Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6_Bekerja Lagi
Typo boleh komen di part-nya ya biar segera author perbaiki
🥕🥕🥕
Pagi hari tiba-tiba Maura bangun dari tidurnya yang begitu nyenyak itu, bahkan dia tidak terbangun sama sekali saking nyenyak nya tidur.
"Ya tuhan udah jam setengah enam!" pekik Maura terkejut karena dia harus berangkat kerja hari ini, namun dia baru teringat kalau status nya sekarang adalah seorang istri.
Dia mencari keberadaan suaminya itu di sekeliling namun tak juga menemukannya.
'Apa mas Bara gak tidur di sini ya?' tanyanya dalam hati.
Tidak mau terlalu berlarut larut akhirnya Maura memutuskan untuk bersiap-siap, baru akan membuka pintu setelah semuanya selesai tiba-tiba pintu terbuka sendiri menampakkan suaminya yang sudah tampan dengan setelan jas nya.
"Mau kemana?" tanya Bara melihat sang istri sudah rapih saja, tapi memang Maura tidak memakai pakaian cleaning service nya karena berada di kantor untuk seragam tersebut.
"Saya mau kerja mas." jawab Maura dengan takut.
"Libur saja, mama minta kita datang ke rumah utama sebentar lagi." jawabnya dengan begitu datar tanpa ekspresi.
Maura yang ingin menolak saja tidak berani karena sikap sang suami yang begitu menakutkan.
Akhirnya mau tidak mau Maura pun mengikuti sang suami untuk ikut ke rumah utama, di mana semua keluarga inti sudah berada di sana.
Sampai di rumah utama begitu terkejutnya Maura melihat rumah yang begitu mewah yang biasa nya dia lihat di televisi sekarang berada di depan matanya.
Orang tua nya memang berkecukupan namun rumah mereka jauh berbeda dengan rumah yang ada di depan mata Maura sekarang.
"Kenapa diam saja, masuk." tegas Bara membuat Maura hanya menurut saja.
"Selamat datang menantu ku." sahut mama Wina yang dari tadi menunggu kedatangan sang anak dengan menantu nya itu.
"I... Iya ma, terima kasih atas sambutannya." tutur Maura masih terlihat kagok untuk memanggil ibu mertua nya dengan sebutan mama.
"Kakak!" teriak Bianca dari lantai dua saat melihat sang kakak dan kakak iparnya sudah sampai.
Gadis itu langsung berlari menuju ke arah Bara, ralat lebih tepatnya ke arah Maura, dia memeluk kakak iparnya dengan begitu erat bahkan Maura hampir saja terjatuh karena pelukan dadakan sang adik ipar nya itu, untung saja Bara yang siap menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Bianca yang sopan." tegas Bara.
"Maaf kak, kakak ipar cantik banget sih." seru Bianca karena sekarang Maura menggunakan gaun yang disiapkan oleh sekertaris suaminya itu.
"Terima kasih."
"Ya udah mending kamu bawa istri mu istirahat ke kamar, pasti kalian masih capek." ucap mama Wina.
Sampai di kamar Maura begitu terkejut melihat kamar yang begitu luas dan juga terlihat simpel namun begitu elegan, rumah orang kaya memang berbeda sekali.
"Saya ada urusan sebentar di luar, kalau mau tidur tidur saja jangan menunggu saya." seru Bara saat hari sudah malam namun pria itu malah pamit kepada Maura.
"Mas mau kemana?" tanya Maura bagaimana pun dia tidak ingin di anggap istri tidak tahu diri.
"Bukan urusan kamu, saya bilang jangan menunggu saya ya jangan." tegas nya lagi kemudian pergi dari kamar tersebut meninggalkan Maura sendirian di sana.
Bara sendiri pergi menuju ke cafe tempat dia bertemu dengan pak jeriko.
"Wah siapa ini? Lama sekali tak bertemu dengan kamu Bara." ucap pak jeriko dengan sindiran tipis tapi Bara tahu bahwa orang di depannya ini sedang menyendiri nya.
Pak jeriko sendiri adalah musuh terbesar di dunia bisnis ini, segala sesuatu akan dia lakukan untuk melancarkan aksinya, dan tiba-tiba Bara mendengar kalau perusahaan pak jeriko mengirimkan proyek kerja sama yang nilainya ratusan triliun.
Namun Bara tidak tergiur dengan uang sebanyak itu, dia malah merasa jijik dengan pria hidung belang dan suka main perempuan itu, padahal juga sudah tua.
"Bagaimana dengan tawaran kerja sama yang aku kirim, kalian mau kan?" ucapnya antusias karena sosok Bara yang di kenal lebih kejam dan pemilih itu meluangkan waktu nya untuk bertemu dengan nya.
"Sebenarnya aku ke sini hanya ingin tahu bagaimana wajah pria tua yang sudah lama tidak ku lihat, ternyata dia semakin tua dan banyak kulit kendur di wajahnya, rasanya aku takut jika harus bekerja sama tapi dia malah pergi duluan ke neraka." ucap Bara begitu terangan tanpa memperdulikan usia karena yang pasti pak jeriko lebih tua dari pada dirinya.
"KAU!" tekan pak jeriko merasa terhina dengan ucapan Bara.
Sedangkan Bara terlihat biasa saja tanpa merasa bersalah dengan ucapannya itu.
"Aku rasa apa yang ingin aku lakukan sudah terpenuhi jadi lebih baik aku pergi." ucap Bara kemudian pergi dari sana di ikuti oleh Max asisten nya.
"Kita ke rumah utama." ucap Bara setelah mereka keluar dari cafe tersebut.
"Baik tuan."
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh dan Bara baru saja sampai di rumah utama, dia segera menuju ke kamarnya, dia melihat wanita yang baru kemarin menjadi istrinya itu sudah terlelap di sofa kamar mereka.
"Sudah ku bilang untuk jangan menunggu ku, tapi tetap saja dia menunggu sampai ketiduran di sini." gumam Bara pelan.
Akhirnya dia pun menggendong Maura ala bridal style menuju ke kasur, setelah menurunkan nya mata Bara tidak bisa teralihkan dari wajah lugu, natural dan cantik milik sang istri.
Perasaan apa yang hadir di dirinya ini, entah Bara pun tidak tahu.
.
Pagi hari Maura sudah bangun, dia sudah bersiap-siap karena dia harus bekerja, tidak mungkin dia cuti setiap hari.
"Mulai bekerja hari ini?" tanya Bara yang juga sudah siap dengan jas nya.
"I... Iya mas, saya takut kalau lama libur." jawab Maura.
"Mau kamu Tidka bekerja pun saya bisa membiayai hidupmu, lagian perusahaan tempat kamu bekerja itu milik keluarga saya." ucap Bara.
Sedangkan Maura dibuat kikuk rasanya, dia bingung harus menjawab seperti apa karena apa yang di katakan sang suami memang benar adanya.
Akhirnya Maura dan Bara pun turun ke bawah dan ternyata semua sudah menunggu mereka.
"Loh Maura mau kemana sayang kok udah rapih aja?" tanya mama Wina melihat sang menantu sudah rapih.
"Maura mau kerja ma, gak enak rasanya kalau Maura libur terlalu lama." jawab Maura dengan nada lembut dan sopan membuat siapapun yang mendengarnya terdengar adem sekali di telinga.
"Loh kenapa bekerja kak? Suami kakak gak bisa nyukupi kebutuhan kakak ya?!" sindir Bianca sambil matanya melirik ke arah sang kakak yang hanya fokus dengan piring di depannya itu.
"Enggak kok, kakak cuma masih pingin kerja nanti kalau udah waktunya kakak bakalan berhenti kok." jawab Maura agar tidak saling sindir menyindir.
Setelah selesai sarapan Maura pun pamit di antar oleh supir, itu pun atas paksaan mama Wina dan sang suami karena Maura menolak untuk ikut bersama sang suami.
Ini adalah hari pertama bagi Maura bekerja dengan status sebagai istri orang, akhirnya dia bisa kembali bekerja lagi.
.
.
Bersambung.....
.bìar cpt jd dan segera launcing bara junior