Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
Tubuh Darrel menegang saat melihat tubuh polos Hope. Walau ia dalam pengaruh obat perangsang yang begitu dahsyat, tapi kesadarannya belum hilang. Darrel tahu isterinya ini belum pernah di jamah oleh siapapun juga. Itu sebabnya dia bersikeras mati-matian untuk tidak langsung menyerang Hope. Darrel akan melakukannya dengan perlahan-lahan.
Ia tidak bisa lagi menghindar untuk tidak menyentuh perempuan ini. Lagipula mereka adalah suami istri. Bukan seperti dirinya melecehkan seorang wanita. Dia belum pernah meminta jatahnya, jadi malam ini anggap saja dia meminta jatah. Darrel tahu bahwa suatu hari nanti mereka tidak bisa menghindari kegiatan panas di atas ranjang.
Darrel menyeringai ketika melihat Hope menutupi aset atas bawahnya dengan tangannya. Wajah merah wanita itu membuat keinginannya untuk menyentuh makin berkobar-kobar.
Darrel meraih dagu Hope agar wanita itu balas menatapnya.
"Tatap aku, ini perintah." gumamnya. Hope mau tak mau menuruti titah suaminya. Menatap wajah lelaki itu. Tangannya masih setia menutupi aset pribadinya. Jantungnya berdegup sangat kencang.
Ini pertama kalinya Hope tak memakai apapun di depan suaminya. Ia malu luar biasa. Apakah malam ini mereka benar-benar akan melakukannya? Seperti yang dikatakan oleh Darrel tadi. Suaminya yang tampan dan berkharisma.
"Aku ingin kamu malam ini," ucap Darrel setengah berbisik. Lalu di ia menyingkirkan tangan Hope yang masih menutupi aset pribadi wanita itu. Memegangi kedua tangannya dan matanya fokus ke dada Hope yang berisi dan kencang.
Darrel menelan ludah. Hope biasanya mengenakan kaos kebesaran dan tidak pernah bergaya modis. Darrel tidak pernah menyangka istrinya akan secantik ini saat tak memakai apa-apa. Jauh lebih cantik dari wanita-wanita di luar sana yang mengenakan make-up tebal dan pakaian mahal mereka.
Tangan Darrel perlahan naik, menyingkirkan tangan Hope yang menutupi bagian dadanya, lalu menyentuh belahan dada sang istri. Hope menahan napas. Jemari Darrel bergerak perlahan, menimbulkan rasa geli. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat ketika jemari suaminya bermain di sana.
"Di sini sudah keras," gumam Darrel seperti orang mabuk. Sesaat kemudian ia memajukan wajahnya dan mulutnya ikut bermain di sana.
"Eung ..." Hope melenguh. Getaran yang sangat aneh dia rasakan di sekujur tubuhnya.
Hampir dua menit Darrel bermain di sana lalu berpindah ke bibirnya. Bibir yang keras dan dingin itu menyentuh bibirnya, Darrel memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas. Menggilasnya tanpa ampun. Sampai Hope merasa sesak dan memukul-mukul lengannya barulah pria itu berhenti.
Napas keduanya tersengal-sengal. Darrel menatap sang istri yang malu bukan main akibat ulahnya. Tapi Darrel tak berhenti sampai di situ saja. Ia menggunakan kesempatan itu untuk menggapai daerah yang paling sensitif di tubuh Hope. Menggosokkan jemarinya di sana dengan tekanan yang cukup kuat.
"Mas!" Hope terbelalak. Tangannya menahan kuat lengan Darrel. Itu terlalu mendadak dan dia kaget.
"Kau istriku. Kita menikah secara sah. Kalau aku mau menyentuhmu, itu wajar." ucap Darrel.
"Tapi kita ..."
"Tidak saling mencintai?" sambung Darrel tersenyum sinis. "Tidak penting. Aku juga melakukan ini bukan karena kau istimewa atau aku mencintaimu. Kalau bukan karena obat sialan ini ... Nikmati saja."
Tak mau berlama-lama lagi, Darrel pun mengangkat tubuh polos Hope dari atas meja, membawanya ke tempat tidur dan membaringkan wanita itu ke kasur besar mereka. Lalu menurunkan resleting celananya dan menindih Hope.
Darrel mendesakkan dirinya ke dalam tubuh Hope. Ia menggertakkan giginya, mencoba menahan gairahnya yang begitu kuat, mencoba meredakan dorongan untuk menerjang dan menenggelamkan tubuhnya dalam-dalam secara kasar.
Isterinya masih perawan. Darrel mengingatkan dirinya lagi. Masih ada penghalang yang seolah mencoba menahan Darrel memasukinya. Pria itu mendesak maju. Ia menahan pinggul Hope yang bergerak-gerak akibat dorongan yang dia buat di dalam wanita itu. Darrel terus mendorong miliknya sampai penghalang itu terlepas dan ia mendengar pekikan kencang Hope disertai cakaran di lengannya, mencoba mendorongnya untuk berhenti.
Tapi tidak. Darrel tidak akan berhenti. Ia membiarkan Hope terus mencakarnya sementara pinggulnya mulai bergerak maju mundur.
"Ahh ... Sa ... Sakit mas ... Berhentilah. Aku m .. mohon ... Ma ... s ..." Hope terus memohon. Sudut matanya mengeluarkan air.
Seolah tak mendengar permintaannya, suaminya tetap bergerak di dalamnya. Sampai Hope pasrah. Ia tidak tahu pertama kali melakukan ini rasanya akan sangat perih. Namun rasa perih itu berganti dengan sebuah kenikmatan yang tidak bisa ia jelaskan.
Hope merasa dirinya seakan melayang. Apa ini? Cakarannya di bahu dan lengan Darrel berhenti. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat menahan suara memalukan itu keluar dari mulutnya.
"Hhhh ..." sebuah erangan nikmat pun keluar dari mulutnya.
Seksi. Sangat seksi. Darrel makin tertantang mendengar erangan kenikmatan isterinya.
"Kau menikmatinya sekarang?" seringai kecil terpampang jelas di wajah tampan Darrel.
Gerakan pria itu makin cepat dan kasar.
"Ahh ..." Hope malu. Tapi ia tidak bisa menahan diri. Tiap kali suaminya menusuk dengan kasar, ia akan mengeluarkan suara tak tertahankan. Untung kamar mereka sengaja Darrel buat kedap suara, jadi tidak ada yang akan mendengar apa yang tengah pasangan tersebut lakukan malam-malam begini.
"Mas aku ... Ah ..." Hope merasakan dirinya seperti ingin pipis.
"Ayo keluar bersama ... Ouch ..." Darrel mengerang kuat. Keduanya mendapatkan pelepasan yang luar biasa bersama. Tubuh Hope menggelinjang hebat.
Apa ini?
Hope bertanya-tanya dalam hati. Rasanya begitu enak, tapi ia masih bodoh dengan urusan begitu. Apa ini yang dinamakan dengan pelepasan? Wanita itu menyadari Darrel sedang menatapnya. Wajahnya kembali bersemu.
Darrel berpindah dari atas tubuhnya dan berbaring di sebelah wanita itu. Hope tidak berani menatap ke arahnya. Apalagi melihat tatapan dingin suaminya.
"Tidurlah," pria itu bersuara datar. Hope membalikan badan membelakanginya lalu tersenyum pahit.
Akhirnya malam pertama di antara keduanya terjadi. Namun tanpa ada cinta di hati suaminya. Hope harus mengubur perasaannya dalam-dalam. Cinta yang tak terbalas itu memang amat menyakitkan. Tapi wanita itu masih bisa tersenyum. Karena dia sudah berjanji akan menjadi istri yang baik untuk suaminya, dia akan memberikan apa saja buat pria itu.
Masalah Darrel mencintainya atau tidak, bukan masalah. Tanpa Hope sadari Darrel terus menatapnya dari belakang. Raut wajah lelaki itu tak terbaca. Ia terus menatap Hope lama dengan perasaan yang campur aduk.
Obat sialan ini ...
Pria itu merasa seperti pria brengsek yang memperkosa seorang gadis perawan. Tak lama kemudian mereka pun tertidur.