Ayana Amalia seorang gadis berusia 19 tahun yang masih kuliah rela mengorbankan rahimnya untuk mengandung dan menjadi ibu surogasi anak dari seorang pasangan kaya raya untuk menebus hutang keluarganya dan mengobati penyakit ibunya,
namun kesalahan datang Proses ibu surogasinya gagal Ayana malah terikat cinta dengan tuannya hingga mengandung anak tuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nenahh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bak istana
Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang kebetulan suasana jalan tidak terlalu ramai seperti biasanya, didalam mobil yang berisikan 3 orang itu, sepasang kekasih duduk di depan sedangkan gadis asing itu duduk sendiri dibagian belakang.
Bersandar pada kaca mobil menatap pepohonan yang dilewati, Entah apa yang gadis itu pikirkan meratapi nasib menjadi ibu surogasi atau memikirkan keadaan ibunya.
tuhaaaan, apakah akan ada pelangi di akhir perjalananku hingga aku harus menempuh jarak yang sulit, pundakku begitu rapuh untuk memikul beban ini, aku hanya berharap untuk kesehatan ibuku tolong jaga jantung hatiku, ibu bagaikan malaikat untukku.
di gerbang utama rumah itu satpam membukakan pintu gerbang, ayana baru terjaga dari lamunannya ia tercengang melihat rumah mewah yang akan dia tempati.
Mobil-mobil mewah dan antik terparkir pada tempatnya bunga-bunga berbagai macam tertata dengan rapih. Ya itu lah rumah Ilham Abuzar pengusaha muda tersukses dikota ini.
di dalam rumah Ayana sudah di sambut oleh beberapa asisten rumah tangga yang bekerja, mereka memperkenalkan diri masing-masing, sedangkan Marta memperkenalkan Ayana kepada mereka sebagai asistennya pribadinya.
"ini kamar mu ya Ayana" ucap Marta sambil menunjukan ruangan-ruangan yang ada di dalam rumah itu.
"Waaah, mbak kamarnya bagus banget, besar lagi, apa ini ga berlebihan untukku?."
"ngga dong, semua kamar di rumah ini sama seperti ini, sekarang kamu istirahat ya, kalo kamu butuh apa-apa telpon mbak aja ya?."
"Oke mbak," Ayana tersenyum.
Ayana membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sangat nyaman,
"aaaaaa,, nyamannya kasur ini" Ayana menggulingkan badannya ke kiri dan ke kanan,
"Ini rumah apa istana ya begitu besar dan mewah" lagi-lagi dia berbicara dengan dirinya sendiri sembari menatap langit-langit dan dinding kamarnya.
"Pasti kamar mbak Marta lebih mewah dari ini"
Kamar marta dan Ilham ada di lantai satu sedangkan kamar Ayana berada di lantai dua, karna tempat ternyaman dengan balkon dan pemandangan indah itu terdapat di kamar Ayana
Agar Ayana nyaman tinggal dirumah ini.
Kamar yang besar dilengkapi sofa panjang yang menempel pada jendela besar, kamar mandinya pun besar ada bathtub dan juga ada walk in closetnya, di balkonnya ada set sofa dan mejanya dan ada ayunan dari rotan untuk bersantai,
dari balkonnya terlihat pemandangan pusat kota, dan juga langsung mengarah ke taman yang dilengkapi kolam renang di lantai bawah.
Ruang untuk para asisten dirumah ini pun terpisah oleh rumah utama mereka terdapat di belakang rumah.
"Kruuuk kruuuu" suara cacing di perut Ayana.
Duuuh aku laper banget apakah orang-orang ini lupa untuk memberiku makan, apa mereka tidak lapar, apa mereka tidak memiliki cacing diperutnya.
Baru saja ia turun menuruni tangga terlihat sepasang kekasih itu keluar dari kamarnya saling berpegangan tangan.
"eh Ayana, mbak baru aja mau mengantar makanan untuk kamu."
"Hehe gapapa mbak, kita makan sama-sama aja."
Di meja makan sudah tersaji berbagai macam makanan lezat menggugah selera, seperti makanan yang ada di restoran bintang 5, yaa memang begitu ini lah rumah seorang CEO ternama.
Mereka bertiga duduk dibangku makan mewah,
Ilham duduk di samping Marta sedangkan Ayana duduk di samping Marta,
Sama sekali tidak ada satu katapun yang keluar dari mereka semuanya menikmati makanan masing-masing, sedangkan Ilham matanya sesekali menatap ke arah Ayana, membuatnya tidak nyaman makan dengan orang-orang asing ini.
Setelah makan Ayana membereskan piring-piring ke dapur.
"apa yang kamu lakukan, ini bukan tugas mu biarkan bu Aan yang membereskan" Marta terkejut melihat Ayana membereskan piring kotor.
"Sudah mbak gapapa ko aku udah biasa dirumah"
"Ya sudah mbak tinggal dulu ya, habis itu kamu istirahat ya?." Marta pergi meninggalkan Ayana dan suaminya yang masih sibuk dengan handphone nya.
Ilham menengok ke arah Ayana, dan memperhatikannya ternyata gadis itu sedang mencuci piring,
apa yang gadis itu buat, mengapa di repot-repot melakukan pekerjaan itu 6 tahun aku menikah dengan Marta belum pernah aku melihat markas melakukan pekerjaan rumah bahkan hanya untuk mencuci piring bekas dirinya makan pun tidak pernah.
"heeyy apa yang kamu lakukan," Ilham menarik tangan Ayana seolah membuat perintah untuk berhenti mencuci piring.
"eh enggak pak, ini cuma sedikit ko"
Ilham terus menarik tangan Ayana menuntunnya ke meja makan,
"Duduk" perintah Ilham.
Ayana hanya terdiam dan menuruti perkataan Ilham, dia takut pria di hadapannya marah.
"nih keringkan tangan mu," mengambilkan beberapa lembar tissu.
Ayana masih tidak berkata apa-apa
"Nih jangan lupa pake hand sanitizer."
ada apa dengan pria ini, aneh banget padahal kan sabun cuci piring aja sudah bersih.
" te, terima kasih pak" ucap Ayana canggung.
"sampai kapan kamu akan memanggilku dengan sebutan bapak , emang aku terlihat tua ya haha," senyum menyeringai.
"emmmm, Saya pergi dulu ya pak terima kasih atas bantuannya" ucap aYana meninggalkan Ilham.
pria itu pun tersenyum melihat langkah Ayana sampai gadis itu menghilang dari pandangannya.
entah apa yang pria sudah beristri itu rasakan, sepertinya dia mulai menyimpan rasa pada gadis itu.
malam telah larut penghuni rumah itu pun di dalam kamarnya masing-masing.
dan para pekerja pun sudah tidak berada di rumah utama lagi.