NovelToon NovelToon
TEROR PEMBURU KEPALA

TEROR PEMBURU KEPALA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat / Careerlit
Popularitas:13.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

Teror pemburu kepala semakin merajalela! Beberapa warga kembali ditemukan meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, ternyata semuanya berkaitan dengan masalalu yang kelam.

Max, selaku detektif yang bertugas, berusaha menguak segala tabir kebenaran. Bahkan, orang tercintanya turut menjadi korban.

Bersama dengan para tim terpercaya, Max berusaha meringkus pelaku. Semua penuh akan misteri, penuh akan teka-teki.

Dapatkah Max dan para anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku? Atau ... mereka justru malah akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPK4

Bab 4: Kematian Anna & petunjuk.

Pria dengan jubah putih khas kedokteran berlumur darah, berlari kencang dari dalam gedung rumah sakit menuju parkiran mobil. Wajah tampan Liam sudah basah dengan air mata kala rekan sejawatnya mengabarkan kematian Anna.

Mata tanpa binar, menatap kosong jemarinya yang terus-terusan gagal memasukkan kunci mobil.

"Liam, kau baik-baik saja?" Seseorang menggedor kaca mobil, ternyata rekan kerja Liam. "Biar aku bantu menyetir, kau terlihat ... kacau."

Siapa yang tak terlihat kacau? Belahan hati yang satu bulan lagi akan resmi ia persunting, tiba-tiba pergi selamanya? Selamanya? Siapa yang tak terlihat kacau?

Liam mengangguk cepat, ujung jarinya menghapus kasar jejak air mata di kedua pipi. Kemudian ia lekas pindah duduk di kursi samping kemudi.

Atas persetujuan Liam, rekan sejawatnya menggantikan pria itu menyetir untuk sampai ke tujuan. Di dalam mobil, Liam terus-terusan menangis dan menepuk-nepuk dadanya. Sangat memprihatinkan. Ia benar-benar tak sabar ingin segera tiba di lokasi. Ia ingin menyaksikan sendiri, wanita yang selama ini memberikan banyak cinta untuknya, wanita yang selama ini membuatnya bahagia, ia ingin menyaksikan sendiri. Apa kekasih tercintanya itu benar-benar sudah mati?

Sementara itu Max dan Clara sudah tiba sejak tadi di lokasi. Garis polisi melingkari area kecil di pinggir jalan, tempat tubuh Anna ditemukan. Tanah yang membeku dan udara dingin menambah suasana suram di tempat itu. Max berdiri diam di tepi garis polisi, menatap tanah yang sekarang menjadi saksi bisu kematian adiknya.

Anna ditemukan meninggal dalam kondisi mengenaskan. Tubuhnya dipenuhi luka tusuk, perutnya robek, rahimnya rusak parah.

Max bercangkung di depan sisa-sisa darah yang sudah membeku. Bulir-bulir kristal meluncur deras di sudut mata, Max terisak.

Clara menatap Max dengan hati-hati. Ia tahu betapa beratnya ini untuk pria berparas tampan itu. “Max,” katanya pelan. “Kalau kamu merasa ini terlalu berat, aku bisa—”

“Tidak,” potong Max cepat. Suaranya terdengar tegas, meski matanya dipenuhi kesedihan. “Aku harus ada di sini.”

Clara mengangguk, lalu menunjuk ke sebuah titik di tanah. “Di sini,” katanya. “Kami menemukan sesuatu.”

Max berjongkok, melihat benda kecil yang tergeletak di tanah. Sebuah kancing kemeja berwarna merah muda dengan ukiran kecil di tengahnya. Kancing yang terkena percikan darah Anna. Ia mengambilnya dengan hati-hati menggunakan sarung tangan, lalu memeriksanya. Kancing itu terlihat mahal, sesuatu yang tidak mungkin dimiliki Anna.

“Ini bukan milik Anna,” kata Max pelan.

Clara mengangguk. “Aku tahu.”

Kening pria yang tengah dilanda duka itu berkerut. “Jadi, ini milik siapa?”

Clara menggeleng pelan. “Itu yang harus kita cari tahu.”

Max berdiri, menggenggam kancing itu erat-erat. Kepalanya penuh dengan pertanyaan. Ada sesuatu yang tidak beres di sini. Tapi apa?

“Selidiki Liam,” titah Max pada anggotanya. Clara hanya bungkam di tempat sembari mengerutkan kening.

Tepat setelah memberi titah, Liam tiba di lokasi kejadian. Pria itu keluar dari mobil dan berlari tanpa alas kaki. Tak peduli sejuknya tumpukan es yang menusuk telapak kaki, demi melihat sang kekasih hati. Namun, sayang sekali, jasad Anna sudah tak lagi di sana.

“Kau ....” Max menatap tajam Liam, lalu mendekati sahabatnya itu. “Beraninya kau datang kemari!”

BUGH!

Satu pukulan menghantam telak wajah tampan Liam, pria itu tumbang di atas tumpukan salju.

Max kembali maju, wajahnya penuh amarah. Ia kembali melayangkan satu tinju. "Gara-gara kau, dia keluar gara-gara kau! Pasti kau yang membunuhnya ... iya kan, Liam?!" jerit Max keras.

Liam tak melawan, mengeluarkan sepatah kata pun tidak. Ia hanya menutup wajah dengan kedua telapak tangan dan menangis sejadi-jadinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah sekian lama, hujan deras akhirnya turun mengguyur kota. Langit yang kelabu seperti ikut berkabung atas kehilangan yang baru saja terjadi. Max berdiri di depan jendela ruang kerjanya, memandang ke luar dengan tatapan kosong. Di tangannya, ia menggenggam secangkir kopi yang sudah dingin. Ia tidak benar-benar meminum kopi itu. Hanya menggenggamnya, seolah-olah itu cukup untuk menghangatkan tangan yang dingin. Namun tidak ada yang bisa menghangatkan hatinya malam ini.

Anna. Nama itu terus bergema di kepalanya. Wajah adiknya, senyumnya, suaranya yang lembut, terus terbayang. Rasa bersalah menyesakkan dada Max. Ia merasa telah gagal melindungi satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Max duduk di mejanya, memandangi kancing yang ditemukan di TKP. Ia mencoba menghubungkan semua petunjuk yang ada, tapi semuanya terasa seperti teka-teki yang tidak lengkap.

Clara masuk, membawa beberapa dokumen. “Aku sudah memeriksa kancing itu, tetapi, tidak cocok dengan pakaian Liam, Max ...,” ucapnya.

Max menggenggam erat kancing yang dilindungi kantong kecil, ia yakin sekali Liam pelakunya. Namun, dia butuh bukti.

“Aku sudah memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi.” Jelas Clara sambil meletakkan dokumen yang dibawanya ke atas meja. “Ada sesuatu yang menarik.”

Max meletakkan kancing di tempatnya semula kemudian mengambil dokumen itu dan membukanya. Salah satu foto menunjukkan seseorang berjalan di dekat lokasi penemuan tubuh Anna sekitar pukul dua pagi. Tapi, wajah orang itu tidak terlihat jelas. Gambar itu buram, hampir tidak dapat dikenali.

“Ini bisa siapa saja,” kata Max pelan.

Clara mengangguk. “Aku tahu. Tapi ada satu hal lagi.” Ia mengambil sebuah foto lain dan menunjukkannya pada Max. “Jejak sepatu ini ditemukan di dekat tubuh Anna. Namun, ukurannya tidak cocok dengan sepatu Liam.”

Max menatap foto itu dengan ekspresi serius. Jejak sepatu itu jelas bukan milik Liam. Tapi, jika bukan Liam, lantas siapa? Dan kenapa?

----

Jessie melepaskan seluruh pakaian nya, tubuh polos nan indah mulai merangkak masuk ke dalam bath-up berhiaskan busa-busa beraroma mahal.

"Mmhhh~" Suhu hangat benar-benar memberikan kenyamanan untuk wanita cantik itu.

Jessie bersandar, kedua matanya terpejam. Ia berusaha mati-matian merilekskan tubuh yang terasa kaku. Namun, sosok yang melintas di dalam pikirannya membuatnya kembali tegang. Anna, nama itu terus mengganggunya.

"Anna, malangnya dirimu ...."

Wanita itu kembali bersandar seraya menatap kemeja yang tergeletak di atas lantai. Kemeja merah muda, yang kehilangan satu kancingnya.

*

*

*

1
Tini Ratnadilla
Alhamdulilah sukses selalu buatmu thorr...
kapaloleng
Selamat untuk kontraknya 🥰tetap semangat dan sehat selalu
Anonim
Selamat Author karyamu memang/Good//Good/.


w a d uuuuuuhhhhh Bellaaaaa....
⚔️⃠🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
Amiiinnnnnnn 😇🤲️🙏
⚔️⃠🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
Yeee, Slmt, De, Puji Tuhan 🥳🥳🥳
⚔️⃠🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
OMG, Guardian Angel aka Devil ny Bella, manaaa ini 🙈🙈🙈
kirana
Selamat othorr.. memang bagus kok karyamu .

jadi inspirasi kalau di dunia nyata besok ada yg jahat² lagi mulutnya, siapkan jarum bius😅🤣😂.

tapi sayangku aku takut jarum suntik😅
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
Alhamdulillah selamat dan semoga smkin semangat berkarya, crtanya bgs bgt yo g bosenin n alure apik rapi, cm pgne up tiap hari atau double bab hehe
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
weh nathan juga
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kakek Harun apakah lg jg cucu2 nya? krn ortunya lg d Amrik
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
pdhl udh mak2 ya tp msih jd wonder women..berguru clara sp tau km bs sprti bella
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
bnr2 gila..apa smua psikopat g bs puas dg mlht korbannya hanya mati ya tp hrs melakukan hal sekeji mungkin n yg nggilani, kyne msh mending mutilasi🤭 itu bagi warga sdh ekstrim p lg smpe d belah2 smpe klhtn orgam dlme😭 pak tua kl kita lht aja sdh kasian dg fisiknya g smpe hati mencelakai😬kecuali ky dirham lha g d ampun
Tini Ratnadilla
Kasian kamu jess cinta bertepuk sebelah tangan..
Dae_Hwa💎: /Cry/
total 1 replies
Tini Ratnadilla
Gk bisa nebak siapa pembunuh nya...
Dae_Hwa💎: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Tini Ratnadilla
mampir thorr
Dae_Hwa💎: Terimakasih sudah berkenan haddir di karya sederhana ini kakak
total 1 replies
Yuli a
bahkan ketajaman Indra penciuman Bella melebihi anjing pelacak../Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Yuli a: 🤣🤣🤣🤣🤸🏃🏃🏃🏃
Dae_Hwa💎: /Joyful/
total 2 replies
Raa
Psikopat kalau berhasil memburu mangsanya berasa menang undian😈
Dae_Hwa💎: berasa dapat piring 3 + payung pelangi ya kak
total 1 replies
Raa
Jaga matamu Cla, awas nanti dicolok ma Edwin 🤣
Dae_Hwa💎: ngukuk😭😭😭😭😭😭
total 1 replies
Raa
Dirimu harus belajar banyak ma Bella, Max ... apa lagi dia penjinak monster macam Edwin 🤣
Dae_Hwa💎: Max kembaran Abirama yg terpisah
total 1 replies
Sugem
bella secerdas itu
Dae_Hwa💎: 🔥🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!