Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Santi
"Tuan Devan sendiri yang sudah memilih kamu untuk menjadi istrinya."
"Bukankah kamu seharusnya beruntung dinikahi pria kaya raya seperti beliau. Apalagi melihat dirimu yang hanya seorang gadis biasa."
"Pernikahannya minggu depan, kamu mau minta bayaran berapa?"
Semua ucapan Anna kini terngiang di pikiran Delia. Gadis itu masih belum mengerti kenapa dirinya harus bertemu dan menikah dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal.
Disisi lain Delia memiliki tanggung jawab besar, ia harus menafkahi dirinya dan juga bapaknya, lalu jika dia memang sudah di pecat, ia harus bekerja dimana?
Delia menatap bapaknya lekat-lekat, apakah ia harus menerima tawaran itu?
Tiba-tiba pintu kamar Delia terbuka, menampakkan wajah Keyla yang terlihat lelah setelah seharian bekerja.
"Tadi kamu pergi kemana Del dan siapa pria itu," tanya Keyla usai duduk disamping Delia. "Kamu tau nggak satu cafe heboh begitu melihat kamu dibawa pergi sama pria itu, di depan Pak Andika lagi," ucap Keyla sambil menghela napas panjang.
Pak Andika adalah manajer cafe itu. Orangnya memang terkenal judes dan pemarah.
"Terus gimana Key, apa aku beneran di pecat?"
"Aku nggak tau, besuk kamu disuruh menghadap Pak Andika."
"Mampus aku!" Delia menepuk jidatnya. "Kira-kira aku dipecat nggak ya?"
"Lagian kamu kenapa sih main kabur gitu aja. Kamu itu lagi kerja Del, seharusnya apapun masalah kamu, kamu nggak boleh pergi gitu aja."
Ucapan Keyla memang ada benarnya, tapi kembali mengingat hal itu hanya akan membawa penyesalan.
"Terus siapa pria itu, kamu belum cerita kalau kamu punya kenalan cowok super tajir. Kamu tau nggak orang-orang di cafe itu ngiranya kalau kamu tu sebenarnya orang kaya cuma lagi nyamar jadi orang biasa." Lalu Keyla terkekeh. "Bisa-bisanya mereka bikin cerita kaya gitu."
"Emmm.. Dia.. Aku nggak kenal siapa dia, tiba-tiba aja dia nolongin aku," ujar Delia gugup. Ia masih belum berani untuk menceritakan kejadian tadi, yang ada Keyla akan tertawa-tawa terbahak-bahak begitu mendengar ceritanya yang semakin diluar nalar.
"Ya udah aku keluar dulu ya, mau mandi terus istirahat," ucap Keyla santai, gadis itu seolah tidak curiga dengan jawaban Delia.
***
Pagi-pagi sekali Delia sudah berada di ruangan Pak Andika. Harapannya hanya satu yaitu diberi kesempatan untuk tetap bekerja.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Andika datang. Pria itu nampak terkejut melihat Delia sudah berada di ruangannya, mengingat kejadian yang sudah-sudah beberapa karyawan baru tidak akan berani muncul dihadapannya usai menyebabkan masalah di tempat kerja.
"Punya nyali juga kamu," gerutu Andika sambil meletakkan tasnya di kursi.
"Saya kesini mau minta maaf pak, saya tau kesalahan-"
"Duduk." Andika memotong pembicaraan Delia dan malah mempersilahkannya untuk duduk.
"Kamu tau etika dan sopan santun dalam bekerja?" ucap Andika usai mendaratkan bokongnya di kursi.
Delia mengangguk sambil menundukkan kepalanya, ia sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya.
"Kalau begitu kenapa kamu kemarin pergi dari cafe seolah-olah cafe ini punya nenek moyang kamu." Pria itu sudah bangkit lalu mendekat ke arah Delia. " Delia.. Delia.. Delia.."
Tiba-tiba saja tangan Pak Andika menyibak anak rambut yang menutupi wajah Delia membuat gadis itu berjingkat kaget. "Kamu gadis yang menarik."
Reflek Delia menjauhkan tubuhnya dari jangkauan Andika. Ia ketakutan begitu tahu bahwa Andika berani menyentuhnya seperti itu.
"Kamu masih mau bekerja disini?"
Dengan percaya dirinya, Andika bahkan berani mempertanyakan hal itu. Dan dengan sombongnya, dia sudah duduk bersandar sambil mengangkat satu kakinya ke meja.
Delia terdiam cukup lama. Ia yang semula begitu yakin untuk tetap bekerja disini kini malah punya ketakutan besar pada Andika. Tatapan pria itu bahkan kini terlihat seperti ingin segera memangsa Delia. Tatapan garang dan penuh nafsu, benar-benar menjijikkan.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Delia bangkit. "Maaf pak, saya tidak bisa untuk tetap bekerja disini. Saya akan segera mengirim surat pengunduran diri saya."
Cepat-cepat Delia keluar dari ruangan pria mesum itu. Bodo amat dengan pekerjaan, berada disini hanya akan membuat hidupnya tak tenang karena suatu saat Andika akan kembali untuk menggodanya. Dan itu pasti.
Hati Delia sangat lega setelah berhasil keluar dari ruangan Andika. Ia mencoba mengatur napasnya yang memburu dengan kaki yang sudah bergetar hebat.
"Bagus Delia, kamu hebat, keputusannya sudah tepat," puji Delia dalam hati.
Delia meninggalkan cafe itu dengan senyum leganya, sambil berusaha menguatkan hatinya atas kenyataan yang tidak berjalan sesuai keinginannya.
Delia sudah berjalan tanpa arah dan tujuan, ia tidak tahu harus kemana lagi. Pekerjaan satu-satunya sudah hilang, kini yang tersisa hanyalah keputusasaan.
Tiba-tiba saja dari arah belakang datang dua pria yang langsung menyeretnya. Satu pria membekap mulut Delia, sementara pria yang lain mencoba memasukkan Delia ke dalam mobil.
Delia berusaha untuk melawan, tapi semakin lama tenaganya justru semakin melemah. Bersamaan dengan itu, pandangannya juga semakin kabur. Hingga akhirnya semua berubah menjadi gelap.
Setelah Delia sadar, ia sudah berada di sebuah rumah yang nampak tak asing baginya.
Yah.. Itu adalah rumahnya, rumah yang tiga hari lalu ia tinggalkan.
Lalu Delia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan bapaknya, namun nihil. Dikamar itu hanya ada dia seorang diri dengan kondisi tangan yang terikat.
Delia berusaha keras untuk melepaskannya, yang ada dipikirannya sekarang adalah mencari keberadaan bapaknya. Delia tidak akan bisa memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu yang buruk pada bapaknya.
"Kamu ngapain berusaha begitu keras, toh pada akhirnya kamu juga akan kembali ke tempat ini."
Suara itu membuat Delia mendongak, ia menatap intens wajah wanita yang kini sudah berdiri di hadapannya.
"Kamu.." Delia menggertakkan rahangnya, menunjukkan amarah yang begitu besar pada wanita itu. "Dimana bapak, dimana bapakku!" Delia berteriak kencang.
Wanita yang tak lain adalah Santi justru ikut tertawa. Ia tahu persis bahwa hal pertama yang akan Delia tanyakan adalah bapaknya, karena semua usaha keras Delia tujuannya hanyalah bapaknya.
"Berani kamu nyakitin bapak, habis kamu! Aku nggak takut sama kamu!" raung Delia lagi.
Santi mendekat, menyentuh pipi Delia dengan lembut. "Delia sayang.. Ibu itu cuma minta kamu buat nurut, udah itu aja. Kalau saja kamu tidak membangkang seperti ini, mungkin sekarang ibu akan memperlakukan kamu dengan lebih baik. Ibu bisa lo jadi ibu peri yang bahkan lebih baik dari ibu kandungmu, asal-"
Delia justru meludahi wajah Santi, membuat wanita itu murka dan langsung menampar wajah Delia.
Belum cukup hanya dengan menamparnya, Santi sudah menjambak rambut Delia. Mereka saling beradu tatapan sengit.
"Semakin kamu ngelawan, maka kamu akan semakin menderita," ucap Santi sebelum melepas cengkramannya di rambut Delia.
"Kalau kamu nggak mau bapak kamu kenapa-napa, minggu depan kamu harus menikah dengan Sapto."
"Aku nggak sudi menikah dengan pria hidung belang!"
"Ohh.. Oke.. Itu artinya kamu udah nggak mau lihat bapak kamu lagi, jangan sampai kamu menyesal ya," ucap Santi sebelum meninggalkan Delia.
"Dasar wanita jalang, aku pasti akan membunuhmu!" teriak Delia yang sudah sangat frustasi.
Pada akhirnya Delia harus kembali ke tempat ini, rumah yang sudah menjadi neraka baginya.
BERSAMBUNG...
Dukung aku terus ya teman-teman..
Terimakasih sudah singgah di novel ini, dan semoga kalian suka..