Kimberly atau dipanggil Lily usia 21 tahun gadis tangguh yang memiliki bela diri tingkat tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata. Mempunyai Alter Ego bernama Emily, orang yang dingin, terkejam tanpa ampun terhadap musuhnya, tidak mempunyai hati. Emily akan muncul apabila Lily dalam keadaan sangat bahaya. Namun konyolnya, Lily mati karena bola susu yang tersangkut di tenggorokannya ketika sedang tertawa terbahak-bahak karena melihat reality show Korea favorit nya.
Lily terbangun di tubuh Kimberly Queeni Carta, pewaris tunggal keluarga Carta, konglomerat no 02 di Negara nya. Mempunyai tunangan bernama Max yang tidak menyukainya dan terang-terangan menjalani hubungan dengan Lolita.
Kimberly sekarang bukanlah Kim si gadis lemah dan penakut seperti dulu. Kimberly menjadi sosok yang menakutkan dan membalikkan penghinaan.
Kimberly bertemu dengan Davian Isandor Dhars, tunangan masa kecilnya yang dingin dan diam-diam selalu melindunginya.
Akankah Lily akan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dave Malu-malu Kucing
Setelah selesai dengan kegiatan pribadinya, Lily keluar dari kamar dan kaget melihat sosok Dave yang sedang duduk santai di sofa mewah ruangan itu. Dave baru saja pulang sekolah, mengenakan seragamnya yang sedikit kusut, namun meskipun begitu, ia tetap tampak tampan seperti biasa.
Di tangan Dave ada sekotak kue donat berwarna-warni dengan berbagai rasa, tampaknya baru dibeli dari luar. Tanpa berpikir panjang, Lily melangkah mendekat, wajahnya langsung cerah begitu melihat kue yang dibawakan Dave.
"Aduh, kamu ini... kenapa nggak kasih kabar dulu? Tiba-tiba datang aja!" kata Lily sambil terkekeh, namun hatinya sangat senang. Ia memandangi Dave yang hanya tersenyum dengan santainya, lalu mengambil kotak kue itu dari tangan Dave.
"Biar seru, kan? Kalau tunggu izin terus juga bosan," jawab Dave sambil duduk tegak dan menunjukkan senyum manisnya. "Aku bawa ini buat kamu, semoga kamu suka."
Lily membuka kotak donat dengan penuh rasa penasaran, dan terlihat beragam rasa dan bentuk donat yang membuatnya semakin gembira. Ia langsung melihat ke arah Dave dengan tatapan bahagia.
"Aku suka banget! Kamu memang perhatian ya... Benar-benar nggak disangka, di tengah kesibukan sekolah kamu sempat-sempat mampir dan bawa kue," ucap Lily sambil tersenyum cerah, mata berbinar.
Dave hanya tersenyum, senang melihat ekspresi Lily yang begitu bahagia. "Kamu kan pacarku, mana mungkin aku biarin kamu sendirian di rumah sakit gini. Kalau udah bawa kue, pasti senang deh!"
Lily merasa sangat dihargai, dan rasa terima kasihnya pun tak terbendung. "Kamu ini paling jago bikin aku senang," ucap Lily sambil menyerahkan sekotak donat ke tangannya dan mulai mencicipi salah satu.
Keduanya pun duduk bersama, menikmati kue yang dibawa Dave.
Dave duduk dengan gaya santai di sofa, menggelengkan kepala seakan kesal sambil berdrama. "Serius deh, aku nunggu sampe jamuran tau! Lama banget sih di kamar mandi!" katanya dengan suara lebay.
Lily yang mendengar itu hanya bisa tertawa mendengar gaya Dave yang dramatis. Tanpa bisa menahan diri, ia membalas dengan mengikuti drama Dave dengan nada serius.
"Mana jamurnya, Dave?" tanyanya sambil menyelipkan senyuman nakal. "Apa kamu nungguin aku sampe tumbuh jamur di sini? Jangan-jangan kamu malah ikutan lepek juga!"
Dave mendengarnya langsung tertawa, menyadari betapa konyol mereka berdua. "Jangan begitu, dong! Aku kan cemas, takut... kamu lama di kamar mandi."
Lily mengangguk dramatis, mencoba terlihat serius meskipun wajahnya tidak bisa menahan tawa. "Ah, ngerti. Kita kan mau menjaga kesehatan, jangan sampai berjamur seperti di hutan!"
Keduanya pun tertawa bersama, saling bercanda dengan santai. Sebuah momen lucu yang membuat suasana semakin hangat di antara mereka berdua.
Lily terus bercerita dengan semangat tentang kejadian yang ia alami di rumah sakit setelah Dave pergi ke sekolah. Ia menceritakan dengan antusias, "Jadi tadi ada ibu-ibu hamil yang ribut sama mertua-nya. Yang hamil itu mau dioperasi, tapi mertua-nya ngotot harus lahir normal! Pas si ibu sakit, suaminya malah diem aja, greget banget, kan?!"
Dave hanya duduk di sampingnya, senyum kecil terukir di wajahnya. Ia mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Lily, menyaksikan ekspresi wajahnya yang selalu berubah-ubah mengikuti alur ceritanya. Dave benar-benar terpesona oleh cara Lily bercerita dengan semangat yang begitu lucu dan menarik, membuat hatinya hangat.
Tanpa sadar, seiring cerita Lily yang semakin hidup, Dave mendekatkan wajahnya ke Lily, menikmati momen kebersamaan ini. Begitu dekatnya jarak mereka, saat Lily sedang asyik berceloteh, akhirnya sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Lily.
Lily terdiam sejenak, tak menyangka akan mendapatkan kecupan itu. Kemudian, spontan ia membalas dengan cepat, memberikan ciuman kecil yang lembut namun penuh rasa. Setelah itu, ia segera melepaskan bibirnya dari Dave, yang tampak sedikit terkejut dan bengong. Dave masih terpaku di depan wajahnya, seolah tak percaya.
Lily tertawa kecil, memandang Dave dengan tatapan nakal. "Heh, kok bengong gitu? Mau lanjut ciuman, ya?" ujarnya dengan tawa ringan, tapi dengan nada menggoda. Ia tahu bahwa meskipun ciuman itu adalah yang pertama baginya, pengalaman masa lalu sebagai wanita dewasa membantunya merasa tenang dalam momen seperti ini.
Dave menggaruk kepala, sedikit malu, tapi tak bisa mengelak dari perasaan bahagia yang memenuhi hatinya. "Eh, ini…ini baru pertama kali nya aku..." tanya Dave dengan ragu.
Lily hanya tersenyum penuh arti dan mengangguk "Aku juga Dave, baru pertama kali... Aaaah Dave, kau mencuri ciuman pertamaku!" ujarnya dengan nada yang seolah marah, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. Meskipun kata-katanya terdengar seperti cemberut, sebenarnya dia merasa sangat senang.
Lily pun menggoda dengan suaranya yang manja, "Tapi... aku sih senang, ya. Ciuman pertama dari kamu, hmm, mungkin nggak terlalu buruk." Ia tersenyum lebar, memberikan kesan bahwa perasaan sebenarnya jauh lebih manis dari kata-katanya yang sedikit bernada nakal.
Dave tersenyum lebar mendengarnya, merasakan bahwa Lily senang meskipun dia bercanda marah. Ciuman pertama itu ternyata membuat hubungan mereka semakin dekat dan istimewa.
Dave memandang Lily dengan ragu, wajahnya terlihat sedikit malu, lalu ia mengeluarkan kata-kata dengan nada yang mengambang, "Lily, kamu...?"
Lily menatapnya dengan penuh tantangan, "Kenapa? Mau lagi?" tanyanya dengan nada menggoda, membuat Dave merasa semakin bingung namun juga tersenyum.
Namun Dave tak bisa menahan rasa malunya, wajahnya mulai memerah sedikit, "Aduh, kamu ini... mesum banget deh, Lily," ucapnya setengah cemas, setengah geli.
Lily hanya terkekeh kecil mendengar responnya, menyadari betul bagaimana suasana di antara mereka mulai terasa lebih intens namun tetap menghibur.
Setelah lama berbincang, akhirnya donat pun habis. Dave yang sudah waktunya pamit terlihat tidak rela. Sebelum ia beranjak pergi, Lily memanggilnya dengan lembut, "Dave..."
Dave berbalik dengan sedikit terkejut, "Ada apa? Apakah kau masih butuh sesuatu?" tanyanya dengan perhatian.
Lily tersenyum nakal dan dengan percaya diri mengangkat tangannya sedikit, "Sini dulu, aku bisikin sesuatu," perintahnya.
Dave, meskipun bingung, mengikuti perintah Lily. Ia mendekatkan telinganya ke bibir Lily, siap untuk mendengar apa yang akan dikatakan. Namun, apa yang ia terima ternyata bukanlah bisikan, melainkan sebuah kecupan hangat di pipinya. Kaget sejenak, Dave membelalak, wajahnya memerah.
Lily melepaskan kecupannya dan tersenyum sambil berkata, "Hati-hati di jalan, jangan lupa nanti malam mimpiin aku," dengan nada menggoda.
Dave terdiam sebentar, wajahnya semakin merah padam. Ia merasa bingung dengan segala perasaan yang bercampur dalam dirinya, antara geli, terkejut, dan senang. Ia akhirnya hanya bisa tersenyum malu, memalingkan wajah sedikit, "M-mau gak aku mimpiin sekarang?"
Namun Lily hanya tertawa kecil, matanya berbinar, menikmati reaksi Dave yang terlihat bingung dan sedikit canggung.
Dave yang masih terkejut dengan kecupan tadi, akhirnya tersadar dan mengangguk pelan. "Oh, iya... aku harus pulang dulu. Jangan khawatir, nanti aku pasti ingat kamu. Sampai ketemu lagi," ucapnya sebelum akhirnya benar-benar melangkah keluar dari ruangan dengan sedikit tersenyum malu, walaupun hatinya senang. Lily yang masih tersenyum mengangguk.
Setelah Dave bilang dari pandangannya, Lily langsung terbahak-bahak. "Hahahahahahhaha" Lily senang sekali melihat berondong tampan nya ini merah malu seperti tomat Mateng.
mantap grazy y
lanjut lagi Thor...