraknya cukup dekat namun Talia tidak menyadarinya. Mau sadar bagaimana coba kalau fokusnya hanya ke dalam komputer.
"Ih, kok kena tembak terus sih?!"
Omel Talia. Damian tertawa kecil. Jelaslah kena tembak. Mainnya asal sekali begitu. Kalau di medan perang dia sudah mati.
"Sembunyi Talia, sembunyi! Kabur du ..." Seruan Talia tiba-tiba terhenti saat ia merasakan ada tangan besar yang menyentuh mouse yang dia pegang.
Talia terdiam. Ia baru saja ingin menyeret karakternya ke tempat persembunyian, tetapi tiba-tiba ada tangan lain yang bergerak di atas tangannya. Hangat dan kuat.
Refleks, ia menoleh dan hampir terlonjak saat melihat Damian berdiri di sampingnya, wajahnya begitu dekat.
"WOY!" serunya, kaget.
"Orang sakit ngapain tiba-tiba nyelonong gitu? Mau bikin jantung aku copot?!"
Damian tidak menjawab. Ia hanya menatap layar dengan ekspresi datarnya, seakan tidak peduli dengan protesan Talia. Dengan santai, ia menggeser tangannya sedikit, mengambil alih kendali mouse.
Talia berusaha menarik tangannya, tetapi Damian lebih cepat. Dalam sekejap, karakter yang sebelumnya terus-menerus mati karena kecerobohan Talia kini bergerak dengan gesit, menghindari peluru, berlindung di balik tembok, lalu melompat dengan akurasi yang mengejutkan.
Lintang di dalam game terdengar heboh di voice chat. Berbeda dengan yang juga kaget, tetapi jauh lebih tenang.
"WOAH! Itu siapa yang main? Talia, nggak mungkin kan lo sejago itu? !" seru Lintang.
"Kok lo tiba-tiba jadi pro gitu?!" seru Lintang lagi.
Talia mendengus dan melirik Damian lagi.
Damian tampak tak peduli dengan tatapannya dan terus memainkan karakter dalam game dengan mulus. Tembakan demi tembakan ia lancarkan dengan tepat, setiap gerakannya begitu luwes dan cepat, seakan ia sudah bertahun-tahun terbiasa dengan hal semacam ini.
Talia semakin terkejut ketika melihat karakternya berhasil membalikkan keadaan. Dari yang awalnya terus kalah, kini ia mulai menang dan mendapatkan kill demi kill.
"Wow! Siapa yang main itu?! Pake cheat ya, beb?!" Lintang berseru lagi.
"Enak aja curang! Nggak ada curang dalam kamus Talia!" Balas Talia lalu menatap Damian dengan senyuman penuh arti.
Ia membiarkan Damian memainkan game tersebut sambil terus menatapnya. Bisa berguru nih pasti.
Beberapa menit kemudian permainan berakhir dengan kemenangan Talia. Gadis itu bersorak senang sedangkan Damian hanya menyeringai lalu kembali ke kasur. Tetap diam dan tenang seperti biasa. Talia mematikan komputernya lalu berjalan ke arah ranjang, duduk di samping Damian sambil terus menatap pria itu dengan mata berbinar-binar.
Talia menopang dagunya dengan tangan, masih menatap Damian dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
"Kamu kok jago banget sih? Nggak nyangka."
Damian tidak langsung menjawab. Ia hanya merebahkan diri di kasur dan menutup mata, seolah tak tertarik melanjutkan pembicaraan.
"Padahal dari tampang kayaknya keliatan buta komputer gitu."
Damian membuka matanya, menatap gadis itu sekilas. Damian yakin kalau dia sama sekali tidak ada sedikit ketertarikan padanya, gadis ini sudah habis di panggang olehnya.
Damian mengakui. Mulai ada perasaan tertarik dalam hatinya. Mungkin karena ia merasa gadis ini lucu dan blak-blakan. Walau sangat ribut dan kadang bikin kesal, tetapi hatinya baik. Sungguh, Damian memang mulai tertarik. Sejak awal pertemuan saja gadis ini sudah memiliki kesan.
"Guru!"
Talia tiba-tiba berseru kencang. Semua keluarganya sudah pergi kerja, sekarang hanya ada dia, laki-laki itu, dan pembantu yang ada di rumah, situasi sementara aman terkendali.
"Gimana kalau kamu jadi guru aku? Aku jamin pasti bisa belajar dengan baik dan menjadi murid teladan." kata Talia lagi penuh semangat. Sayang sekali semangatnya tidak di tanggapi oleh si pria dingin di depannya. Wajah Talia mengerucut.
Sebal sekali. Rasanya dia sedang bicara dengan triplek. Saat dia ingin bicara lagi, ponselnya berbunyi. Nada deringnya bunyi suara kuntilanak. Damian tidak kaget, hanya takjub saja. Memang dia adalah seorang yang lain dari pada yang lain.
Talia berlari kecil ke meja dan cepat-cepat mengangkat telpon.
"Hai pak dokter tampan, kok baru nelpon sih? Adinda kan udah tungguin dari tadi." suaranya sengaja ia bikin semanja mungkin dan lebay. Damian yang geli melihatnya.
Berbeda dengan Zaka yang tertawa kecil di seberang sana. Talia memang kadang seperti itu, dan dia sudah terbiasa.
"Bagaimana keadaan pria yang terluka itu?" tanyanya langsung.
Talia menoleh ke belakang, mengamati Damian lama.
"Masih lemah, tapi gak ada yang bahaya. Aku mengurusnya dengan baik bos!"
"Ingat, dia harus keluar secepatnya dari rumah kamu. Nggak baik ada laki-laki yang tidur di kamar kamu. Kau tidak kenal dia juga. Kalau kakak kamu tahu, kakak dokter kesayanganmu ini yang abis nyawanya. Ngerti?"
Talia tertawa kecil.
"Siap pak dokter!"
"Ya sudah. Aku ada operasi setelah ini. Aku tutup dulu. Dadah."
Sambungan langsung terputus. Mungkin kak Zaka lagi terburu-buru mau masuk ruang operasi. Talia mengedikan bahu dan mendekati Damian lagi. Pandangannya turun ke perut pria itu yang masih di perban.
"Luka kamu gimana? Gak kebuka kan? Ingat, jangan sampai kebuka ya. Karena kamu harus cepat sembuh dan pergi dari sini. Dokter yang nelpon aku tadi itu, namanya Zaka, sahabatnya kakak aku. Dia curiga kamu itu penjahat, jadi kamu gak boleh lama-lama ada di sini. Nanti kalau dia lapor polisi, kamu yang kasihan. Sudah terluka, eh tidurnya di sel lagi. Aku gak tega."
Ujung bibir Damian berkedut. Perkataan gadis itu justru bikin dia jadi gemas.
Chapter 10 sama sembilan kemaren ketuker ya. Tapi udah aku perbaiki kok. Yang bingung dan udah baca chapter 10-nya kemaren. Baca aja ulang yang chapter 9 biar gak bingung. Maaf untuk kesalahannya 🙏
🤣🤣🤣
👍🌹❤🙏
dlm kesempitan dlm keadaan mabuk....
Nona fales msh perawan ting2 damian hanya mencuri ciuman pertamamu aja.....
Dikira bibir damian buah apel terasa manis dan kenyal sampai nona menggigitnya....
Nona fales damian itu jodohmu bertemu bertemu lagi dijepang,,,jodoh emang gak akan lari kemana...
Semg kehadiran talia dpt membuat damian meninggalkan dunia mafianya hidup jauh lbh baik dan tidak dalam bahaya terus....
Gercap damian lamar nona fales dan segera nikahi....
lanjut thor......
semangat selalu......
sehat selalu.......