NovelToon NovelToon
Cantik-cantik Pelakor

Cantik-cantik Pelakor

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen School/College
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vina Melani Sekar Asih

Namaku Delisa, tapi orang-orang menyebutku dengan sebutan pelakor hanya karena aku berpacaran dengan seseorang yang aku sama sekali tidak tahu bahwa orang itu telah mempunyai pacar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vina Melani Sekar Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Delisa merasa lega karena setelah seminggu, Ajeng dan teman-temannya berhenti mengganggu. Tapi, hidup Delisa tidak benar-benar tenang. Popularitasnya melonjak tajam di sekolah, dan gosip tentang dirinya dan Galih masih ramai dibicarakan. Saat ini, hampir setiap hari ada saja yang memperhatikannya dengan rasa penasaran. Bahkan guru-guru mulai mengenalinya dengan komentar-komentar aneh.

“Wah, Delisa, kamu ini artis sekolah ya?” kata Bu Ani di depan kelas sambil tersenyum geli. Sementara teman-teman Delisa tertawa kecil, Delisa hanya bisa tersenyum kaku sambil berharap bisa menjadi “siswa biasa” lagi.

Setiap kali Delisa bertemu dengan Azka, hubungan mereka juga jadi bahan gosip. Sebenarnya, ide untuk berpura-pura pacaran dengan Azka terasa konyol, tapi setidaknya berhasil membuat tuduhan 'pelakor' berkurang. Terlebih lagi, sekarang ada rumor baru yang mengatakan bahwa Delisa adalah “cewek populer” yang mampu menarik perhatian dua orang sekaligus.

Di kantin, Delisa dan Caca sedang makan siang sambil mendengar suara-suara gosip dari meja lain.

“Lo lihat gak, tadi Azka dan Delisa jalan bareng ke perpustakaan?” bisik seorang siswi di meja sebelah.

“Duh, Delisa! Lo ternyata memang selebriti ya,” ledek Caca sambil tertawa kecil. “Gimana rasanya jadi cewek paling dicari?”

Delisa memutar matanya, menghela napas panjang. “Ca, aku gak pernah nyangka hidupku jadi drama begini. Kalau ada audisi jadi pemeran utama sinetron, aku daftar, deh.”

Caca tertawa, lalu tiba-tiba wajahnya berubah serius. “Eh ngomong-ngomong, Azka kan udah bantuin lo. Apa gak ada rasa beneran dikit gitu?”

Delisa menggigit dan berpikir. Azka memang selalu ada untuknya, bahkan sejak mereka kecil. Tapi, setiap kali Delisa merasa mungkin ada perasaan lebih, Azka melakukan sesuatu yang... yah, membuat Delisa merasa ingin melempar sandal ke arahnya.

Di tengah pembicaraan mereka, Azka tiba-tiba muncul dan langsung duduk di sebelah Delisa dengan santai.

“Nih, tadi gue beliin minuman buat lo,” kata Azka sambil menyerahkan botol minuman.

Delisa tersenyum dan berduka, tapi tiba-tiba Azka berkata, “Oh, tapi bayar balik ya, Sa. Gue lagi ngirit nih.”

Delisa yang tadinya merasa terharu langsung merengut. “Lo gak bisa traktir gue sekali aja ya?”

“Hey, kalau lo mau traktir beneran, gue juga ikutan loh,” timpal Caca dengan nada bercanda.

Azka tertawa. “Santai aja, nanti kalo gue udah jadi orang kaya, gue traktir kalian satu sekolahan.”

“Ya ampun, cita-cita lo mulia banget Ka,” jawab Delisa sambil tersenyum sinis.

Mereka tertawa, tapi kemudian Azka mendekati wajahnya ke arah Delisa dengan serius. “Eh, ngomong-ngomong, lo masih mau pura-pura pacaran sama gue gak? Kalo iya, kita harus membuat strategi biar lebih realistis.”

Delisa hanya bisa mengangguk sambil menahan tawa melihat Azka yang tiba-tiba serius.

“Nah, rencananya, setiap pulang sekolah, lo harus jalan bareng gue, terus kita ngobrol di depan kelas dengan memecahkan dalam-dalam. Supaya mereka lihat kita emang kayak beneran pacaran,” kata Azka serius sambil memegang dagunya, berlagak seperti detektif.

Delisa tertawa terbahak-bahak. “Kak, dramanya banget sih kamu! Gue mau pacaran pura-pura, bukan syuting film romantis.”

“Hanya itu!” jawab Azka dengan nada bercanda.

“Pokoknya, kita harus membuat semua orang percaya.”

...****************...

Keesokan harinya, Azka dan Delisa benar-benar menjalankan “rencana mereka”. Setiap kali lewat di koridor, Azka selalu jalan sambil menggandeng Delisa seperti di film-film. Sesekali dia menoleh dan berkata dengan nada berlebihan, “Sayang, jangan capek ya. Kalau kamu capek, aku ada di sini buat kamu.”

Teman-teman yang melihatnya langsung tertawa atau berkomentar dengan suara geli. Bahkan ada beberapa yang ikut-ikutan bilang, “Wah, pasangan romantis banget, nih!”

Caca yang melihat kejadian itu tidak bisa menahan tawa. “Duh, ini bukan kayak pacaran, tapi kayak drama komedi,” bisik Caca sambil memegangi kotoran karena tertawa terlalu keras.

Namun, meski mereka berpikiran lucu, gosip tentang hubungan Delisa dan Azka makin ramai. Bahkan, Ajeng pun sempat menatap mereka berdua dengan aneh ketika bertemu di kantin. Ajeng memang tidak menyerang Delisa lagi, tapi suaranya tetap tajam, seolah berkata, “Hati-hati aja kamu.”

Suatu hari, saat jam istirahat, Delisa sedang duduk di taman sekolah, Azka tiba-tiba muncul dan duduk di sebelahnya dengan membawa seikat bunga plastik berwarna-warni.

Delisa memandang bunga itu dengan bingung. “Ka, seriusan, bunga plastik?”

Azka tersenyum lebar. “Iya, gue kan hemat, Sa. Lagian bunga plastik lebih awet kan?”

Delisa hanya bisa menahan tawa sambil menahan kepala. “Lo benar-benar aneh, ya.”

Azka mendekat dan berbisik, “Nah, kalau kita bikin momen romantis kayak gini, pasti gosipnya makin seru. Siapa tahu, kita malah jadi idola sekolah.”

Delisa hanya bisa tertawa. “Idola sekolah? lebih kayak lawakan sekolah!”

Namun, ternyata rencana Azka memang berhasil menarik perhatian. Banyak siswa yang mulai mendekati Delisa dan bertanya tentang hubungan mereka dengan penuh rasa penasaran. Ada yang bahkan meminta tips soal “pacaran yang hemat”.

Delisa mulai terbiasa dengan semua keanehan ini. Tapi, di sisi lain, dia mulai merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya setiap kali bersama Azka. Meski Azka sering konyol, Delisa menyadari bahwa ada perasaan nyaman yang muncul. Setiap kali dia tersenyum atau tertawa karena lelucon aneh Azka, ada rasa hangat yang membuatnya tidak ingin jauh darinya.

Suatu sore sepulang sekolah, Delisa dan Azka sedang berjalan berdua menuju gerbang sekolah. Azka yang biasanya ceria tampak sedikit murung, yang membuat Delisa merasa khawatir.

“Ka, lo kenapa sih?” tanya Delisa sambil menatap Azka.

Azka menghela napas. “Gue cuman mikir aja. Kita udah pura-pura pacaran selama seminggu, tapi lo gak pernah beneran bilang kalo lo suka sama gue.”

Delisa tertegun, tidak menyangka Azka akan menanyakan hal itu. Dengan canggung, dia menatap ke arah lain sambil tersenyum tipis. “Iya, karena kita cuma pura-pura, kan?”

Azka tiba-tiba meraih tangan Delisa. “Sa, gimana kalo kita bikin jadi beneran aja?”

Delisa langsung merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia tidak tahu harus berkata apa. Azka memang selalu membuatnya nyaman, tapi mengubah hubungan mereka dari “pura-pura” menjadi “nyata” adalah hal besar.

Azka tersenyum melihat Delisa yang bingung. “Tenang aja, Sa. Gue gak akan maksa. Gue cuman bercanda kok,” katanya sambil tertawa.

Delisa menghela nafas lega, meski ada sedikit kecewa. “Aduh, Azka! Ini benar-benar suka bikin jantung gue copot.” Kemudian Azka hanya tertawa lebar.

Mereka tertawa bersama sambil berjalan menuju gerbang sekolah. Meski hubungan mereka masih penuh keanehan dan drama, Delisa menyadari bahwa hari-hari bersama selalu menyenangkan. Dan meski Azka kadang membuatnya ingin memukulnya dengan buku, Delisa merasa beruntung punya seseorang seperti dia di sebelahnya.

Mungkin saja, drama komedi ini bisa berubah menjadi kisah yang lebih manis di masa depan. Tapi untuk saat ini, Delisa puas dengan kebahagiaan kecil dan keanehan yang mereka jalani bersama.

1
fatin fatin
Aku suka ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!