Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31: Bully
Edgar akan pulang karena jam sekolahnya telah selesai, dia membereskan bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.
"Ed, tunggulah di mobil lebih dulu. AKu akan segera menyusul" ujar Razka Dan keluar Dari kelas lebih dulu.
Edgar mengangguk, dia memakai tasnya Dan berjalan menuju pintu kelas. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat dua orang menghadangnya.
"Wah-wah, lihat siapa dia? seorang anak jalanan yang menjadi kaya raya akibat kebaikan hati anak orang kaya," ujar anak seumuran Edgar.
"Yudha, aku tidak ingin berbuat masalah denganmu," ujar Edgar dan berusaha untuk menghindar.
Tiba-tiba saja kedua tangan Edgar di pegang, Edgar memberontak tetapi cekalan kedua orang di sampingnya membuat dirinya tak kuat melawan.
"Karena kau aku tak lagi menjadi murid paling pintar di kelas ini, kau menggeser peringkatku!" sentak remaja di depan Edgar.
"Kalau begitu bersaing lah secara sehat, aku tak ingin mempunyai masalah denganmu. Cukup hasil yang berbicara, bukan seperti ini," ujar Edgar dengan santai.
Tampak teman Edgar yang bernama Yudha menyuruh kedua bawahannya untuk membawa Edgar masuk ke dalam kelas, dia menutup pintu dan bersiap akan memukul Edgar.
"Kau mengambil posisiku menjadi ketua kelas dan juga menggeser peringkat ku," ujarnya.
"Terus aku harus apa? guru yang memilih, saat aku menolak dia memaksa. Bicaralah dengannya, jangan padaku. Aku harus segera pulang sekarang," ujar Edgar dengan malas.
BUGH!
"UHUK!"
Perut Edgar di pukul dengan keras, Yudha sangat keterlaluan karena bermain kekerasan.
Bugh!
Yudha kembali memukul, tetapi tepat di wajah Edgar. Sehingga sudut bibir Edgar terluka, Yudha yang melihat itu pun tersenyum puas.
"Kau beruntung karena Razka selalu memihakmu, biaya sekolahmu pasti di bayar olehnya bukan? dasar lemah! kau hanya anak miskin, bersekolah lah di sekolah yang cocok dengan dompetmu," ujar Yudha dan mendorong kening Edgar dengan jari telunjuknya.
"Cabut!" ujar Yudha dan keluar dari dalam kelas.
kedua tekan Yudha melepaskan Edgar, mereka pun pergi keluar kelas meninggalkan Edgar yang kesakitan.
Edgar berusaha bangun walau perutnya sangat sakit, dia berjalan pelan sambil memegangi perutnya.
Edgar keluar kelas menuju parkiran, tampak sekolah sudah sangat sepi karena yang lain sudah pulang.
Netra Edgar melihat Razka yang sedang menunggu di depan mobil, supir mereka sudah menjemput sehingga Edgar berjalan lebih cepat agar sampai di sana.
"Edgar kenapa kau lama seka ... ada apa denganmu? wajahmu ...,"
Razka panik melihat wajah Edgar yang pucat, sedari tadi Edgar memegangi perutnya ketika berjalan menghampiri Razka.
"Bisakah kau jangan banyak bertanya?" kesal Edgar.
Razka pun mengangguk, dia membantu Edgar memasuki mobil. Mereka kini menuju perjalanan pulang, sedari tadi Razka menatap khawatir pada Edgar.
"Apa ada yang menyebabkanmu seperti ini?" tanya Razka ketika keheningan melanda mereka.
"Aku terjatuh di tangga, tidak papa. Ini hanya luka kecil," ujar Edgar dan memejamkan matanya.
Razka heran, bagaimana mungkin Edgar terjatuh di tangga? padahal kelas mereka berada di lantai satu.
"Kau berbohong?" tanya Razka curiga.
"Tidak, tadi aku ingin ke ruang guru. Hanya saja aku berjalan tidak hati-hati," ujar Edgar tanpa membuka matanya.
Razka mendengus kesal, dia bingung apa yang harus dia katakan pada kakak iparnya nanti?
"Jangan adukan ini pada kak Alea, kau paham Razka!" pinta Edgar sambil membuka sedikit matanya.
"Terus kalo di tanyain aku jawab apa?" tanya Razka.
"Kita jangan pulang ke rumah," ujar Edgar dengan enteng.
Ingin rasanya Razka melempar Edgar dati dalam mobil, anak itu terlalu gampang mencari jalan keluar suatu masalah. Memangnya jika mereka tak pulang, orang rumah tidak khawatir?
"Pak, tolong hentikan mobilnya," pinta Edgar.
"Raz, tolong kau turun dan belikan aku masker disana," pinta Edgar dan menunjuk pedagang masker.
Razka menurut, dia keluar dari dalam mobil untuk membeli masker. Sementara Edgar, dia menikmati sakit perutnya.
"Sakit banget yah den? apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya sang supir dengan raut wajah cemas.
"Gak usah pak, nanti juga sembuh," ujar Edgar dengan sopan.
***
"Edgar belum pulang yah?" tanya Alea pada Ady yang tengah berkutat dengan laptopnya.
"Kayaknya belum, aku belum denger suara Razka juga. Biasanya anak itu selalu heboh," ujar Ady tanpa melepas pandangannya dari laptop miliknya.
Alea penasaran apa yang di lihat Ady, dia sedikit mengintip dan melihat banyaknya jumlah angka.
"Lumayan banyak keuntungan perusahaan mas yah," ujar Alea.
"Tentu saja," seru Ady.
Terdengar suara Razka yang memanggil Amanda, sudah di pastikan kedua remaja itu sudah pulang. Alea pun segera keluar kamar dan mendapati adik serta adik iparnya tengah berjalan ke arah tangga.
"Kalian sudah pulang? Edgar, bisa kau kemari sebentar," pinta Alea.
Edgar mengangguk, dia berjalan menuju Alea dengan masker yang melekat di wajahnya. Hal itu membuat Alea bingung dan terheran.
"Kamu ngapain pake masker?" heran Alea.
"Ehm aku ...,"
Alea akan menggapai masker Edgar, tetapi Edgar malah menjauhkan dirinya.
"Itu kan sekarang banyak virus, nah tadi Edgar udah batuk-batuk. Takut nular sama yang lain, gitu," ujar Edgar.
Alea masih tetap tak percaya, netranya tak sengaja melihat Razka yang berada di belakang Edgar tengah menyilangkan tangannya.
"Dia bohong," begitulah ucapan Razka yang di tujukan oleh Alea walau tanpa suara agar Edgar tidak tahu.
"Kak, aku sangat lelah. Aku ke kamar dulu yah," ujar Edgar dan pamit ke kamarnya.
Alea menatap kepergian adiknya, dia mendekati Razka yang akan menuju kamarnya.
"Raz, sebentar," ujar Alea.
Razka menghentikan langkahnya, dia menatap kakak iparnya dengan senyuman miliknya.
"Kenapa kak?" tanya Razka.
"Apa yang terjadi dengan Edgar?" tanya Alea.
"Aku juga tidak percaya dengan apa yang dia katakan, besok aku akan cari tahu di sekolah. Dia bilangnya sih jatuh dari tangga," ujar Razka.
"Yaudah yah kak, aku ke kamar dulu," pamit Razka dan berjalan menuju kamarnya.
Alea sedikit terdiam, Edgar sangat jarang mengadu tentang apa yang terjadi pada dirinya. Sehingga Alea kesulitan mengerti ada apa dengan adiknya.
Alea memutuskan kembali ke kamar menemani putrinya tidur siang, dia pun memasuki kamarnya dan melihat Ady yang tengah memegang sesuatu.
"Ini kartu nama siapa Al?" tanya Ady.
Alea kembali menutup pintu, dia mendekati Ady dan mengambil kartu nama itu.
"Tadi saat di resto ...,"
Alea menceritakan apa yang terjadi, Ady tapak mengerutkan keningnya ketika mendengar penjelasan Alea.
"Kamu udah pastiin jika orang ini yang mencelakai wanita itu?" tanya Ady.
"Tidak, aku hanya mendengar suaranya saja," ujar Alea.
Tatapan mereka tertuju pada TV kamar yang menyala, disana di siarkan berita live tentang kejahatan.
"Pemirsa, kembali di kejutkan oleh berita yabg hampir menewaskan remaja wanita. DI kabarkan, remaja tersebut meminum minumannya dan langsung kejang-kejang. Kami akan mewawancarai sahabat korban,"
"Nona, apakah anda sahabat dari korban?" tanya reporter tersebut pada wanita yang tengah menangis.
"Iya, dia sahabatku," ujar wanita itu.
Alea tampak membulatkan matanya, dia menatap kartu nama dan kembali menatap wanita itu.
"Dia mas, dia yang punya kartu nama ini," seru Alea.
"Ady tertuju pada foto milik korban yang di siarkan di TV, netranya tampak membulat dan menatap Alea dengan terkejut.
"Korbannya adik dari Arga?"
Alea sama terkejutnya, dia tahu jika ARga adalah pria yang ada di rumah sakit tadi. Dia tak menyangka jika adik Arga menjadi korban.
"Terus gimana mas?" panik Alea.
"Kamu terhitungnya sebagai saksi dan pemegang bukti, sebentar ... aku akan menelpon orang tua Arga,"