"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Ciuman Pertama
..."I knew we were meant to be from the moment my lips touched yours for the very first time." ~ Celia...
Awalnya ada beberapa pasangan yang menari dilantai dansa, namun lambat laun mereka berpencar dan berkumpul di satu sisi untuk menyaksikan penampilan Elvan.
Elvan melihat ke arah Celia, ia mengangkat satu tangannya ke atas dan satu tangannya menyentuh selangkangan, kemudian menari dengan penuh semangat. Saat irama musik berhenti, Elvan menyudahi gerakannya.
"Wuuuuwww... " sorak sorai penonton terdengar riuh.
Celia bertepuk tangan dan tersenyum kearah Elvan. Elvan mengambil microphone dari meja DJ, dan meneriakkan nama Celia, dia meminta Celia untuk menari bersamanya.
"Wuuuuwwww..." teriakan pengunjung semakin riuh.
Celia tertawa kecil, wajahnya sudah terasa panas dan bersemu merah. Celia mengambil sebatang rokok dan berjalan ke lantai dansa untuk menghampiri Elvan. Ada banyak pria dan wanita yang menonton, mereka berteriak dan bersorak-sorai, tapi Elvan tidak melihat satupun dari mereka, matanya hanya tertuju pada Celia.
Celia menghisap rokoknya, lalu mengambil sekuntum bunga mawar dari meja, dan melemparkannya ke arah Elvan. Elvan menangkap bunga yang di lempar oleh Celia, lalu menarik Celia ke pelukannya dan menuntunnya untuk menari bersama. Mereka menari dibawah dentuman musik dan gemerlapnya lampu. Celia mengalungkan tangannya dileher Elvan, sementara Elvan memeluk pinggang Celia, keduanya menari dan berjingkrak-jingkrak dengan semangat.
"Let's go, drink first!" teriak Elvan sambil membawa Celia keluar dari kerumunan orang-orang yang ada dilantai dansa.
Elvan merengkuh bahu Celia, dan kembali duduk dimeja mereka. Elvan langsung meneguk minumannya hingga tandas, sementara Celia menatap Elvan dengan tatapan kagum. Lalu mengambil rokok dan meletakkan rokok ke bibir Elvan.
Elvan menghisap rokoknya dan menatap lekat wajah Celia.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Celia.
"Very beautiful," jawab Elvan.
"What's beautiful?" Celia mengerutkan keningnya.
"You."
Celia tersipu, dan menundukkan kepalanya. Elvan menyentuh dagu Celia, Celia mendongak dan menatap Elvan. Elvan mengecup bibir Celia sekilas, lalu menempelkan rokok ke bibir Celia, dan Celia menghisapnya.
"Kamu sangat cantik sehingga tidak ada yang bisa menandingi kecantikanmu," bisik Elvan ditelinga Celia.
Celia tertawa dan dengan lembut menjentikkan jarinya dijidat Elvan.
"Kamu berkeringat," ucap Celia sambil mengusap kening Elvan.
Elvan tidak berkata apa-apa, dia mengambil tisu dan menyeka telapak tangan Celia. Lalu menyeka keringat yang ada diwajahnya dengan tangannya sendiri.
"Kamu juga tampan," ucap Celia sambil menatap wajah Elvan.
"Aku tahu," jawab Elvan santai.
Celia menertawakannya.
“Kalau aku tidak tampan, bagaimana mungkin kamu mau pergi denganku?”
"You're right," jawab Celia sambil terkekeh.
Elvan mendekatkan tubuhnya kearah Celia, Celia menggeleng dan mendorong tubuh Elvan agar menjauh. Elvan kembali duduk tegak, dan mengambil gelas lemonade milik Celia lalu meminumnya.
"Hei, itu minumanku," protes Celia.
Elvan mengabaikan Celia dan kembali menyesap minumannya.
Celia menghela nafasnya, dan menatap Elvan.
"Menurutmu, bagaimana penampilanku?" tanya Elvan sambil menyodorkan gelas kearah Celia.
"Penampilanmu keren, kamu seperti punya bakat menari," ucap Celia sambil mengacungkan dua jempolnya ke atas.
"Benarkah? Tapi aku tidak percaya dengan kata-katamu," ucap Elvan.
"Kenapa? Terus apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya?" tanya Celia sambil menatap Elvan.
"Kiss me," ucap Elvan dengan berani.
"Ternyata pertanyaan kamu mempunyai motif tersembunyi," ucap Celia sambil tersenyum.
Celia memiringkan kepalanya ke arah Elvan dan mengecup bibir Elvan dengan lembut. Elvan tersenyum menyeringai dan terkekeh.
"Terimakasih untuk malam ini, ini pengalaman pertama buat aku," ucap Celia sambil tersenyum menatap Elvan.
"Benarkah?" tanya Elvan.
Celia mengangguk dan menyesap minumannya.
"Then, this is not enough. Let's go," ujar Elvan. Elvan berdiri dan mengambil jaketnya.
"Pergi kemana?" tanya Celia yang masih bingung dengan ajakan Elvan.
"Kerumahku, aku punya apartemen di sekitar sini." Elvan meraih tangan Celia dan menggandengnya keluar.
"Sebentar, sebentar, tas sama jaketku masih disana," ucap Celia sambil menunjuk kemeja tempat mereka duduk. Elvan mengambil jaket dan tas Celia, lalu bergegas keluar.
Elvan melajukan mobilnya, dan hanya butuh sepuluh menit, keduanya sudah sampai di apartemen miliknya. Elvan memarkirkan mobilnya di basement.
"Ayo turun," ucap Elvan sambil membuka pintu mobilnya.
Celia turun dan mengikuti Elvan. Elvan membuka pintu apartemen dengan sidik jarinya. Setelah pintu terbuka, Elvan langsung masuk kedalam rumah, sementara Celia masih berdiri didepan pintu.
"Apakah kamu punya sandal?" tanya Celia. Celia berdiri di atas keset di depan pintu.
"Tidak punya, pakai saja sepatumu," jawab Elvan. Elvan menarik Celia untuk masuk ke dalam rumah.
Celia meletakkan jaketnya, lalu duduk di sofa dan melihat ke sekeliling. Elvan meletakkan dua gelas anggur dan sebotol anggur diatas meja, lalu duduk disamping Celia.
“Apa maksudnya ini?” Celia menunjuk botol anggur di atas meja.
"Hanya dua gelas, tidak akan memabukkan, tadi kita belum sempat minum." Elvan menuang segelas anggur tapi tidak meminumnya.
"Apakah kamu merencanakan sesuatu?" Celia sedikit curiga.
Elvan menggeleng, lalu mengambil remote TV.
"Mau nonton TV?" tanya Elvan sambil menekan tombol remote.
"Terserah kamu saja," jawab Celia.
Celia menoleh ke arah Elvan dan bertanya, "Kamu sering membawa wanita kesini?"
"Tidak, kamu wanita pertama yang menginjakkan kaki disini," jawab Elvan. Elvan meletakkan remote TV di meja.
"Bagaimana dengan keluargamu? Apa mereka juga tidak pernah kesini?" Celia bertanya lagi.
Elvan menggeleng, lalu mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya, sambil menonton TV. Celia berbalik dan duduk di pangkuan Elvan, ia menatap lekat wajah Elvan.
"Lalu, kenapa kamu membawaku kesini?"
Celia menatap Elvan, dan Elvan membalas tatapannya.
"I want to kiss you," ujar Elvan. Elvan membuang rokok yang ada di tangannya, lalu menarik tubuh Celia agar semakin merapat dengan tubuhnya.
Tanpa menunggu lama Elvan langsung menempelkan bibirnya pada bibir ranum milik Celia. Celia membolakan matanya, dia terkejut saat bibir Elvan mendarat tepat di bibirnya. Elvan mulai menggerakkan bibirnya secara perlahan. Celia masih saja diam di tempat bagaikan patung. Namun, saat Elvan mulai melumat bibir miliknya, Celia memejamkan matanya, bibirnya mulai bergerak sendiri membalas lumatan dari bibir Elvan.
Elvan merapatkan tubuh mereka dan memeluk pinggang Celia.Celia mengalungkan tangan nya di leher Elvan, membuka mulutnya, mempersilahkan Elvan agar bisa memperdalam ciuman mereka. Elvan semakin memperdalam ciumannya, ciuman ini begitu memabukkan, mereka saling bertukar saliva, saling mengecap dan saling menikmati. Cecapan mereka terdengar begitu nikmat.
Ciuman berlangsung cukup lama, tapi semua itu harus berakhir karena Celia mulai kehabisan nafas. Celia menepuk nepuk pundak Elvan, paham dengan maksud Celia, Elvan pun segera menghentikan ciuman mereka.
Terdengar deru nafas memburu dari keduanya. Celia membuka kedua matanya dengan perlahan. Begitu matanya terbuka, Celia langsung disuguhi dengan wajah tampan Elvan yang sedang menatapnya.
"Kamu telah mencuri ciuman pertamaku," ucap Celia sambil mengusap saliva di bibir Elvan.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”