Pengorbanan Renata yang awalnya hanya menjadi seorang penyamar untuk menggantikan seorang wanita yang merupakan tunangan dari Bryan karena sedang koma berakhir menjadi sebuah malapetaka yang membuatnya kehilangan segalanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Menolak...!
"Aku sedang tidak minum nona. Tapi, aku lebih membutuhkanmu." Ucapan tuan Firza membuat Renata murka.
"Dengar tuan...! Aku memang orang miskin dan sangat membutuhkan uang. Tapi, tidak berarti setiap wanita yang ada di sini itu pel*cur. Dan apakah tuan tidak melihat kalau aku ini seorang bartender bukan pelacur, hemm!" tegas Renata terlihat salah paham pada tuan Firza.
Tuan Firza berusaha bersabar karena ia juga salah dengan statement nya yang terdengar merendahkan Renata.
"Maafkan aku, nona. Konsepnya tidak seperti yang kamu pikirkan. Tolong jangan salah paham. Begini nona. Aku akan membayarmu berapa saja yang kamu inginkan asalkan kamu bisa....-" ucapan tuan Firza mengambang di udara karena Renata langsung menyela pembicaraannya.
"Tidak. Uangmu tidak berlaku untukku jika tubuhku jadi gantinya." Gadis itu menolak tegas sebelum mendengarkan ucapan tuan Firza lebih lanjut.
Ia melepaskan apronnya menuju ke luar dan rekannya langsung menggantikannya. Sebagai manajer di club malam itu, tuan Marcel yang sudah mengenal siapa tuan Firza segera menghampiri tuan Firza yang masih termangu.
"Maaf tuan Firza kalau anak buah saya sedikit ketus. Apakah ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya tuan Marcel dengan sikap hormat.
"Bisa kita bicara berdua saja, Marcel?" tanya tuan Firza terlihat serius.
"Baik tuan. Silahkan ikut ke ruang kerja saya!" ucap Marcel lalu memberi akses masuk pada tuan Firza menuju kantornya yang ada di balik bartender tersebut.
Tuan Firza menceritakan problem yang menimpa keluarganya. Melihat wajah tuan Firza yang begitu tertekan membuat manager Marcel harus ikut membantu menjelaskan keinginan tuan Firza agar Renata menjadi gadis pengganti Rania yang tidak lain adalah tunangannya Bryan. Memang kecelakaan yang menimpa keluarganya tuan Firza tidak diangkat ke publik karena akan berpengaruh pada saham perusahaan mereka.
"Kalau begitu beri saya waktu untuk menjelaskan niat baik tuan pada nona Renata. Mungkin dia tadi hanya salah paham saja pada tuan Firza. Anaknya memang sedikit tomboy karena dengan cara itu ia bisa melindungi dirinya dari pria hidung belang yang datang mencari penghangat ranjang mereka."
"Aku senang dengan gadis yang memiliki prinsip seperti dirinya. Walaupun ia memiliki kecantikan yang hampir sempurna namun tidak membuatnya memanfaatkan kelebihannya itu demi rupiah. Dia mirip sekali dengan istriku. Andaikan cucuku belum punya tunangan, aku akan memilihnya menjadi cucu menantuku," puji tuan Firza tanpa basa-basi.
Senyum Marcel mengembang. Ia hafal betul dengan kepribadian tuan Firza yang juga tidak mudah tergiur dengan kemolekan wanita penggoda yang ada di bar itu dari jaman ia muda. Ia begitu menjaga reputasinya sebagai pengusaha ternama. Salah sedikit saja maka skandal murahan itu akan menghancurkan bisnisnya dari para saingan bisnisnya yang selama ini ingin menyingkirkan nya.
Sepeninggalnya tuan Firza, Marcel berbicara empat mata dengan anak buahnya Renata. Renata merasa sangat malu karena sikap konyol nya yang tidak mau dengar dulu tuan Firza dan langsung mencaci maki pria senja itu.
Renata hanya butuh uang untuk mulai bisnisnya sendiri tanpa harus bekerja keras pada orang lain. Dengan begitu, ia bisa melanjutkan kuliahnya karena sempat terhenti karena pengobatan ayahnya yang pada akhirnya meninggal juga.
"Baik tuan Marcel. Kalau hanya menjadi tunangan pengganti yang pura-pura untuk menghibur seseorang aku tidak keberatan. Yang penting aku mendapatkan uang yang aku butuhkan." Renata begitu antusias dan ingin cepat-cepat melakukan tugasnya seperti yang diminta oleh tuan Firza.
"Terimakasih Renata. Jaga dirimu dan jangan terjebak dengan permainan itu karena keberadaan mu di mansion tuan Firza itu hanya sementara."
"Terjebak? Maksudnya tuan apa?" tanya Renata tidak mengerti.
"Jangan sampai kamu jatuh cinta pada pesona tuan Bryan."
"Oh...! Itu tidak mungkin. Lagi pula dia buta. Aku tidak akan suka pada pria buta sekalipun dia tampan dan kaya," tolak Renata.
"Jangan sesumbar kalau belum menjalaninya sendiri..! Yang penting tetap jaga hatimu dengan begitu kamu bisa dinilai profesional dalam melakukan tugasmu..!" Nasehat baik Marcel diabaikan begitu saja oleh Renata. Ia pun akhirnya pamit pulang agar besok bisa menemui tuan Firza di kediaman bos besar itu.
"Terimakasih bos. Aku pamit...!" Renata keluar dari club malam itu menuju ke tempat parkir motornya.
Sekelebat mobil hitam mewah berhenti di sampingnya menghalangi jalannya. Renata melihat ke dalam mobil itu di mana ada tuan Firza di dalamnya.
"Masuklah...! Kau harus membaca beberapa perjanjian dalam misi ini." Pintu mobil bergeser secara otomatis. Baru saja ia masuk, pintu itu segera tertutup lagi. Beberapa saat kemudian Renata membaca beberapa poin yang harus ia lakukan untuk menyamar sebagai Rania.
"Namamu sekarang adalah Rania," ucap tuan Firza dan tidak diambil pusing oleh Renata.
"What...? Kenapa aku harus memakai pakaian syar'i lengkap dengan cadarnya. Tidak...! Ini bukan aku banget. Aku biasa pakai pakaian simpel," tolak Renata yang langsung dipelototi oleh tuan Firza membuat nyalinya ciut.
"Sialan....! Kenapa aku harus terjebak seperti ini." Lagi-lagi Renata terkejut karena ia dituntut harus bisa membaca Alqur'an.
"Tuan. Aku tidak bisa membaca Al-Qur'an. Sholat apalagi. Kenapa harus berat sekali persyaratannya. Sepertinya aku tidak bisa menjadi sosok seperti Rania itu. Dia terlihat sempurna untuk cucumu itu. Berbanding terbalik dengan aku yang hidup semau gue," keluh Renata.
"Bagaimana dengan uang satu triliun? Apakah kamu masih mau menolaknya?" cibir tuan Firza membuat bola mata Renata hampir mau keluar dengan bibir mangap.
"What...? Satu triliun? Berarti aku bisa buka bisnis dengan omset penjualan melebihi...-" Tuan Firza menarik map tebal berisikan perjanjian kontrak kerja itu dengan waktu yang tidak bisa ditentukan.
"Cepatlah tandatangan...!" titah tuan Firza menyerahkan penanya pada Renata yang mau tidak mau harus diterima semuanya persyaratan tersebut oleh Renata.
"Baiklah. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tampil sebagai Rania." Renata membubuhkan tandatangan nya dengan cepat.
"Satu triliun...! Fantastis...!" girang Renata dalam hatinya. Itu pakaiannya dan pakailah...! Setelah itu kita langsung ke rumah sakit untuk menemui cucuku!" Ketus tuan Firza dan Rania sudah terbiasa mendapatkan perlakuan kasar orang-orang kaya seperti tuan Firza.
"Satu triliun Renata. Abaikan semua ujian yang akan kamu hadang," ucap Renata yang tidak membaca semua poin perjanjian di map tebal hitam itu.
Mobil berlalu dengan cepat. Tidak terasa mereka sudah tiba di rumah sakit paling keren dan mahal di ibukota Jakarta itu. Renata turun mengikuti langkah tuan Firza yang lebih dulu masuk ke lobi rumah sakit di sambut oleh satpam yang begitu hormat padanya.
Renata sendiri tidak tahu siapa sebenarnya tuan Firza. Apalagi tuan Bryan yang digambarkan Marcel yang merupakan pria tampan dengan sejuta pesonanya itu.
Ketika pintu kamar inap milik Bryan dibuka oleh asisten pribadinya tuan Firza, jantung Renata seakan mau meledak kini. Dirinya seakan sedang menerima hukuman eksekusi di tiang gantungan. Langkahnya makin perlahan di mana ia tertunduk takut saat berhadapan dengan Bryan.
"Bryan. Tebak...! Siapa yang kakek bawa dihadapanmu saat ini nak...?"
"Apakah itu Rania kek...?" tanya Bryan dengan wajah berbinar.
Renata memberanikan dirinya untuk mengangkat wajahnya menatap sosok lelaki yang harus ia temani setiap saat.
"Astaga...! Apakah aku sedang bermimpi?" batin Renata saat melihat wajah tampannya Bryan.
"Renata. Mendekat lah padaku...! Semoga kamu tidak keberatan mendampingiku karena aku buta," ucap Bryan dengan tangan terulur agar Renata menghampiri dirinya.
Renata hanya bisa mematung. Rasanya ia ingin pingsan saat ini. Jika bisa ia ingin menukar satu triliun itu agar bisa memiliki pria tampan nan buta di hadapannya saat ini.
"Jaga pandanganmu karena Rania selalu menjaga marwahnya dihadapan lawan jenis yang bukan mahramnya..!" bisik tuan Firza lalu memberi isyarat pada Berlin agar meninggalkan dua orang dihadapan mereka ini.
Renata menelan salivanya dengan susah payah lalu mulai berperan sebagai Rania sesuai dengan petunjuk yang sudah diarahkan oleh tuan Firza selama perjalanan menuju ke rumah sakit.
next Thor
ditunggu selanjutnya...