Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 04
SEBUAH BUKTI
Falco menampar kasar pipi Disha hingga wanita itu menoleh ke kanan dengan luka di sudut bibirnya. Kedua tangannya mengepal erat saat dia menggertakkan giginya dan memejamkan matanya dengan air mata merembes keluar.
“Aku bertanya sekali lagi. Siapa yang menyuruhmu? Dari mana kau mendapatkan peluru ini?” tegas Falco bertumpu satu kaki dan menatap ke arah wanita yang masih tertunduk hingga wajah cantiknya tertutup oleh rambut indahnya yang panjang dan bergelombang.
Disha menoleh, menatap tajam dan tegas dengan kekesalan. “Jika kalian orang-orang hebat dan berkuasa, kenapa tidak bisa mencari tahu kebenarannya?” sindir Disha hingga Falco terdiam.
Wanita itu terlihat kesal dan pasrah, menatap Falco seolah menantang.
“Katakan kepada bosmu, sampai ajal menjemput ku, aku tidak akan mengatakan BAHWA AKU YANG MEMBUNUHNYA KARENA AKU TIDAK MEMBUNUH WANITA ITU!!! BERAPA BANYAK PUN SIKSAAN YANG DIA BERIKAN, AKU TIDAK PEDULI!!”
Sentak Disha menatap tajam hingga tubuhnya gemetar.
Falco mengangguk kecil, lalu berdiri dan masih menatapnya. Sedangkan Disha tak bergerak sedikitpun karena dia benar-benar lelah akan semua yang menimpanya.
“Jika itu yang kau mau.” Ucap pria kemeja putih itu melenggang pergi meninggalkan Disha yang langsung berlari mengikutinya, namun dia kalah cepat saat pintu kembali tertutup dan terkunci.
“BUKA PINTUNYA!!! LEPASKAN AKU!!” teriaknya sembari menggedor pintu besi itu.
***
Sementara di perjalanan, Noir duduk di kursi belakang sambil menatap dengan sorot mata tajam ke luar jendela yang tertutup.
(“Ada sesuatu yang harus ku katakan kepadamu!”)
Noir memejamkan matanya saat dia mengingat perkataan terkahir Teodora sebelum dia pergi menemui seseorang saat di kapal.
“Fuck!” umpat kesal Noir mengepalkan tangannya. Andai saja dia mendengarkan ucapan Teodora yang mungkin mengatakan sesuatu yang penting.
“Lajukan mobilnya, cepat!” pinta Noir tegas kepada anak buahnya yang menyetir.
Di sisi lain, Yoanna mengetik ponselnya dengan kesal. Wanita cantik terkuncir ekor kuda itu terlihat gelisah. “Dasar menyebalkan, selalu saja seperti itu.” Gumamnya menatap ke luar jendela.
“Aku turut berdukacita, tapi aku juga merasa lega mendengarnya pergi untuk selama-lamanya, jika tidak...” Yoanna mengehentikan ucapannya sendiri dan menggeleng.
Tentu saja! Dia juga memiliki rahasia yang mungkin diketahui oleh Teodora bukan. Itu mungkin saja!
.
.
.
Dengan tanpa alas ataupun selimut. Disha hanya mengusap dan menggosok lengannya yang mulai dingin di ruangan bawah tanah itu.
“Ssshhh— ” desisnya saat ia menyentuh lengannya dan juga membersihkan darah di keningnya dengan kaosnya yang robek.
Saat ia terdiam, Disha teringat akan kakaknya yang harus tewas tanpa bersalah. “Maafkan aku.” Lirih Disha mulai meneteskan air matanya.
“Apa yang akan Noir lakukan kepada gadis itu? Aku rasa dia pantas di bunuh.” Ucap Sofiya dengan ketus tanpa memperdulikan kebenarannya.
Wanita paruh baya dengan dress hitam itu duduk di sofa dengan kaki bersilang dan dia tangan terlipat di depan perutnya.
“Bagaimana jika gadis itu dijebak?” tanya Yelena yang kurang suka berburuk sangka tanpa ada kebenaran yang jelas.
Sofiya tak bereaksi, dia mengenal putrinya itu. “Ya, lebih baik kau istirahat saja.” Ucap Sofiya yang tak ingin melanjutkan perbincangan nya lagi.
Wanita paruh baya itu menatap ke Ganev menantunya dengan menggerakkan sedikit kepalanya menyuruh pria itu membawa Yelena pergi ke kamar.
“Ayo sayang! Aku akan mengantarmu!” ucap Ganev tersenyum lebar menatap istrinya dan mendorong kursi rodanya pelan.
Yelena sendiri faham. Terkadang dia merasa tak enak sendiri karena ucapannya yang selalu positif thinking terhadap siapapun membuatnya merasa bersalah. Padahal itu sifat yang baik bukan.
***
Beberapa jam berlalu usai makan malam.
Tidak ada siapapun di meja makan Mansion Lev. Mereka semua sibuk dengan urusan masing-masing, kecuali Yelena yang terkadang menyempatkan diri untuk makan di meja makan sendirian.
Sementara di ruang bawah tanah sendiri, Disha terkejut saat seseorang membuka pintu hingga beberapa pria berkaos hitam masuk dan langsung membawanya paksa.
“Lepaskan aku!” ronta wanita itu namun masih tidak didengarkan.
Sungguh! Dalam keadaan mengenakan tank-top putih dan celana panjang, Disha sudah terlihat berantakan.
Bersamaan dengan itu. Yoanna yang baru saja tiba setelah bersenang-senang di luar. Wanita itu cantik berkulit putih dengan mata biru itu menatap dengan kerutan alis. “Siapa wanita itu?” gumam Yoanna terheran.
Bruakk! Ya! Mereka mendorong Disha masuk ke ruangan lain yang lebih mencengangkan ketika seorang Noir Mortelev ada di ruangan tersebut.
Kini di ruangan yang serba warna gelap nan luas. Disha yang tadinya tersungkur dengan cepat dia berdiri hingga menatap ke arah pria kekar di depannya.
Tak tahu lagi harus berbicara apa saat Disha berhadapan langsung dengan sosok pria yang diduga seorang bos. Wanita itu terlihat panik.
“Di- dimana jasad kakak ku?” tanya Disha memberanikan diri untuk bertanya soal itu di situasi saat ini.
Mendengar pertanyaan itu, Noir masih menatap datar dan dingin, lalu menoleh meriah segelas beer untuk di teguknya. “Aku membuangnya.” Jawab Noir hingga Disha tertunduk sedih.
“Dia tidak bersalah! Aku... ” Tak bisa melanjutkannya lagi, Disha sungguh kebingungan ketika tidak ada satupun yang mempercayainya di sana.
Sementara Noir memperhatikannya dengan seksama. Sorot tajamnya menunjukkan bahwa dia teringat akan istrinya dan itu membuat Noir berpaling menahan emosinya.
“Dua peluru ada di kantong mu— ”
“Itu bukan milikku! Sudah aku bilang, aku tidak membunuhnya, aku tidak membunuhnya— ”
“LALU KENAPA KAMU BERADA DI SANA DENGAN PISTOLNYA? JIKA KAMU TIDAK MEMBUNUHNYA, KENAPA SEMUA BUKTI MENGARAH KEPADAMU??” sentak Noir yang benar-benar terpancing emosi hingga pria itu kembali tenang saat dia memalingkan wajahnya dari Disha.
“Apa yang akan kamu lakukan? Bukankah aku sudah mengatakannya kepada anak buahmu Tuan?” ucap Disha sedikit angkuh meski sejujurnya dia takut.
Noir menyeringai kecil mendengarnya. Tentu saja, Falco sudah memberitahunya, bahkan memori milik Disha yang ditemukan juga sudah dia lihat.
“Ucapanmu menunjukkan semuanya, dan itu sangat memudahkan ku!” balas Noir melangkah maju membawa segelas beer tepat di hadapan Disha.
Saat Noir menatapnya lekat. Oh, betapa buruknya penampilan wanita cantik di depannya saat ini. Disha mencoba untuk tidak menatapnya namun Noir mencengkram rahangnya dan memaksanya meminum beer itu hingga Disha meminumnya.
Bruss!!
Ya! Wanita itu menyemburkan nya hingga mengenai kemeja hitam pria itu.
“Berikan aku bukti yang jelas jika aku memang pembunuh wanita itu.” Tantang Disha.
Noir menatap malas berbalik membelakanginya dan menoleh ke kanan sehingga garis wajahnya terlihat jelas betapa mancungnya pria itu.
“Akan aku berikan bukti yang kamu minta. Dan pada saat itu juga— Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!” jelas Noir tanpa banyak bicara lagi.
Ucapan yang membuat Disha terdiam dengan napas panjang nan pasrah.
“Jika aku terbukti tidak bersalah ketika semuanya sudah terjadi. Maka aku akan membuat mu menyesalinya Tuan Noir.” Balas Disha dengan mata berkaca-kaca.
Noir mendengarnya, namun dia tidak berbalik dan masih menatap lurus dengan angkuh.
Tentu saja dia sudah mendapatkan bukti yang memperjelas bahwa kematian istrinya karena tembakan yang Disha lepaskan. Sementara untuk luka memar, ada sosok lain lagi di baliknya.
yohana selingkuh sm ganev..
klu sampai noir tahu bgmn reaksi nya coba 😀😁🫢🤭
Disha mulai berani sm noir krn merasa sdh tahu kebenaran nya..siapa yg membunuh teodora..
apakah teodora selingkuh jg?
dan apa tujuan noir melibatkan Disha?
author jwb donk 😍😂😀🫢🤭