> "Rei Jaavu, apakah anda siap meninggalkan dunia ini dan pergi menuju negeri impian anda sekarang?"
"Jepang? Beneran aku bisa ke Jepang?"
> "Jepang? Ya, Jepang. Tentu saja."
Kata-kata itu muncul di layar laptop Rei, seperti tawaran menggiurkan yang nggak mungkin ia tolak. Sebuah sistem bernama "AniGate" menjanjikan hal yang selama ini cuma ada di dalam imajinasinya. Jepang klasik, negeri isekai, atau bahkan jadi tokoh kecil di dalam novel klasik yang selalu ia baca? Semua seperti mungkin. Ditambah lagi, ini adalah jalan agar Rei bisa mewujudkan impiannya selama ini: pergi kuliah ke Jepang.
Tapi begitu masuk, Rei segera sadar... ini bukan petualangan santai biasa. Bukan game, bukan sekadar sistem main-main. Di tiap dunia, dia bukan sekadar 'pengunjung'. Bahaya, musuh, bahkan rahasia tersembunyi menghadangnya di tiap sudut. Lebih dari itu, sistem AniGate seolah punya cara tersendiri untuk memaksa Rei menemukan "versi dirinya yang lain".
"Sistem ini... mempermainkan diriku!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RE-jaavu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Tanpa Cinta: Bagian 1
Bagian 1: Selamat Datang di Dunia Impian
Aku membuka mata, dan hal pertama yang kulihat adalah langit biru jernih di luar jendela kaca besar. Suara burung-burung yang bercicit di kejauhan terdengar lembut, dan angin sepoi-sepoi masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka.
Aku bangkit dari tempat tidur, memerhatikan ruangan di sekitarku. Tempat tidur rapi, meja belajar yang dipenuhi buku, dan poster pemandangan gunung Fuji di dinding.
“AniGate, ini… di mana?” tanyaku, suara masih terdengar serak.
> “Selamat datang di dunia baru, Rei. Kali ini, Anda memerankan seorang mahasiswa Jepang bernama Takuto Ishigami. Selamat menikmati kehidupan kampus Anda di Universitas Kouyou.”
Aku terdiam sejenak. "Tunggu, tunggu. Mahasiswa? Jepang? Apa aku... benar-benar di universitas Jepang sekarang?"
> “Benar sekali. Apakah Anda terkesan?”
Aku memandang ke luar jendela, melihat halaman kampus yang megah dengan mahasiswa yang lalu-lalang. Mataku membulat. Semuanya tampak begitu nyata. Aku mengusap wajahku, mencoba memastikan aku tidak bermimpi.
“Seriusan, nih? Tentu saja aku terkesan. Tapi kenapa kau tiba-tiba baik hati? Biasanya kau mengirimku ke dunia aneh penuh konflik dan masalah.”
> “Sistem ini dirancang untuk menyesuaikan perkembangan Anda. Kami memahami bahwa ini adalah salah satu impian Anda. Jadi, mengapa tidak memberikannya sekarang?”
Aku mendengus pelan, merasa sedikit curiga. “Kau berbicara seolah ini adalah hadiah. Apa ada jebakan lagi kali ini?”
> “Tentu saja tidak."
“Tidak?” ulangku, tidak percaya.
> “Baiklah, mungkin sedikit. Anda memiliki misi, seperti biasa.”
“Ah ya, tentu saja begitu,” gumamku, menekan rasa frustrasi. “Apa misinya kali ini?”
> “Anda harus menjalin hubungan romantis dengan target cinta Anda. Misi ini harus diselesaikan dalam waktu dua bulan. Kegagalan tidak diterima.”
Aku mengerutkan kening, merasa darahku mulai mengalir lebih cepat. “Menjalin hubungan romantis? Maksudmu... pacaran?”
> “Benar sekali. Sebagai catatan, target cinta Anda akan segera teridentifikasi dalam waktu dekat. Bersiaplah untuk menjalankan peran Anda dengan baik.”
Aku tertawa kecil, meskipun tanpa rasa humor. “Tentu saja. Kenapa aku nggak memprediksi ini bakal terjadi? Kau benar-benar suka mempermainkan aku, ya.”
> “Itu bukan niat saya. Namun, apakah Anda benar-benar ingin menghabiskan waktu dengan mengeluh? Anda sekarang memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan kampus impian Anda. Tidak semua user mendapat kesempatan ini, kalau Anda tahu.”
Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Baiklah. Dunia ini terlihat lebih damai dibandingkan dunia sebelumnya. Jadi, mungkin aku harus bersyukur.”
> “Sikap positif akan membantu Anda, Rei. Selamat menikmati hari pertama Anda.”
Dengan itu, suara AniGate menghilang, meninggalkan aku dengan pikiran yang bercampur aduk.
...****************...
Aku berjalan menuju aula orientasi, melewati taman kampus yang luas. Pohon sakura berjajar di sepanjang jalan setapak, memberikan nuansa yang indah dan menenangkan. Di sekelilingku, mahasiswa lain berjalan dengan santai, beberapa berbicara sambil tertawa kecil.
“Ini benar-benar seperti mimpi,” gumamku sambil memandangi gedung-gedung kampus yang megah. Aku menarik nafas, membuangnya, lantas tersenyum lebar.
Namun, rasa kagumku segera digantikan oleh gugup ketika aku tiba di aula. Aula itu penuh sesak dengan mahasiswa baru, semuanya tampak sibuk berbicara atau mencari tempat duduk. Aku menghela napas panjang, lalu mencari tempat kosong di barisan belakang.
Baru saja aku duduk, seorang gadis manis dengan rambut panjang hitam dan wajah yang anggun duduk di kursi di sebelahku. Dia menatapku sekilas, lalu tersenyum kecil.
“Kau mahasiswa baru juga?” tanyanya, suaranya lembut penuh dengan keyakinan.
Aku hanya mengangguk, merasa sedikit canggung. “Iya. Kau juga?”
Dia mengangguk. “Jurusan apa?”
“Sastra Jepang,” jawabku singkat.
Dia tersenyum lagi. “Ah, jurusan yang menarik. Aku di Psikologi.”
Aku hendak bertanya lebih banyak, tetapi pembicara di panggung mulai berbicara, mengalihkan perhatian kami.
...****************...
Setelah orientasi selesai, aku keluar dari aula dengan langkah santai. Namun, suara AniGate tiba-tiba muncul di pikiranku.
> “Perhatian, Rei. Target cinta Anda telah teridentifikasi.”
Aku hampir tersandung. “Apa?! Sekarang banget, nih? Siapa?”
> “Target Anda adalah Sayuri Kanzaki, mahasiswa Psikologi yang baru saja Anda temui di aula tadi.”
Aku mematung di tempat. Gadis yang duduk di sebelahku tadi... adalah target cintaku?
“Serius? Kau pasti bercanda.”
> “Sistem ini tidak dirancang untuk bercanda. Tugas Anda adalah mendekati Sayuri, menyatakan perasaan Anda, dan menjalin hubungan yang autentik. Anda memiliki waktu dua bulan.”
Aku merasa seperti petir menyambar kepalaku. Tapi sebelum aku sempat memproses semuanya, suara seseorang memanggilku dari belakang.
“Takuto-kun?”
Aku berbalik dan melihat Sayuri berdiri di sana, tersenyum kecil.
“Aku tidak sempat tahu namamu tadi,” katanya. “Bolehkah aku tahu?”
Aku mencoba menenangkan diri, lalu tersenyum kecil. “Aku Takuto Ishigami.”
“Sayuri Kanzaki,” balasnya sambil mengulurkan tangan.
Kami berjabat tangan sebentar, lalu dia melanjutkan, “Senang bertemu denganmu. Semoga kita bisa berteman baik.”
Aku hanya bisa mengangguk, meskipun pikiranku berputar-putar. “Dia targetku?” gumamku pelan, mencoba memproses kenyataan aneh ini.
> “Selamat menjalankan misi, Rei. Kami yakin Anda akan berhasil.”
Aku hanya bisa mendesah pelan.
aku mampir ya 😁